Wall Street Melambung, The Fed Beri Sinyal Tapering dan Tak Segera Naikkan Suku Bunga

Wall street kompak menguat setelah the Federal Reserve mengindikasikan tidak segera menaikkan suku bunga tetapi tapering akan dilakukan.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Sep 2021, 06:28 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2021, 06:28 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 22 September 2021. Wall street melambung setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mengindikasikan tidak melihat penarikan pelonggaran kebijakan moneter segera dilakukan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 338,48 poin atau 1 persen menjadi 34.258,32. Namun, indeks saham unggulan ini ditutup jauh dari level tertingginya, karena melonjak 520 poin pada hari sebelumnya.

Indeks S&P 500 naik hampir satu persen menjadi 4.395,64 di tengah lonjakan 3,2 persen di sektor energi. Indeks juga membukukan hari positif pertama dalam lima hari. Indeks Nasdaq naik satu persen menjadi 14.896,85.

The Fed tidak memberikan batas waktu spesifik kapan akan mulai mengurangi stimulusnya. "Jika kemajuan berlanjut secara luas seperti yang diharapkan, Komite menilai bahwa moderasi dalam laju pembelian aset akan segera dibenarkan,” demikian mengutip pernyataan setelah pertemuan the Fed, dilansir dari CNBC, Kamis (23/9/2021).

Bank sentral Amerika Serikat telah membeli surat berharga USD 120 miliar per bulan dan mortgage-backed securities sejak awal krisis COVID-19. The Federal Open Market Committee (FOMC) memberikan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga jangka pendek mendekati nol pada Rabu pekan ini.

“Sementara pengumuman tapering, mungkin akan datang pada November, mereka tidak melakukannya hari ini hanya mencerminkan komite yang masih sangat dovish,” ujar Chief Investment Officer Bleakley Advisory Group, Peter Boockvar.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pasar Melihat The Fed Tidak Terburu-buru Menaikkan Suku Bunga

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Bursa saham turun dari level tertingginya setelah Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan tes kemajuan lebih lanjut bank sentral telah dipenuhi pada mandat inflasi dan “banyak” anggota percaya tes telah dipenuhi pada mandat ketenagakerjaan juga. Ini menunjukkan the Fed hampir siap untuk mulai menghapus stimulus.

“Pandangan saya sendiri adalah ujian untuk kemajuan substansial lebih lanjut dalam pekerjaan sudah terpenuhi,” ujar Powell.

“Bagi saya tidak akan membutuhkan knockout, laporan ketenagakerjaan yang hebat, super kuat. Dibutuhkan laporan pekerjaan yang cukup baik bagi saya untuk merasa seperti tes itu terpenuhi,”

Akan tetapi, pasar mengakhiri perdagangan saham lebih tinggi seiring the Fed nampaknya tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga.

The Fed terpecah pada waktu kenaikan suku bunga pertama. Apa yang disebut proyeksi dot plot pada Rabu, 22 September 2021 menunjukkan sembilan dari 18 anggota FOMC mengharapkan kenaikan suku bunga pada 2022.

"Pasar sudah memperkirakan tapering (penurunan stimulus) sekarang dan segera mengalihkan perhatian mereka kapan kenaikan suku bunga, dan laju kenaikan suku bunga yang ada, jika ada, sedikit lebih rendah daripada yang ditakuti pasar,” ujar Chief Strategist Princial Global Investors, Seema Shah.

Kekhawatiran terhadap Evergrande Mereda

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Rata-rata indeks utama mencatat kerugian untuk September, bulan yang secara historis bergejolak untuk saham. Indeks S&P 500 turun 2,8 persen sepanjang September 2021, termasuk penurunan 1,7 persen pada awal pekan ini.

Rata-rata indeks saham acuan berusaha untuk menguat pada Selasa pekan ini tetapi gagal dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 yang berakhir di zona merah untuk hari keempat berturut-turut. Indeks Dow Jones turun sekitar 3,1 persen pada September 2021.

Kekhawatiran investor lainnya mengenai pengembang properti China Evergrande yang hadapi kemungkinan gagal bayar atau default jika tidak dapat membayar utang pada obligasi berdenominasi dolar AS pada pekan ini.

Saham Evergrande di Hong Kong turun hampir 90 persen sejak Juli 2020 karena China menindak spekulasi real estate. Investor khawatir tentang penurunan pertumbuhan ekonomi global jika China terlalu memperlambat pasar propertinya atau membiarkan Evergrande gagal.

Adapun sentimen positif yang berdampak ke pasar saham adalah kabar dari Evergrande akan membayar bunga tepat waktu pada obligasi yang diperdagangkan di China dalam denominasi yuan.

Saham-saham terkait komoditas memimpin pemulihan pada Rabu pekan ini karena kekhawatiran mereka tentang efek riak dari Evergrande. Saham Devon Energy melonjak 6,8 persen. Sementara APA melonjak hampir 7,2 persen.

Saham Diamondback Energy, Hess dan Marathon Oil semuanya melonjak lebih dari 5 persen. Wynn Resorts yang terekspos di China melambung 2,6 persen. Saham FedEx turun lebih dari sembilan persen setelah laba merosot pada kuartal terakhir karena kenaikan biaya tenaga kerja. FedEx juga memangkas perkiraannya untuk setahun penuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya