Memahami Indikator Frequency Analyzer dalam Trading Saham

Frequency Analyzer Adalah indikator mendeteksi adanya transaksi besar atau lot besar.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 11 Sep 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2022, 06:00 WIB
Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia trading dan investasi saham, para investor maupun trader yang ingin meraih keuntungan setidaknya perlu memahami beberapa cara analisis dalam pergerakan harga saham. 

Umumnya dikenal ada dua analisis dalam dunia investasi yaitu analisis fundamental dan juga teknikal. Dalam analisis teknikal di dalamnya masih banyak cara-cara yang dapat dilakukan trader maupun investor untuk memprediksi pergerakan harga suatu saham, salah satunya adalah dengan menggunakan indikator Frequency Analyzer.

Investment Content Creator, Julianty Lie dalam sebuah webinar yang diselenggarakan Indonesia Investment Education (IIE), Sabtu (10/9/2022) menjelaskan cara menggunakan Frequency Analyzer dalam trading saham. 

Julianty memaparkan, Frequency Analyzer Adalah indikator mendeteksi adanya transaksi besar atau lot besar atau yang sering disebut dengan market maker. Indikator ini umumnya digunakan saat kondisi pasar sideway dan jumlah transaksinya sedikit. 

“Indikator ini digunakan untuk mendeteksi adanya akumulasi atau distribusi. Hal yang perlu dipahami, indikator Frequency Analyzer tidak memberikan sinyal entry atau exit,” ujar Julianty.

Berbeda dengan indikator lain seperti Moving Average (MA) dan Stochastic yang menurut Julianty memberikan sinyal kapan untuk entry atau masuk market dan kapan harus exit atau keluar market.

Dapat Dikombinasikan Indikator Lain

Julianty menjelaskan tidak ada indikator yang sepenuhnya sempurna dalam trading, setiap indikator memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Maka dari itu, trader harus bisa memahami kondisi tren untuk memilih indikator mana yang akan digunakan. 

“Untuk indikator Frequency Analyzer, bisa dikombinasikan dengan indikator Price Action. Karena tidak ada indikator yang berdiri sendiri, semua harus dikombinasikan dengan indikator lain. Jika hanya menggunakan satu indikator, kemungkinan membaca sinyal yang salah,” jelas Julianty.

 

Kurang Populer

Adapun Julianty mengungkapkan jika indikator Frequency Analyzer kurang populer karena kurangnya penjelasan cara menggunakannya dengan baik juga kurangnya akses penggunaan indikator. 

“Sama seperti pengalaman saya dulu, karena saya tidak mengerti cara menggunakan  Frequency Analyzer, maka saya beranggap Frequency Analyzer itu tidak terpakai, tidak efektif, jadi buat apa saya pakai. Karena tidak populer, banyak platform yang tidak support indikator ini,” ungkap dia. 

Cocok Digunakan untuk Saham yang Sideway

Indikator Frequency Analyzer sendiri menurut Julianty lebih efektif digunakan untuk membaca pergerakan harga saham yang sedang sideway dan juga untuk saham Zombie

Istilah “saham zombie” bersumber dari julukan bagi perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki cukup dana untuk beroperasi. Perusahaan-perusahaan ini mungkin hanya mampu memenuhi biaya overhead, tetapi tidak punya modal untuk berekspansi. 

Mereka bertahan dengan bantuan utang bank, serta memiliki beban bunga yang makin lama makin besar. Perusahaan-perusahaan ini diberi predikat “zombie”.

Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan indikator Frequency Analyzer dapat digunakan pada saham-saham lain. 

“Pada dasarnya indikator ini bisa digunakan pada semua saham tetapi harus digunakan dengan pemahaman yang baik tentang indikator ini,” pungkas Julianty.

DisclaimerSetiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya