Alasan XL Axiata Lepas Usaha Data Center

XL Axiata (EXCL) melepas bisnis data center dan melakukan pengelolaan bisnis data center melalui skema kerja sama

oleh Elga Nurmutia diperbarui 08 Sep 2022, 21:03 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2022, 21:03 WIB
XL Axiata
Ilustrasi XL Axiata (Liputan6.com/ Agustin Setyo W).

Liputan6.com, Jakarta - PT XL Axiata Tbk (EXCL) divestasi data center untuk dapat dikelola kepada pihak berkompeten sehingga lebih optimal ke depan.

Head External Communications XL Axiata Henry Wijayanto menuturkan pertimbangan XL Axiata melepas bisnis data center dan melakukan pengelolaan bisnis data center melalui skema kerja sama dengan pihak lain, karena pengelolaan bisnis data center membutuhkan kompetensi khusus yang mana kompetensi tersebut bukan merupakan fokus usaha Perseroan.

"Sehingga tentu lebih tepat dikelola oleh pihak mitra yang lebih berkompeten, sehingga perusahaan memiliki potensi untuk meraih manfaat yang lebih optimal," kata Henry kepada awak media, Kamis (8/9/2022).

Untuk diketahui bahwa saat ini untuk pengelolaan bisnis data center XL Axiata melakukan skema kerjasama dengan pihak lain.

"XL Axiata sudah menjual bisnis data center ke PT PDG Data Centres yang merupakan anak usaha XL dengan mempertahankan kepemilikan saham, dimana saham yang dimiliki saat ini sebesar 14,82 persen," ujar dia.

Sebelumnya, PT XL Axiata Tbk (EXCL) menambah modal pada entitas asosiasi yang bergerak di bidang pusat data atau data center, yakni PT Princeton Digital Group Data Center (PDGDC).

Sekretaris Perusahaan PT XL Axiata Tbk, Ranty Astari Rachman menuturkan, pada 4 Agustus 2022, PT PDGDC telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas peningkatan modal dasar, modal disetor dan ditempatkan. Yakni menjadi Rp 1,36 triliun dari semula Rp 670,04 miliar.

 

Peningkatan Modal Dasar

XL Axiata
XL Axiata mengumumkan kerja sama bidang cloud dengan Google Cloud (Foto: XL Axiata)

"Peningkatan modal dasar, modal disetor dan ditempatkan tersebut adalah hasil penerbitan saham baru oleh PT PDGDC dan pengambilan bagian atas saham baru tersebut oleh Princeton Digital Group (Indonesia Alpha) Pte. Ltd," ujar Ranty dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (9/8/2022).

Adapun total saham PT PDGDC saat ini menjadi sebanyak 13.561.268 lembar saham senilai Rp 1,36 triliun. Usai transaksi, PT XL Axiata Tbk kini genggam 2.010.120 lembar saham PT PDGDC senilai Rp 201,01 miliar. Besaran itu Setara 14,82 persen dari seluruh modal PT PDGDC.

Sedangkan sisanya sebanyak 11.551.148 lembar saham atau 85,18 persen saham PT PDGDC senilai Rp 1,16 triliun dimiliki oleh Princeton Digital Group (Indonesia Alpha) Pte. Ltd.

 

XL Axiata Serap Belanja Modal Rp 6,8 Triliun hingga Semester I 2022

BTS 4G XL Axiata di Banggai, Sulawesi Tengah
Teknisi XL Axiata sedang melakukan pemeriksaan perangkat BTS 4G di atas tower yang berada di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Selatan, Rabu (24/8). Foto: Corcomm XL Axiata.

Sebelumnya, PT XL Axiata Tbk (EXCL) telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 6,88 triliun pada semester I 2022.

Sebelumnya, perusahaan telekomunikasi, PT XL Axiata Tbk (EXCL) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 9 triliun pada 2022. Anggaran capex tersebut relatif sama dengan 2021.

Sementara itu, Head External Communications XL Axiata Henry Wijayanto menuturkan, XL Axiata masih fokus untuk meningkatkan bisnis layanan data, terutama untuk layanan konvergensi.

"XL masih fokus untuk meningkatkan bisnis layanan data, terutama untuk layanan konvergensi ini,” kata Henry kepada awak media, Kamis (8/9/2022).

Selain itu, XL Axiata juga melakukan transformasi bisnis dalam upaya mendorong kinerja Perseroan.

“XL masih transformasi bisnis, proses digitalisasi, kemudian pengembangan pembangunan infrastruktur dilakukan. Jadi itu untuk mendorong kinerja perusahaan,” kata Henry.

Sejalan dengan Henry, Chief of Corporate Affairs Marwan O Baasir menuturkan, XL memiliki visi untuk mengarah ke layanan konvergensi.

“Saat ini kita visinya mau mengarah ke konvergensi, karena dengan aktivitas banyak di rumah, ini 50:50 hybrid. Berarti layanan bukan hanya di mobile, tapi juga di fisik, makanya larinya ke konvergensi,” kata Marwan.

Sebelumnya, perusahaan telekomunikasi, PT XL Axiata Tbk (EXCL) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 9 triliun pada 2022.

Hal tersebut disampaikan Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini melalui siaran persnya, Senin, 21 Februari 2022.

Anggaran capex tersebut relatif sama dengan 2021. Meskipun tahun lalu realisasi capex XL Axiata sedikit lebih besar hingga mencapai Rp 9,92 triliun.

"Kami telah membelanjakan capex yang lebih besar pada 2021 untuk meningkatkan kualitas jaringan serta meningkatkan digitalisasi guna menghadirkan customer experience yang terbaik. Fokus kami bukan untuk merespons persaingan tarif layanan, tetapi lebih pada memberikan customer experience terbaik dan menciptakan nilai bagi pelanggan kami," kata Dian.

Anggaran Belanja Modal

BTS 4G XL Axiata di Banggai, Sulawesi Tengah
Teknisi XL Axiata sedang melakukan pemeriksaan perangkat BTS 4G di atas tower yang berada di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Selatan, Rabu (24/8). Foto: Corpcomm XL Axiata. 

Seperti halnya tahun lalu, anggaran capex pada 2022 pun akan digunakan untuk membiayai pembangunan jaringan dan mendorong pertumbuhan pendapatan XL Axiata pada 2022.

Apalagi tahun ini ada sejumlah peluang positif di Industri Telekomunikasi Indonesia yang bisa dimanfaatkan perseroan untuk dapat meningkatkan performa ke depan. Peluang-peluang tersebut antara lain:

1. Pemulihan ekonomi, yang diprediksi akan bisa terlaksana seiring dengan prediksi akan meredanya Covid-19 pada tahun 2022, yang berarti pertumbuhan ekonomi siap untuk pulih lagi.

2. Cara kerja digital meningkat, termasuk di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari masyarakat, akan menciptakan peningkatan permintaan jangka panjang struktural untuk data.

3. Potensi peningkatan permintaan untuk layanan fixed broadband (FTTH) karena tuntutan bekerja dari rumah dan kerja secara hibrida.

4. Keberadaan Omnibus Law, di mana regulasi ini membawa peluang positif jangka panjang bagi industri melalui efisiensi capex dan opex untuk perkembangan 5G serta manfaat lainnya.

"Kami melihat peluang pengembangan layanan konvergensi yang sangat luas di masa mendatang," kata dia.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya