Liputan6.com, Jakarta - Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), Irwan Hidayat membeli saham SIDO pada 3 Agustus 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Irwan Hidayat beli 1.279.400 saham SIDO atau setara 0,004 persen dengan harga pembelian saham Rp 780 per saham. Total nilai pembelian saham Rp 997,93 juta.
Baca Juga
“Tujuan transaksi penambahan kepemilikan saham dengan kepemilikan saham langsung,”
Advertisement
Setelah transaksi pembelian saham, Irwan genggam 1.279.400 saham SIDO .
Pada penutupan perdagangan Senin, 8 Agustus 2022, saham SIDO turun 1,32 persen ke posisi Rp 750 per saham. Saham SIDO dibuka naik 15 poin ke posisi Rp 775 per saham. Saham SIDO berada di level tertinggi Rp 775 dan terendah Rp 730 per saham. Total frekuensi perdagangan 19.636 kali dengan volume perdagangan 715.656 saham. Nilai transaksi Rp 54,3 miliar.
Sebelumnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau disebut Sidomuncul mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I 2022.
Pada periode tersebut, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 11,23 persen menjadi Rp 445,6 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 502 miliar.
Raihan itu sejalan dengan penjualan Sidomuncul yang turun 2,58 persen menjadi Rp 1,61 triliun pada semester I 2022, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,65 triliun.
Mengutip laporan keuangan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Senin, 1 Agustus 2022, turunnya pendapatan utamanya disebabkan penjualan segmen jamu herbal dan suplemen yang turun signifikan menjadi Rp 988,73 miliar pada semester I 2022, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,06 triliun.
Sementara dua segmen lainnya tercatat mengalami kenaikan. Seperti segmen makanan dan minuman yang naik menjadi Rp 544,82 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 526,24 miliar. Serta segmen farmasi yang masih tumbuh menjadi Rp 78,55 miliar dibanding sebelumnya Rp 67 miliar.
Kinerja Laba
Saat penjualan turun, beban pokok penjualan justru naik 4,54 persen menjadi Rp 757,61 miliar. Sehingga laba bruto turun 8,13 persen menjadi RP 845,49 miliar. Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp 195,25 miliar, beban umum dan administrasi Rp 119,87 miliar, dan beban lain-lain Rp 11 juta, dan pendapatan lain-lain Rp 19,25 miliar.
Pada saat bersamaan, perseroan mencatatkan penghasilan keuangan sebesar Rp 14,76 miliar dan biaya keuangan Rp 474 juta.
Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mampu mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 445,6 miliar. Turun 11,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 502 miliar.
Dari sisi aset Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul sampai dengan peruh pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 3,57 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 4,07 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 1,77 triliun dan aset tidak lancar Rp 1,81 triliun.
Liabilitas juga mengalami penurunan menjadi Rp 337,18 miliar dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 597,79 miliar. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 284,34 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 52,85 miliar. Sementara ekuitas hingga Juni 2022 juga turun menjadi Rp 3,24 triliun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 3,47 triliun.
Advertisement
Jurus Sido Muncul Hadapi Tekanan Rupiah
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat melemah dan tembus 15.015 turut pengaruhi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup 14.999 pada perdagangan Jumat, 15 Juli 2022. Selama sepekan, rupiah melemah tipis 0,12 persen ke posisi 14.999 pada 15 Juli 2022 dari posisi 8 Juli 2022 sebesar 14.981 per dolar AS, demikian mengutip data Bank Indonesia (BI).
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk menyatakan, rupiah melemah berdampak terhadap kenaikan harga bahan baku terutama bahan baku yang berkaitan dengan dolar Amerika Serikat dan juga bahan kemasan yang kenaikan harga pokok penjualan.
Melihat hal itu, Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, David Hidayat menuturkan, kenaikan harga jual harus dilakukan meski secara bertahap. Selain rupiah, inflasi juga turut berdampak terhadap kinerja perseroan.
"Inflasi ini menurunkan daya beli masyarakat, mereka memiliki preferensi konsumsi. Kebetulan setelah pandemi masyarakat juga telah memiliki kesadaran terhadap kesehatan, jadi mereka masih membeli produk kesehatan meskipun tidak sebanyak sebelumnya,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu, 17 Juli 2022.
Selanjutnya
David menilai, dampak inflasi ini memang harus diantisipasi dan mencari terobosan baru untuk mempertahankan kinerja keuangan perseroan. David pun berharap kinerja keuangan semester I 2022 masih cukup bagus meski tidak dapat dibandingkan dengan lonjakan permintaan akibat COVID-19 pada Juni 2021.
Seiring rupiah melemah terhadap dolar AS itu, David menuturkan, perseroan menggenjot penjualan ekspor yang telah menjadi pilar pertumbuhan Sido Muncul. "Selain itu, efisiensi terutama di operasi terus kami lakukan,” ujar dia.
Terkait realisasi belanja modal, David mengatakan, masih sesuai jalur. Hingga Juni 2022, belanja modal masih belum melewati 50 persen dari jumlah yang dianggarkan. Sebelumnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk siapkan belanja modal Rp 210 miliar pada 2022.
Advertisement