Strategi Investasi di Tengah Inflasi ala Moduit Digital Indonesia

Investment Conoisseur Moduit Digital Indonesia, Manuel Adhy Purwanto mengatakan, di tengah inflasi terdapat sejumlah strategi yang bisa digunakan untuk investasi.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 03 Agu 2022, 17:10 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2022, 17:10 WIB
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Juli 2022 mencapai 3,85 persen secara tahun kalender (Januari-Juli 2022). Inflasi mencapai 4,94 persen secara tahunan dibanding Juli 2022. Hal itu pun memberikan dampak bagi investor yang ingin berinvestasi.

Investment Conoisseur Moduit Digital Indonesia, Manuel Adhy Purwanto mengatakan, di tengah inflasi terdapat sejumlah strategi yang bisa digunakan untuk investasi, salah satunya memilih investasi di obligasi dan juga saham.

"Dengan inflasi yang tinggi seperti ini, yang pasti ke deposito atau reksa dana yang berbasis pasar uang kurang menarik, karena dibawah inflasi keuntungannya yang bisa didapatkan saat ini,” kata Manuel kepada awak media, Rabu (3/8/2022).

Manuel menuturkan, keuntungan yang bisa didapatkan dengan investasi di obligasi bisa mencapai 6-7 persen.

"Di situasi saat ini masih lebih ke arah saham ataupun obligasi, kalau lihat obligasi tentunya bervariasi, saya kira kondisi saat ini obligasi bisa mendapatkan return sebanyak 6-7 persen itu menurut kita sudah cukup menarik bagi investor yang tidak terlalu agresif,” katanya.

Namun, bagi investor yang agresif, Manuel lebih merekomendasikan investasi saham. "Kalau (investor) yang agresif itu saham, kalau kita lihat saham ini di kalangan investor cenderung ikut-ikutan padahal konsep investasi saham itu bukan seperti itu,” jelasnya. 

Dia menambahkan, sebelum melakukan investasi saham para investor ini harus mempelajari secara rinci terkait produk tersebut, seperti mempelajari laporan keuangan, kesehatan perusahaan dan sebagainya.

"Harusnya kita mempelajari lebih detail seperti laporan keuangannya, kesehatan perusahaannya, dan sebagainya,” ungkapnya.

Kemudian, Manuel menyebutkan, saham yang menarik untuk dicermati di tengah inflasi yakni saham dari sektor perbankan, antara lain BBCA, BBRI, BMRI, BBNI. 

Sejalan dengan Manuel, Chief Business Officer Moduit, Stefanus Adi Utomo mengatakan, obligasi pemerintah bisa merupakan pilihan untuk berinvestasi di tengah inflasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Intip Strategi Investasi seperti Warren Buffett Selama Resesi

Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)
Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)

Sebelumnya, antara 2020 hingga 2022, harga saham berhasil melesat tinggi. Namun, pada 2022, harga saham harus kembali melemah dipengaruhi berbagai macam sentimen, salah satunya masalah ekonomi yang disebut berpotensi terjadi resesi. 

S&P 500 (INX) turun sekitar 18 persen year-to-date, tingkat inflasi di AS berada di level tertinggi 40 tahun, kekacauan geopolitik berlimpah dan resesi menjulang. Dalam situasi ini, ada beberapa cara investasi yang dilakukan oleh investor senior, Warren Buffett. Adapun caranya sebagai berikut:

Lakukan Analisis

Buffett menjelaskan, reli saham sebagian besar didasarkan pada teknis, pemerasan pendek yang terkoordinasi, dan bukan pada apakah perusahaan dapat bertahan dalam jangka panjang. 

"Pembelian sembarangan itu membantu mengubah wall street menjadi ruang perjudian," kata Buffett pada pertemuan perusahaannya April lalu, dikutip dari CNN, Minggu (24/7/2022). 

Menurut Buffett, analisis teknis berguna untuk perdagangan jangka pendek dan untuk pasar waktu, sedangkan analisis fundamental berguna untuk investasi jangka panjang, yang kurang rentan terhadap keinginan ekonomi.

Dalam jangka panjang, saham cenderung mengungguli inflasi dan pulih dari penurunan dengan selisih lebar, tetapi ini adalah maraton bukan sprint. Buffett dikenal mengatakan periode kepemilikan saham favoritnya adalah selamanya.

Analisis fundamental tidak memberi tahu investor banyak tentang apa yang akan terjadi dalam waktu dekat, tetapi ketika saatnya untuk berjongkok dan melewati masa-masa sulit, investasi fundamental adalah cara yang harus dilakukan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Percaya Diri Sendiri dan Investasi dalam Bisnis yang Dipahami

Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)

Percaya Diri Sendiri

Melihat cara investasi Buffett, investor tidak pandai memprediksi masa depan, kata Steven Check, yang menjalankan perusahaan penasihat keuangan Check Capital. Mereka cenderung bereaksi berlebihan terhadap masalah langsung. 

"Pasar tidak rasional dalam jangka pendek, tetapi selalu rasional dalam jangka panjang," kata Check. 

Gelembung tumbuh dan pecah tetapi jika Anda mempertimbangkan bagaimana bisnis akan berjalan selama dekade berikutnya dan kemudian bertahan dengannya. Anda pada akhirnya akan mendapatkan imbalan," lanjut dia.

Maka dari itu, menurut Check tidak perlu jadi guru saham, setidaknya percaya dengan diri sendiri dalam memilih saham. 

Investasi Dalam Bisnis yang Dipahami

Dalam aturan investasi Buffett, penting untuk investor melakukan pekerjaan itu sendiri dan tidak pernah berinvestasi dalam bisnis yang tidak dipahami. Tempat yang baik untuk memulai adalah dengan membaca tentang perusahaan yang prospektif.


Investasi di Bisnis yang Dipahami

Ilustrasi pendanaan, investasi, dolar
Ilustrasi pendanaan, investasi, dolar. Kredit: pasja1000 from Pixabay

Investor bisa mulai menanyakan hal-hal seperti siapa yang mengelola bisnis, apa yang dipromosikan, dan bagaimana caranya. Apakah diri sendiri memahami produk dan apakah produk itu memiliki prospek baik pada ekonomi masa depan? 

Deretan pertanyaan tersebut bisa mulai ditanyakan pada diri sendiri sehingga bisa memahami saham yang dipilih. 

"Evaluasi neraca mereka. Apakah laporan laba rugi, laporan arus kas, biaya operasi, pendapatan dan pengeluaran mereka tampak sehat? Apakah laba bersih telah meningkat selama beberapa tahun terakhir? Apakah utang perusahaan tampak aneh?," ujar Check.

Akhirnya, menurut Check, investasi harus tetap up to date, tidak berakhir saat perdagangan berjalan. Ekonomi berkembang dan portofolio investasi juga harus berkembang.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya