Ada Sentimen DP 0 Persen, Pilih Emiten Otomotif atau Properti?

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta menegaskan emiten otomotif dan properti memiliki peluang cukup besar untuk bertumbuh sepanjang 2021.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 22 Feb 2021, 13:20 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2021, 13:20 WIB
Pemerintah Berencana Memacu Aturan Ekspor Industri Otomotif
Pekerja mengecek mobil baru siap ekspor di IPC Car Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sentimen positif untuk sektor otomotif dan properti diberikan pemerintah. Salah satu yang banyak menarik perhatian ialah DP 0 persen untuk pengajuan kredit yang mulai berlaku 1 Maret 2021.

Melihat hal ini, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta menegaskan emiten otomotif dan properti memiliki peluang cukup besar untuk bertumbuh sepanjang 2021.

"Untuk otomotif, terdapat juga insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaran baru, lalu relaksasi kredit mobil yang sedang direncanakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), itu dapat memicu pemulihan penjualan mobil tahun ini," ujar dia kepada Liputan6.com, Senin (22/2/2021).

Tak hanya itu, tren suku bunga yang rendah juga memberikan keuntungan lebih bagi industri otomotif. Hal ini diyakini mampu memikat masyarakat untuk melakukan pembelian kendaraan dengan sistem kredit.

"Industri otomotif juga bisa memanfaatkan momen Idul Fitri. Saat ini juga sudah mulai vaksin ke masyarakat, nah ini juga bisa menjadi pendorong bagi industri otomotif," tuturnya.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Senin, 22 Februari 2021, saham ASII turun tipis 0,43 persen ke posisi 5.750 per saham. Saham PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) naik 0,39 persen ke posisi Rp 1.285 per saham.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Emiten Properti

Pemerintah Berencana Memacu Aturan Ekspor Industri Otomotif
Mobil siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dari emiten properti, Nafan menjelaskan bila perusahaan di sektor ini memiliki peluang pemulihan sektor pendapatan berulang (recurring income).

"Pemulihan ekonomi yang terjadi tahun ini diharapkan mampu menambah penerimaan perusahaan properti yang melakukan sewa gedung dan tempat," ujar dia.

Tak hanya itu, tren suku bunga yang rendah juga membuat marketing sales perusahaan properti mulai mengalami perbaikan sejak akhir 2020.

"Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan akan berimbas pada penurunan bunga kredit. Hal ini memiliki dampak pada naiknya minat masyarakat untuk membeli properti," ujarnya.

Kenaikan inflasi di Indonesia juga disebutkan Nafan mampu membuat performa emiten properti mengalami kenaikan. Hal ini diharapkan mampu membuat daya beli masyarakat naik dan memulihkan minat melakukan pembelian aset properti.

Sementara itu, saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)  naik 1,63 persen ke posisi Rp 935 per saham. Saham SMRA sempat berada di level tertinggi 940 dan terendah 890 per saham.

Saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) melemah tipis 0,54 persen ke posisi Rp 184 per saham. Saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) susut 1,7 persen ke posisi Rp 1.155 per saham. Saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) naik tipis 0,40 persen ke posisi Rp 1.260 per saham.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya