Bursa Saham Asia Beragam Menanti Rilis Data Ekonomi

Bursa saham Asia cenderung bervariasi pada perdagangan saham Rabu pekan ini.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 03 Mar 2021, 08:31 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2021, 08:31 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik cenderung beragam pada perdagangan saham Rabu, (3/3/2021). Investor menanti rilis data produk domestik bruto (PDB) Australia pada kuartal IV 2020.

Di Jepang, indeks saham Nikkei dan Topix masing-masing naik 0,4 persen. Di Korea Selatan, indeks saham Kospi melemah 0,22 persen.  Indeks saham Australia  menguat 0,7 persen. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,16 persen. Demikian dilansir dari CNBC, Rabu (3/3/2021).

Pada Rabu pekan ini, ada sejumlah data yang akan keluar antara lain rilis data ekonomi kuartal IV Australia. Selain itu, survey aktivitas sektor jasa pada Februari.

Di bursa saham Amerika Serikat atau wall street, indeks saham Dow Jones melemah 143,99 poin ke posisi 31.391,52. Indeks saham S&P 500 turun 0,81 persen ke posisi 3.870,29. Sementara itu, indeks saham Nasdaq tergelincir 1,69 persen ke posisi 13.358,79.

Terkait perkembangan COVID-19, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, AS akan memiliki pasokan vaksin COVID-19 cukup besar untuk setiap orang dewasa di AS pada akhir Mei. Dua bulan lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Indeks dolar AS berada di posisi 90,78 atau turun dari level di atas 91. Yen Jepang diperdagangkan di posisi 106,73.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Wall Street Tertekan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Selasa waktu setempat didorong saham teknologi. Sejumlah saham teknologi menguat signifikan pada perdagangan sesi sebelumnya.

Pada penutupan wall street, Selasa, 2 Maret 2021, indeks saham S&P 500 melemah 0,8 persen ke posisi 3.870,29 setelah indeks saham tersebut reli lebih dari dua persen kemarin. Indeks saham Dow Jones susut 143,99 poin atau 0,5 persen ke posisi 31.391,52. Indeks saham Nasdaq tergelincir 1,7 persen ke posisi 13.358,79.

Hal ini seiring saham Apple dan Facebook turun lebih dari dua persen. Saham Amazon dan Microsoft merosot satu persen, dan Tesla merosot 4,5 persen.

Sektor saham teknologi dan konsumsi merupakan dua sektor saham yang mencatatkan performa tidak baik pada Selasa waktu dengan turun lebih dari satu persen.

Saham Target berbalik arah dengan menguat pada awal sesi perdagangan kemudian tergelincir empat persen pada penutupan perdagangan saham. Hal itu terjadi di tengah laporan penjualan yang meningkat.

“Pasar mungkin terjebak antara apa yang diharapkan dan pandemi penuh ketidakpastian. Yang diperparah oleh dorongan pasar lainnya yang lebih sulit diukur. Pada hari-hari seperti ini, tanpa berita dan sedikit data makro untuk membantu investor menjaga kepercayaan, kami melihat bagaimana jika muncul, perdagangan sideway di semua sektor, ditambah dengan penurunan suku bunga,” ujar Chris Hussey, Direktur Goldman Sachs, seperti dilansir dari CNBC, Rabu, 3 Maret 2021.

Imbal hasil treasury AS bertenor 10 tahun turun di bawah 1,41 persen. Suku bunga acuan tampaknya stabil pekan ini setelah melonjak ke level tertinggi 1,6 persen. Hal ini meredakan kekhawatiran tentang biaya pinjaman dan inflasi lebih tinggi.

Namun, beberapa investor percaya tidak dapat dihindari kalau imbal hasil akan cenderung lebih tinggi pada 2021 di tengah pemulihan ekonomi dan kemungkinan lebih banyak stimulus fiskal yang dapat menyusutkan kenaikan saham.

“Imbal hasil obligasi 10 tahun belum pada level di mana investor melakukan penjualan saham secara besar-besaran, tetapi kenaikan baru-baru ini telah mengakhiri proses ekspansi,” ujar Pendiri Vital Knowledge, Adam Crisafulli.

Sementara itu, yang lain berpikir lonjakan imbal hasil mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang membaik dan perkiraan pendapatan yang meningkat.

Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden menuturkan, Merck akan membantu membuat vaksin COVID-19 dengan suntikan tunggal Johnson&Johnson. AS sedang mencoba meningkatkan pasokan.

Sektor saham yang sensitif dengan ekonomi juga telah mengungguli pasar yang lebih luas pada 2020 di tengah optimisme tentang vaksin dan kebangkitan ekonomi. Sektor saham energi dan keuangan masing-masing telah meningkat 28 persen dan 12 persen secara year to date.

Mengawali Maret 2021, bursa saham AS cenderung menguat. Indeks saham S&P 500 naik 2,4 persen. Indeks saham Dow Jones menguat hampir dua persen dan indeks saham Nasdaq melonjak lebih dari tiga persen setelah turun 4,9 persen. Indeks saham Dow Jones dan Nasdaq mencatat penguatan terbaik sejak November 2020.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya