Samudera Indonesia Tebar Dividen Rp 50 per Saham, Catat Jadwalnya

PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) akan bayar dividen untuk tahun buku 2021 pada 29 Juli 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 04 Jul 2022, 11:34 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2022, 11:34 WIB
Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)
Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) menyampaikan rencana pembagian dividen tunai untuk periode tahun buku 2021 sebesar Rp 163,75 miliar atau Rp 50 per saham.

Hal itu telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Samudera Indonesia pada 29 Juni 2022.Sementara itu, pembagian dividen tunai untuk tahun buku 2021 mempertimbangkan laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk USD 93,02 juta atau Rp 1,38 triliun (asumsi kurs Rp 14.956 per dolar Amerika), saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya USD 216,57 juta atau Rp 3,23 triliun serta total ekuitas sebesar USD 381,79 atau Rp 5,71 triliun.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (4/7/2022), berikut jadwal lengkap pembagian dividen tunai PT Samudera Indonesia Tbk:

-Tanggal Efektif: 29 Juni 2022

-Tanggal Cum Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 7 Juli 2022

-Tanggal Ex Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 8 Juli 2022

-Tanggal Cum Dividen di Pasar Tunai: 11 Juli 2022

-Tanggal Ex Dividen di Pasar Tunai: 12 Juli 2022Tanggal Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 11 Juli 2022 Waktu 16:00

-Tanggal Pembayaran Dividen: 29 Juli 2022

Pada perdagangan Senin, 4 Juli 2022 pukul 11.22 WIB, saham SMDR melemah 6,95 persen ke posisi Rp 2.410 per saham. Saham SMDR berada di level tertinggi Rp 2.410 dan terendah Rp 2.410. Total frekuensi perdagangan 573 kali dengan volume perdagangan 15.497 saham. Nilai transaksi Rp 3,7 miliar.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dirut Samudera Indonesia Beli 46.900 Saham SMDR

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Direktur Utama (Dirut) PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) Bani Maulana Mulia sebanyak 46.900 lembar saham SMDR di kisaran harga Rp 1.815 - Rp 1.895.

Hal tersebut disampaikan disampaikan oleh Direktur Kepatuhan dan Sekretaris Perusahaan Samudera Indonesia Farida Helianti Sastrosatomo melalui keterbukaan informasinya ke regulator Pasar Modal Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (3/5/2022).

Pembelian saham tersebut dilakukan pada Kamis, 28 April 2022. Hal tersebut disampaikan dalam laporan itu. Sebelum pembelian saham ini, Bani Maulana Mulia memiliki sebanyak 5.555.300 saham (0,16 persen dari total saham SDMR).

Setelah pembelian saham tersebut, kepemilikan saham Bani Maulana Mulia bertambah menjadi sebanyak 5.602.200 saham (0,17 persen).

Bani Maulana Mulia membeli saham sebanyak tiga kali, yaitu sebanyak 20.000 lembar saham, kemudian 23.500 lembar saham dan terakhir 3.400 lembar saham.

Ketiga transaksi pembelian tersebut dilakukan pada hari yang sama.Berdasarkan data BEI, selain oleh Bani Maulana Mulia, saham SDMR dimiliki oleh PT Ngrumat Bondo Utomo Lebih sebanyak 470.329.960 saham (setara 14,36 persen), PT Samudera Indonesia Tangguh sebanyak 1.898.800.000 saham (setara 57,98 persen), Publik sebanyak 905.990.040 (setara 27,66 persen), dan Komisaris SDMR Masli Mulia sebanyak 13.170.000 (setara 0,4 persen).

Saham Jasa Pelayaran Angkutan Laut ini pada Kamis, 28 April 2022, sempat ada di level tertinggi di Rp 2.030 per saham, terendah di Rp 1.865 per saham, dan ditutup di Rp 2.000 per saham.

Dibanding sehari sebelumnya, Rabu, 27 April 2022, saham SDMR saat penutupan menguat sebesar Rp 120 (setara 6,38 persen) dari Rp 1.880 per saham. Total volume perdagangan 21.815.400 saham. Nilai transaksi Rp 42,9 miliar. Total frekuensi perdagangan 6.799 kali.

Sepanjang 2022, saham SMDR melambung 101,01 persen ke posisi Rp 2.000 per saham. Saham SMDR berada di level tertinggi Rp 2.030 dan terendah Rp 890 per saham. Total volume perdagangan 977.827.901 saham. Nilai transaksi Rp 1,3 triliun. Total frekuensi perdagangan 294.198 kali.

Samudera Indonesia Kantongi Laba USD 93 Juta pada 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, di tengah gejolak dunia pelayaran global sepanjang tahun 2021, PT Samudera Indonesia Tbk berhasil mencapai pendapatan sebesar USD 673 juta, tumbuh 37 persen dari pencapaian tahun sebelumnya.

Pengelolaan kegiatan operasional yang efektif, diiringi dengan utilisasi sumber daya perusahaan yang cermat mampu menghasilkan peningkatan laba operasional sebesar hampir 500 persen.

Dengan hasil tersebut, Samudera Indonesia berhasil mencatatkan laba sebesar USD 93 juta.

"Kami bersyukur dapat melewati tahun 2021 dengan sangat baik dan berada di posisi saat ini,” ungkap Direktur Utama Samudera Indonesia Bani M. Mulia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (1/4/2022)

Dia mengatakan, pasar pelayaran global saat ini seperti lautan yang penuh dengan ombak, banyak tantangan, kesempatan, dan keseruan di dalamnya.

“Kami bersemangat dan optimis dalam menjalani bisnis di tahun ini dengan banyaknya potensi dan kesempatan yang ada. Tantangan selalu ada dan bisa datang kapan saja seperti gelombang," tuturnya.

"Dengan demikian penting untuk selalu berhati-hati, menjaga keseimbangan, supaya bisa mempertahankan kinerja di posisi yang berkelanjutan, ibarat riding the wave dengan papan selancar,” Bani menambahkan.

Dari sisi kinerja, sampai dengan Februari 2022 Samudera Indonesia telah menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun lalu.

Didukung oleh persiapan dan strategi yang telah dilakukan, laba bersih perusahaan hingga Februari 2022 naik hampir 400 persen dibandingkan Februari 2021.

 

Biaya Transportasi Masih Tetap Tinggi

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, invasi Rusia ke Ukraina dinilai tidak terlalu berdampak terhadap Indonesia. Namun, ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina juga menjadi salah satu yang memicu biaya freight atau biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk pengiriman barang impor ke tempat tujuan.

"Secara ekspor impor kita itu semua di bawah 1 persen nol koma sekian dengan Rusia maupun dengan Ukraina dan komoditinya yang besar untuk ekspor dari Rusia adalah kategori lemak minyak hewan nabati dan impornya Rusia adalah besi baja yang sama untuk Ukraina ekspornya dan impor nya lebih banyak ke gandum,” ujar Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk Bani Maulana Mulia dalam Research Talk Konflik Rusia – Ukraina oleh Universitas Prasetiya Mulya, ditulis Sabtu (9/4/2022).

Dia menambahkan, Rusia bukan sumber signfikan untuk impor. Dengan demikian konflik Rusia-Ukraina tidak terlalu berpengaruh ke Indonesia. Namun, Ukraina, salah satu sumber impor gandum Indonesia. Meski demikian, Bani menilai, Indonesia dapat sumber alternatif dari negara lain.

“Untuk cereal juga untuk gandum dari Ukraina meskipun itu merupakan nomor dua terbesar sumber impor gandum bagi Indonesia dan terlihat bahkan di januari-februari sudah terlihat menurun drastis mungkin di awal sebelum konflik dimulai sudah terpengaruh, Tapi kita masih bisa mendapatkan dari negara-negara sumber lain dari Australia, Brazil dan Argentina,” tutur dia.

 

 

Tantangan Biaya

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Di sisi lain, dunia usaha juga hadapi tantangan biaya freight dan rantai pasokan. Bani menuturkan, sejak awal COVID-19, krisis rantai pasokan sudah ditemui.

"Intinya tingkat freight rate yang sangat tinggi hampir di seluruh sektor pelayaran dan hampir di seluruh area di dunia,” ujar dia.

Meski demikian, kondisi indeks biaya freight sudah lebih rendah dibandingkan 2021. "Kalau dilihat sejak up to date 2022 itu  kita sudah naik dari awal tahun sebelumnya 32 persen, tapi kalau dibandingkan dengan tahun lalu sebenernya kita udah lebih rendah lebih rendah 6 persen dibandingkan posisi year on year tahun lalu,” ujar dia.

Selain itu, menurut Bani, kenaikan biaya freight bukan hanya dari konflik Rusia-Ukraina saja tetapi juga faktor lainnya.

"Sebenarnya memang commodity price memang yang mendrive juga salah satu hal yang tingginya freight rates dan  hampir semua jenis komoditas itu naik walaupun pasti penyebabnya juga bermacam-macam berbagai faktor tidak hanya semata-mata konflik Rusia Ukraina, tapi memang itu juga mendorong,” imbuh dia.

 

Faktor Lain

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun faktor lain pengaruhi biaya freight  adalah fenomena cuaca yang mempengaruhi produk-produk pangan sehingga dorong harga komoditas. Selain itu, faktor dari China.

“Sebenarnya faktor pendorong utama dari kenaikan itu freight rates menurut kami itu sebenarnya sangat tinggi besar dari China. Itu yang sebenarnya memberikan efek terbesar secara global,” tuturnya.

China yang mengalami pemulihan perdagangan terlebih dahulu pada saat dunia lain semua terkena oleh COVID-19 dan lockdown, kemudian permintaan yang besar dari Amerika Utara, Eropa terhadap produk China.

"Itu yang membuat freight rate sangat tersedot ke China hampir semua bahkan kapal-kapal domestik di Indonesia pun tersedot untuk melayani frekuensi yang tinggi di luar negeri dan semua bersumber dari China,” ucapnya.

“Ini adalah efek kalau tadi kita lihat indeks lebih rendah dibandingkan tahun lalu karena juga mungkin pasti ada efek bahwa ada lockdown lagi di China sekarang,” ia menambahkan.

“Walaupun mungkin sebenarnya COVID-19 risk-nya mudah-mudahan kecil dan tidak akan mengulang lagi seperti yang satu sudah terjadi sebelumnya,”.

Namun, antisipasi yang dilakukan pemerintah China itu sangat besar sehingga sebenarnya apabila sampai benar-benar lockdown itu  dinilai pengaruhnya memang sangat besar.

"Mungkin ini yang lebih terasa dibandingkan efek Rusia Ukraina apabila slow down yang ada di China, ini yang menyebabkan kenaikan freight rate nya itu ada tertahan. Tapi kalau misalnya ini sudah kembali full force, menurut  saya memang agak sulit untuk mengharapkan bahwa freight rate itu tidak tergolong tinggi,” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya