Wall Street Bervariasi, Indeks Dow Jones Menguat Setelah 5 Hari Beruntun Tertekan

Wall street beragam pada perdagangan awal pekan ini. Kasus COVID-19 yang mulai turun di AS membayangi wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Sep 2021, 06:11 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2021, 06:11 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Senin, 13 September 2021. Indeks Dow Jones menguat dari penurunan beruntun selama lima hari.

Pada penutupan perdagangan wall street, indes Dow Jones naik 261,91 poin atau 0,8 persen menjadi 34.869,63. Indeks S&P 500 menguat 0,2 persen menjadi 4.468,73. Dua indeks acuan berakhir positif untuk pertama kali dalam enam sesi terakhir. Indeks Nasdaq turun 0,1 persen menjadi 15.105,58 untuk empat hari berturut-turut.

Di sisi lain, kasus COVID-19 mencapai rata-rata tujuh hari hingga Jumat sekitar 136.000, turun dari rata-rata 157.000 kasus baru pada akhir Agustus 2021, berdasarkan CDC. Vaksin COVID-19 Pfizer dapat diberikan untuk anak-anak pada akhir bulan depan, berdasarkan seorang sumber keoada Reuters.

"Kami mempertahankan alokasi pro-risiko pada pertumbuhan global yang karena dunia terus pulih dari pandemi, kebijakan akomodatif, dan kejutan pendapatan yang berkelanjutan,” ujar Marko Kolanovid dari JP Morgan dalam sebuah catatan, dilansir dari CNBC, Selasa (14/9/2021).

Ia menambahkan, pembukaan kembali ekonomi global tertunda oleh penyebaran varian delta COVID-19. Akan tetapi, gelombang delta kemungkinan surut di Amerika Serikat dan secara global. “Pemulihan pandemi harus dimulai kembali,” ujar dia.

Pada perdagangan awal pekan, indeks S&P 500 cenderung lebih rendah sebagian besar sesi perdagangan, dan tidak kembali ke level tertinggi intraday dengan naik 0,8 persen. Hal itu dicapai tak lama setelah pembukaan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kekhawatiran Inflasi

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Reli Dow Jones juga memudar seiring berjalannya hari, indeks melonjak lebih dari 300 poin pada awal sesi perdagangan. Kenaikan indeks acuan itu kemudian terbatas hanya 57,78 poin pada satu titik.

Delapan dari 11 sektor di S&P 500 positif pada awal pekan ini dipimpin oleh sektor energi. Saham APA Corp, Marathon Oil, dan Occidental Petroleum catat kenaikan teratas di indeks S&P 500 dengan saham energi lainnya yang angkat indeks acuan tersebut.

Saham Nike turun setelah BTIG menurunkan peringkat saham dengan alasan tantatangan rantai pasokan yang disebabkan pandemi COVID-19. BTIG menyebutkan masalah produksi dapat secara signifikan pengaruhi penjualan saat liburan.

“Kemacetan pasokan, kekurangan persediaan, harga komoditas lebih tinggi dan tarif pengiriman yang lebih tinggi, semuanya berkontribusi pada biaya input lebih tinggi,” ujar Senior Investment Strategist Allianz Investment Management, Charlie Ripley.

Kekhawatiran inflasi telah berkontribusi pada kerugian pasar baru-baru ini. Data yang dirilis Jumat pekan ini menunjukkan harga produsen naik 0,7 persen pada Agustus 2021, dan 8,3 persen dari tahun ke tahun yang merupakan kenaikan tahunan terbesar sejak rekor pertama kali pada November 2010.

“Data pada Jumat tentang harga grosir harus membuka mata bagi the Fed, karena tekanan inflasi tampaknya masih belum mereda, dan kemungkinan akan terus dirasakan oleh konsumen dalam beberapa bulan mendatang,” ujar dia.

Menanti Pertemuan The Fed

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Indeks harga konsumen yang diawasi ketat akan dirilis pada Selasa dengan wall street akan melihat berapa banyak biaya tinggi yang diteruskan ke konsumen. Ekonom yang disurvei FactSet mengharapkan pembacaan untuk menunjukkan harga konsumen melonjak 5,3 persen pada kecepatan tahunan pada Agustus 2021. Data penjualan ritel akan dirilis akhir pekan ini.

Saham telah berada di bawah tekanan sejak laporan pekerjaan Agustus yang dirilis Departemen Tenaga Kerja pada 3 September, meleset dari ekspektasi. Kekhawatiran melanda pasar kalau pandemi COVID-19 akan terus menghambat pertumbuhan ekonomi sementara inflasi yang panas akan mendorong the Federal Reserve untuk mengambil tindakan.

"Dampak negatif dari varian delta pada perdagangan siklis jelas,” ujar Ahli Strategi Jefferies.

"Semakin jelas dampak delta telah menunda upaya the Federal Reserve untuk melakukan tapering, sama seperti hal itu telah memberikan momentum baru kepada saham-saham big tech dengan pertumbuhan melebihi nilai sejauh ini pada kuartal ini,”

The Federal Reserve akan memulai pertemuan kebijakan dua hari pada 21 September, ketika investor akan mencari petunjuk tentang program pembelian obligasi bank sentral.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya