Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencabut penghentian sementara perdagangan (suspensi) efek PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) atau saham MASA di seluruh pasar mulai sesi I perdagangan, Senin (28/6/2021).
BEI memutuskan mencabut suspensi saham MASA tersebut seiring perseroan memutuskan untuk membatalkan rencana voluntary delisting dan go private sebagaimana disampaikan dalam pelaksanaan paparan publik insidental.
Baca Juga
Selain itu, merujuk pada Pengumuman Bursa No.: Peng-SPT-00007/BEI.PP2/03-2021 tanggal 2 Maret 2021 perihal Penghentian Sementara Perdagangan Efek PT Multistrada Arah Sarana Tbk (“Perseroan”), Surat Perseroan No. 0002/FA/MASA/V/21 tanggal 5 Mei 2021 perihal Penyampaian Materi Public Expose Insidental, dan Surat Perseroan No. 0005/FA/MASA/V/21 tanggal 7 Mei 2021 perihal Laporan Hasil Public Expose Insidental.
Advertisement
"Kami mengimbau agar para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan,” dikutip dari keterbukaan informasi BEI yang diteken Kepala Divisi Penilaian Perusahaan BEI Vera Florida dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI Irvan Susandy.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
BEI Suspensi Saham MASA
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan efek (suspensi) PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) pada Selasa, 2 Maret 2021.
Mengutip keterbukaan informasi, BEI suspensi saham MASA seiring perseroan berencana voluntary delisting atau penghapusan saham secara sukarela.
Hal itu merujuk pada surat PT Multistrada Arah Sarana Tbk Nomor Ref:0001/FA/MASA/III/21 pada 1 Maret 2021, perihal permohonan suspensi perdagangan saham MASA, Perseroan menyampaikan rencana melakukan voluntary delisting dari BEI dan go private.
“Berdasarkan hal tersebut, maka bursa memutuskan untuk melakukan penghentian sementara perdagangan efek perseroan (MASA) di semua pasar mulai sesi I perdagangan efek pada 2 Maret 2021,” tulis Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 2 Vera Florida dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI Irvan Susandy dalam keterbukaan informasi BEI.
Dengan demikian, BEI suspensi efek perseroan (MASA) di seluruh pasar efektif mulai sesi I perdagangan efek pada 2 Maret 2021. “Bursa meminta kepada pihak-pihak terkait untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan,” ujar dia.
Berdasarkan data RTI, pemegang saham MASA per 31 Januari 2021, Socgen SA Compagnie Generale Des Etablissements Michelin genggam 99,64 persen, masyarakat sebesar 0,36 persen.
Advertisement
Michelin Akuisisi Saham MASA
Sebelumnya, Perusahaan Prancis, Compagnie Generale Des Etablissements Michelin (Michelin) akan mengakuisisi atau mengambilalih 80 persen saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) senilai USD 439 juta atau Rp 6,22 triliun.
80 persen saham itu setara 7.346.357.556 saham perseroan termasuk saham-saham yang dimiliki pengendali perseroan Pieter Tanuri.
Berdasarkan data RTI, per 31 Desember 2018, pemegang saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk antara lain Pieter Tanuri sebesar 20,60 persen, PT Central Sole Agency sebesar 16,67 persen, Lunar Crescent International Inc sebesar 14,91 persen dan publik kurang dari lima persen sebesar 47,83 persen.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Rabu, 23 Januari 2019, nilai perusahaan tersebut sebesar USD 700 juta atau sekitar Rp 9,93 triliun (asumsi kurs Rp 14.187 per dolar Amerika Serikat).
Untuk penyesuaian penyelesaian tertentu dalam perjanjian jual beli saham, Michelin akan membayar kepada para penjual senilai USD 439 juta atau sekitar Rp 6,22 triliun.Penandatangan perjanjian jual beli saham itu dilakukan pada 22 Januari 2019.
Lewat transaksi ini, Michelin akan memperkuat kehadirannya di pasar Indonesia yang sangat menjanjikan tetapi didominasi produk lokal dengan mengambil alih pabrik lokal yang sangat kompetitif. Hal itu dengan fasilitas berkualitas baik serta kapasitas produksi yang tersedia dengan segera.
PT Multistrada Arah Sarana mencatatkan kapasitas produksi lebih dari 180 KT berupa 11 juta ban mobil penumpang, 9 juta ban kendaraan roda dua dan 250 ribu ban truk. Perseroan menghasilkan penjualan bersih sebesar USD 281 juta pada 2017.
Melalui transaksi tersebut, Michelin juga akan mengambilalih 20 persen saham di perusahaan ritel PT Penta Artha Impressi (Penta) dalam kemitraan dengan Indomobil dan investor swasta yang akan meningkatkan pemasaran dan penjualan merek grup Michelin.
Ini memungkinkan Michelin untuk mendapatkan akses signifikan ke pasar utama dan berada dalam posisi tepat untuk mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan dan perluasan pasar di masa depan.
"Pengambilalihan Multistrada merupakan suatu peluang yang bagus bagi Michelin untuk memperluas operasinya di Indonesia. Negara dengan populasi terpadat di Asia Tenggara dan dengan segera mendapatkan kapasitas produksi yang kompetitif dan berkualitas baik tanpa harus membangun fasilitas manufaktur baru," tutur Chief Executive Officer Grup Michelin, Jean-Dominique Senard, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Sementara itu, Presiden Direktur Multisrada Arah Sarana Pieter Tanuri menuturkan, pihaknya mengapresiasi apa yang diraih bersama Multistrada.
Perseroan percaya Michelin merupakan mitra ideal untuk membawa Multistrada maju ke era pertumbuhan dan kesuksesan yang baru untuk kepentingan seluruh pemangku kepentingan dan para karyawan.
Selanjutnya Michelin akan secara bertahap mengubah produksi dari ban mobil penumpang Tier 3 menjadi merek grup Michelin Tier 2 sehingga memungkinkan lebih banyak produksi Tier 1 di pabrik Asia lainnya. Selain itu mendukung pertumbuhan permintaan volume Tier 2 di Eropa, Amerika Utara dan Asia.
Adapun sinergi potensial di bidang manufaktur, penjualan dan pembelian untuk grup Michelin diperkirakan mencapai USD 70 juta per tahun dalam waktu tiga tahun sejak pengambilalihan saham.
Hal itu termasuk kepemilikan 20 persen di ritel Penta dan 50 hektar tanah yang tersedia dinyatakan memiliki nilai perusahaan sebesar USD 700 juta yang mewakili 6,3 kali earning before interest, tax, depreciation and amortization (ebitda) akhir September 2018 (12 bulan terakhir) setelah sinergi.