Strategi Astra Genjot Mobil Listrik di Indonesia

PT Astra International Tbk (ASII) menyatakan sudah dalam tahap memperkenalkan kendaraan elektrifikasi atau mobil listrik.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 26 Mei 2021, 07:44 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2021, 07:43 WIB
PT Toyota-Astra Motor (TAM) tengah menyiapkan line-up kendaraan Battery Electric Vehicle (BEV) atau mobil listrik di Indonesia.
PT Toyota-Astra Motor (TAM) tengah menyiapkan line-up kendaraan Battery Electric Vehicle (BEV) atau mobil listrik di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Melihat perkembangan kendaraan ramah lingkungan termasuk mobil listrik di Indonesia, PT Astra International Tbk (ASII) mengaku bila pihaknya selalu memberi dukungan terhadap pemerintah terkait hal ini.

"Untuk kendaraan listrik, saat ini pemerintah memang sudah punya road map untuk mempercepat elektrifikasi di Indonesia. Dan Astra tentu saja memberikan dukungan untuk hal ini," kata Head of Investor Relations Astra International, Tira Ardianti secara virtual, ditulis Rabu (26/5/2021).

Melalui Toyota Astra Motor, Tira menyebut bila pihaknya telah memiliki beragam pilihan kendaraan ramah lingkungan, mulai dari hybrid, plug in hybrid hingga mobil listrik.

"Kalau Astra sendiri sudah di tahap memperkenalkan kendaraan elektrifikasi, jadi kalau dilihat Toyota itu sudah memiliki hybrid, full hybrid dan full batery EV. Kalau saya enggak salah totalnya ada 10 kendaraan," ujarnya.

Untuk srategi ke depan terkait kendaraan ramah lingkungan, Tira mengaku bila Astra mulai memikirkan lokalisasi mobil hybrid di Indonesia.

"Ke depannya nanti Astra akan mulai lokalisasi untuk hybrid itu. Jadi tidak perlu lagi impor dan bisa produksi di Indonesia," ujar dia.

Agar bisa sukses, Tira juga menyebut dukungan pemerintah perlu diterapkan. Dalam penjelasannya Ia juga mencotohkan China. Tak lupa Ia juga memikirkan infrastruktur kendaraan listrik, seperti tempat pengisian baterai.

"Kalau melihat negara lain, mobil listrik bisa berhasil karena ada beberapa dukungan, baik subsidi dari pemerintahnya, seperti China sukses jual 2 juta unit, karena ada subsidi dari pemerintah," tegasnya

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pemerintah Target 2 Juta Mobil Listrik Mengaspal di 2030

Konvoi Kendaraan Listrik Sambut Formula E 2020
Mobil BMW i8 Roadster, i8 Coupe dan BMW i3s mengawal konvoi mobil listrik jelang jadwal pelaksanaan balap mobil listrik atau Formula E 2020 di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (20/9/2019). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menaiki mobil listrik berjenis BMW i8 roadster. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sebelumnya, Pemerintah terus berupaya meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk mengatasi persoalan lingkungan. Salah satunya dengan mengembangkan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah menargetkan 2 juta mobil listrik siap mengaspal pada 2030 mendatang. Sedangkan, untuk sepeda motor listrik diproyeksikan mencapai 13 juta unit.

"Proyeksi kendaraan baterai listriknya seperti apa?. Kita menargetkan 2 juta mobil (listrik) di 2030, dengan 13 juta sepeda motor listrik," terangnya dalam acara diskusi panel virtual, Kamis, 20 Mei 2021.

Kendati demikian, Dadan mengakui dibutuhkan pasokan listrik yang besar untuk mendukung ambisi tersebut. Yakni mencapai 113 juta kwh baterai listrik.

"Jadi, yang dibutuhkan 113 juta kwh kapasitas baterai. Tapi kalau ini basisnya lithium kita membutuhkan 758 ribu ton lithium. Ini adalah untuk kebutuhan baterai mobil listrik dan motor sepeda motor listrik berdasarkan grand staregi energi nasional," tekannya.

Untuk itu, pemerintah terus mematangkan sejumlah regulasi untuk mendukung percepatan pembangunan pabrik dan produksi baterai listrik di dalam negeri. Dengan terbentuknya payung hukum yang ada diharapkan mampu menarik minat investor.

"Beberapa regulasi sudah terus siapkan yang kaitannya baterai, seperti Permen ESDM terkait harga penjualan mineral logam, Permen pengendalian ekspor nikel, termasuk batasan minimum pengolahan dan pemurnian nikel. Sehingga, ini dimaksudkan untuk mendorong terciptanya ekosistem untuk produksi baterai di dalam negeri," tukasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya