Liputan6.com, Jakarta - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) siapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 1,3 triliun pada 2022. Belanja modal tersebut tak jauh berbeda dengan rencana tahun lalu sebesar Rp 1,2 triliun.
"Capex kita tahun untuk kita di tahun ini enggak jauh beda dengan tahun lalu. Kira-kira Rp 1,2—1,3 triliun tahun ini," kata Direktur PT Astra agro Lestari Tbk, Mario Gultom dalam paparna publik perseroan, Rabu (13/4/2022).
Baca Juga
Mario menambahkan, mayoritas belanja modal itu akan dialokasikan untuk replanting dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan. Kemudian sisanya akan dialokasikan untuk peremajaan mesin di pabrik.
Advertisement
Sebelumnya, Direktur Utama Astra Agro Lestari, Santosa mengatakan belanja modal tahun ini juga akan dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur digital. Inovasi tersebut dimaksudkan untuk operasional perusahaan agar lebih efisien.
"Tahun ini cukup besar untuk peremajaan peralatan-peralatan alat berat maupun transportasi yang dilengkapi dengan digital tracker. Sehingga tahu alat-alatnya ada di mana, berapa lama bekerja, dan sebagainya," kata Santosa.
Perseroan memang sudah merintis digitalisasi sejak 2017. Dimulai dengan fokus pada produksi di tiga tahun pertama, lalu mulai merambah pada perawatan, baik agronomi hingga infrastruktur di pabrik. Berlanjut, Perseroan kini mulai menjajaki digitalisasi back-end dengan bantuan artificial intelligence (AI) dan data analytics.
"Data yang sudah dikumpulkan tiga tahun pertama luar biasa banyaknya. Dengan machine learning, angka-angka di variabel agronomi dan produksi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dihitung untuk memproyeksikan produksi ke depan akan seperti apa," kata Santosa.
Santosa mengatakan, investasi digital ini akan lebih banyak dialokasikan untuk perubahan proses bisnis menuju digital. Diperlukan infrastruktur untuk memfasilitasi perubahan tersebut.
“Cost terbesar lebih pada prosesnya termasuk call out untuk pabrik kita invest alat ukur untuk bisa digitize, timbangan digitize, pengukuran stock tangki pakai sensor. Jadi tidak bersih hanya ada digitalisasi. Tapi sebagai improvement di proses business-nya,” ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Genjot Layanan kepada Petani Mitra Melalui Digitalisasi
Sebelumnya, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) luncurkan sejumlah aplikasi sebagai bentuk inovasi digital perseroan pada awal 2022. PT Astra Agro Lestari Tbk sudah mulai program digitalisasi sejak 2018.
Chief Executive Officer (CEO) Astra Agro Lestari, Santosa menyebutkan, salah satunya yakni aplikasi ‘Siska’, yang merupakan kependekan dari Sistem Informasi Kemitraan.
Dia menuturkan, dengan menerapkan teknologi berbasis internet, pelayanan perusahaan terhadap petani mitra diharapkan semakin baik.
"Pada akhirnya, sesuai semangat ‘Sejahtera Bersama Bangsa’ yang melekat pada visi misi perusahaan, kami tentu berharap masyarakat juga ikut mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari kemitraan dengan Astra Agro Lestari," kata Santosa dalam Talk to The CEO, Selasa (15/2/2022).
Dengan aplikasi Siska, transaksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit milik masyarakat petani ke perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien.
Siska mendorong kelancaran pengiriman buah, sehingga masyarakat petani bisa memanfaatkan waktu mereka dengan kegiatan yang lebih produktif. Mekanisme transaksi penjualan TBS masyarakat ini memang perlu dikelola.
Sebab, selain mengolah TBS dari masyarakat, perusahaan juga mengelola TBS dari kebun inti. Pengaturan jadwal yang rapi dan sistematis akan membantu kelancaran pengiriman buah-buah ke pabrik pengolahan kelapa sawit milik perusahaan.
Dari tahun ke tahun, kemitraan dengan petani juga semakin signifikan. Dibandingkan tahun sebelumnya. Pada akhir 2021, Astra Agro mencatat kenaikan pembelian TBS dari petani mitra sebesar 25,6 persen.
Advertisement
Luncurkan Tiara, Almira dan Amanda Rawat 2.0
Selain Siska yang didedikasikan untuk kepentingan petani mitra, Astra Agro juga meluncurkan aplikasi yang diberi nama Tiara (TBS Prediksi Astra) dan Almira (Aplikasi Maintenance Astra Agro).
Tiara dirancang sebagai aplikasi yang berguna untuk memprediksi produksi TBS di masa mendatang melalui penggunaan machine learning. Dengan kehadiran Tiara, proses plan produksi yang semula memakan waktu panjang bisa lebih cepat dan akurat. Sedangkan Almira dirancang untuk menjamin perawatan unit-unit di pabrik berjalan dengan rutin dan baik.
"Diharapkan, kondisi seluruh unit dalam kondisi prima sehingga performa selalu dalam keadaan terbaik dan mengurangi kerusakan maupun kendala teknis yang dapat menghambat kelancaran kerja di pabrik,” ujar Santoso.
Di samping meluncurkan aplikasi baru, Astra Agro juga terus mengembangkan aplikasi-aplikasi yang sudah ada.
Salah satunya, aplikasi mandor rawat (Amanda) yang telah beroperasi sejak beberapa tahun lalu dan sangat berguna dalam membantu pekerjaan operasional para mandor dalam proses perawatan. Aplikasi tersebut kini telah memasuki tahap kedua, sehingga lahirlah Amanda Rawat 2.0.
Berbeda dengan versi sebelumnya, banyak keunggulan baru pada Amanda Rawat 2.0. Di antaranya adalah membantu mandor rawat dalam membuat laporan produksi, mengontrol dan memonitor pekerjaan rawat secara efektif dan efisien, maupun membantu dalam evaluasi harian pekerja rawat secara akurat.
Target Net Zero Karbon
Sebelumnya, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) berkomitmen mewujudkan net zero carbon lebih cepat dari target pemerintah.
CEO PT Astra Agro Lestari Tbk, Santosa menjelaskan, perseroan juga sudah memiliki sejumlah rencana untuk mewujudkan net zero carbon sebelum 2060.
"Saya challenge kepada tim, bagaimana bisa lebih cepat dari pemerintah. Jadi kalau kita bisa kontribusi lebih cepat, mudah-mudahan bisa memberikan harapan negara kita bisa benar-benar net zero carbon nantinya,” kata Santosa dalam Talk to The CEO, Selasa, 15 Februari 2022.
Adapun sejumlah program yang diusung perseroan, di antaranya terkait pengelolaan penggunaan bakar untuk meminimalisir jejak karbon yang dihasilkan. Kemudian melakukan evaluasi methane capture, hingga reforestasi yang akan melibatkan mitra strategis.
"Kita lakukan program reforestasi di beberapa lokasi, walaupun kita sudah makin sedikit karena sudah punya daerah konservasi yang cukup luas. Tapi kita akan eksplore apakah dengan Kementerian LHK atau masyarakat sekitar, bagaimana lahan kritis yang tidak prod bisa dijadikan reforestasi," ujar Santosa.
Sayangnya, Santosa belum mengantongi kapan tenggat waktu pasti yang ditargetkan untuk mencapai net zero carbon. Saat ini perseroan masih melakukan perhitungan, utamanya dari sisi cost dan potensi pergerakan harga sawit.
"Misalnya harga membaik terus, kita bisa spending dengan lebih besar. Sehingga bisa dipercepat,” kata dia.
Advertisement