Liputan6.com, Jakarta - Target keuangan yang dipasang Elon Musk untuk Twitter dinilai tak masuk akal. Sehingga, pengamat teknologi dari Jefferies, Brent Thill menyebutkan kemungkinan tercapainya target tersebut sangat minim.
"Kami melihat kemungkinan yang sangat rendah dari Twitter untuk mencapai target yang dilaporkan Elon Musk," kata Thill, dikutip dari Yahoo Finance, Senin (16/5/2022).
Baca Juga
Musk memiliki visi untuk melipatgandakan penjualan Twitter menjadi USD 26,4 miliar pada 2028, dengan basis pengguna 931 juta. Twitter disebut juga akan meraup USD 1,3 miliar dari bisnis pembayaran yang akan dirilis pada tahun tersebut. Selain itu, Musk juga menargetkan memiliki 11.072 karyawan di Twitter pada 2025.
Advertisement
"Ambisi Musk yang dilaporkan untuk beralih ke model iklan dan berlangganan kemungkinan akan menimbulkan angin sakal putaran yang signifikan dan membuatnya sulit untuk mencapai target ini,” kata Thill.
Menurut Thill, agar Twitter dapat mencapai tujuan Musk dari 600 juta pengguna pada 2025, itu perlu menumbuhkan mDAU pada CAGR 27 persen (perkiraan 2021-2025) dan pada CAGR 23 persen (perkiraan 2021-2028) untuk menjangkau hampir 1 miliar pengguna.
Namun, Thill mencatat tidak ada platform sosial yang mampu menumbuhkan mDAU pada CAGR 20 persen dalam beberapa tahun terakhir.
“Selain itu, Twitter kurang populer di kalangan demografis yang lebih muda, yang perlu ditarik oleh Musk untuk memenuhi target ini,” imbuhnya.
Musk akuisisi 9,2 persen saham di Twitter pada awal April sebelum mencapai kesepakatan untuk membeli platform media sosial itu seharga USD 54,20 per saham, atau sekitar USD 44 miliar, beberapa minggu kemudian.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Elon Musk Dinilai Langgar NDA
CEO Tesla Elon Musk men-tweet kalau tim hukum Twitter menudingnya melanggar perjanjian kerahasiaan dengan mengungkapkan ukuran sampel untuk cek platform media sosial pada pengguna otomatis adalah 100.
"Legal Twitter baru saja menelpon untuk mengeluh saya melanggar NDA mereka dengan ungkap ukuran sampel pemeriksaan bot adalah 100,” tweet Musk, dikutip dari CNN.
Pada Jumat, 13 Mei 2022, Musk mengunggah kalau kesepakatan tunai USD 44 miliar untuk beli Twitter "sementara ditahan” sambil menunggu data tentang proporsi akun palsunya.
Ia menuturkan, timnya akan uji sampel acak 100 pengikut di Twitter untuk identifikasi bot. Tanggapannya terhadap sebuah pertanyaan memicu tuduhan Twitter.
Ketika seorang pengguna meminta Musk untuk uraikan proses pemfilteran akun bot, ia menjawab pihaknya memilih 100 sebagai nomor ukuran sampe, karena itu yang digunakan Twitter untuk hitung kurang lima persen akun palsu.
Pada Minggu dini hari, ia tweet kalau belum melihat analisis “apa pun” yang menunjukkan Twitter memiliki akun palsu kurang dari lima persen. Ia menuturkan, ada kemungkinan lebih dari 90 persen pengguna aktif harian.
Advertisement
Saham Twitter Merosot
Sebelumnya, Elon Musk mengumumkan penangguhan proses kesepakatan dengan Twitter. Hal itu dilakukan sampai Elon Musk menerima lebih banyak informasi terkait berapa banyak akun palsu yang ada di platform media sosial tersebut. Meski begitu, melalui akun twitter @elonmusk, Musk mengatakan masih berkomitmen untuk akuisisi.
Menyusul pengumuman tersebut, saham Twitter anjlok 18 persen dalam perdagangan premarket. Melansir CNBC, Sabtu, 14 Mei 2022, saham Twitter ditutup turun 9,7 persen pada perdagangan Jumat, 13 Mei 2022.
CEO Tesla itu mengumumkan pada bulan lalu, dia bermaksud untuk membeli Twitter seharga USD 44 miliar atau sekitar Rp 645,08 triliun (asumsi kurs Rp 14.661 per dolar AS). Salah satu prioritas utamanya adalah menghapus bot spam dari Twitter.
Bahkan sebelum pengumuman baru-baru ini, nilai pasar perusahaan telah turun menjadi USD 9 miliar di bawah harga penawaran karena kekhawatiran tentang kesepakatan itu. Perusahaan media sosial yang berkantor pusat di San Francisco mengatakan dalam pengajuan mereka memiliki 229 juta pengguna pada kuartal pertama yang dilayani iklan.
Selanjutnya
Selasa lalu, Musk mengatakan, dia akan mencabut larangan Twitter terhadap mantan Presiden Donald Trump jika ia resmi mengambil alih perusahaan. Menurut dia, justru larangan mestinya diberlakukan untuk akun palsu atau bot.
"Larangan permanen harus sangat jarang dan benar-benar disediakan untuk akun yang bot, atau scam, akun spam… Saya pikir itu tidak benar untuk melarang Donald Trump," kata Musk di konferensi FT Live's Future of the Car.
"Saya pikir itu adalah kesalahan, karena itu mengasingkan sebagian besar negara dan pada akhirnya tidak membuat Donald Trump tidak bersuara,” imbuhnya.
Sebelumnya, Bill Gates memperingatkan Musk bisa membuat Twitter lebih buruk. Dalam acara KTT CEO The Wall Street Journal, Gates mengatakan tidak jelas bagaimana Musk akan mengubah Twitter jika dia mengambil alih kepemilikan, sementara juga meningkatkan kekhawatiran tentang penyebaran informasi yang salah di platform media sosial itu.
Gates kemudian mempertanyakan apa tujuan Musk dengan Twitter dan apakah dorongannya untuk mempromosikan kebebasan berbicara masuk akal.
"Apa tujuannya untuk akhirnya? Apakah itu cocok dengan gagasan tentang kepalsuan yang tidak terlalu ekstrem yang menyebar begitu cepat [dan] teori konspirasi yang aneh? Apakah dia memiliki tujuan itu atau tidak?" kata Gates.
Sementara, senior investment and markets analyst Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter mengatakan beberapa orang kemungkinan akan mempertanyakan apakah akun palsu adalah alasan sebenarnya di balik penundaan ini.
"Harga USD 44 miliar sangat besar, dan ini mungkin merupakan strategi untuk menarik kembali jumlah yang dia bersedia bayarkan untuk mengakuisisi platform," katanya dalam sebuah pernyataan.
Advertisement