Arkora Hydro Targetkan Pendapatan Naik 30 Persen

Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Artoko menuturkan, proyeksi kinerja perusahaan dari produksi listrik pada 2020-2025 memang ada kenaikan setiap tahun sekitar 22 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Jun 2022, 21:19 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2022, 21:19 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Liputan6.com, Jakarta - PT Arkora Hydro Tbk membidik kenaikan pendapatan hingga 30 persen hingga akhir tahun.

Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Artoko menuturkan, proyeksi kinerja perusahaan dari produksi listrik pada 2020-2025 memang ada kenaikan setiap tahun sekitar 22 persen.

"Untuk meniup pada akhir tahun ini, mungkin kita targetkan bisa tumbuh 20-30 persen. Pertumbuhan revenue ini bisa di-generate dari produksi listrik PLTM kita yang sudah beroperasi meningkat,” kata Aldo dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Selain itu, pendapatan perseroan juga akan disokong PLTM lain yang saat ini masih dalam proses. Di antaranya proyek Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah yang tengah memasuki proses kinstruksi. Kemudian PLTM Kukusan di Lampung yang diharapkan bisa mulai konstruksi tahun ini.

"Kalau dari sisi revenue perusahaan itu meningkat pada 2021 dibandingkan 2020. Tahun 2021 revenue mencapai Rp 198 miliar dibandingkan tahun sebelumnya Rp 50 miliar,” ungkap Aldo.

Sejalan dengan itu, laba kotor perseroan juga konsisten naik. Aldo mengatakan, perseroan memiliki operating margin yang cukup baik karena perusahaan tidak menggunakan bahan bakar. Selain itu, perusahaan juga mempunyai biaya operasional yang relatif rendah dan pembiayaan yang cukup baik didukung oleh pembiayaan yang ramah infrastruktur.

"Dengan itu kita bisa mendapatkan gross margin yang cukup baik,” imbuhnya.

Adapun sepanjang tahun lalu, Arkora Hydro mencatat laba bersih periode berjalan Rp 49,51 miliar pada 2021. Kondisi ini berbalik dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 22,96 miliar.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Arkora Hydro Siapkan Belanja Modal Rp 250 Miliar pada 2022

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Arkora Hydro Tbk menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 250 miliar hingga akhir tahun. Belanja modal itu utamanya dialokasikan untuk mendanai proyek perseroan di Sulawesi Tengah dan Lampung.

“Sekarang kita ada dua yang secara aktif capex-nya sedang berjalan. satu adalah proyek Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah dan yang sekarang akan mulai konstruksi juga yang di Lampung,” ungkap Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Artoko dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 21 Juni 2022.

Adapun belanja modal yang disiapkan untuk proyek Yaentu berkisar antara Rp 100—120 miliar.  Perseroan sudah merealisasikannya sekitar Rp 80—100 miliar dari belanja modal.

Sementara untuk proyek di Lampung, yakni konstruksi untuk proyek PLTM Kukusan 2, belanja yang disiapkan berkisar antara Rp 45-55 miliar pada 2022.

"Kita ada juga capex untuk Arkora Tenaga Matahari yang jumlahnya sekitar 20. Jadi mungkin kalau dirangkum sekitar Rp 200-250 miliar capex untuk tahun ini,” imbuh Aldo.

 

Dana Belanja Modal

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Adapun belanja modal pada 2022 berasal dari kas perseroan maupun pinjaman. Informasi saja, perseroan juga tengah menggalang dana di pasar modal melalui pencatatan saham perdana atau IPO.

Dalam aksi tersebut, perseroan mengincar dana segar sekitar Rp 165,85 miliar-Rp 179,76 miliar dengan menawarkan 579,9 juta saham baru dengan harga di rentang Rp 286 sampai Rp 310 per saham. Rencananya, dana hasil IPO akan dialokasikan untuk dua keperluan.

Pertama, sekitar 63 persen digunakan untuk tambahan investasi pada anak perusahaan yang akan dimaksimalkan untuk pengembangan proyek-proyek EBT ke depannya, yaitu 54 persen di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29 persen di PT Arkora Energi Baru dan 17 persen di PT Arkora Tenaga Matahari.  Sisanya sekitar 37 persen akan digunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek perseroan.

 

Arkora Hydro Siap Akuisisi Usai Tercatat di BEI

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Arkora Hydro Tbk berencana mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Usai aksi tersebut, Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Artoko mengatakan perseroan mengincar peluang akuisisi sebagai bagian dari ekspansi perseroan.

“Kita mau mencoba semaksimal mungkin bisa mengembangakn potensi yang ada. Kita juga akan lebih aktif lagi mencari target-target akuisis yang bisa kita laksanakan,” kata Aldo dalam konferensi pers, Selasa (21/6/2022).

Aldo menerangkan, ada setidaknya dua kriteria yang ditekankan perseroan dalam melakukan akuisisi. Pertama, yakni dari sisi teknis dan kedua dari sisi ESG. Namun, yang tak kalah penting, perseroan juga mempertimbangkan faktor keekonomian.

"Kita harus make sure proyek-proyek tersebut tidak mempunyai dampak kepada biodifersity atau dampak yang buruk pada masyarakat sekitar. Dan tentunya keekonomian, menenai harga akuisisi dan sebagainya,” imbuh Aldo.

Tidak hanya itu, perseroan juga aktif mencari proyek hidro berpotensi besar di atas 25 MW. Saat ini, Arkora Hydro telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya USD 1,65 juta per MW. Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh Arkora Hydro.

Kemudian ada Proyek Tomasa, yakni pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW. Proyek ini milik Arkora Hydro melalui anak usahanya, yaitu PT Akora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada Maret 2020.

Adapun proyek Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah saat ini sedang dalam konstruksi. Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), anak perusahaan tidak langsung milik Arkora Hydro. “Proyek ini sedang dalam pengerjaan. Hingga Maret 2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50 persen. Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan COD pada triwulan I 2023,” ungkap Aldo.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya