Perintis Triniti Properti Bidik Pendapatan Rp 25 Triliun dari Tiga Proyek Baru

Presiden Direktur Perintis Triniti Properti, Ishak Chandra menuturkan, perseroan meluncurkan proyek baru yang dimulai dengan soft launch Seqouia Hill Sentul.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 27 Sep 2022, 19:10 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 19:10 WIB
Ilustrasi Triniti Land (Dok: Triniti Land)
Ilustrasi Triniti Land (Dok: Triniti Land)

Liputan6.com, Jakarta - PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) bidik pendapatan dari tiga proyek baru hingga Rp 25 triliun. Proyek baru tersebut antara lain, Seqouia Hill, Holdwell Business Park dan Tanamori Labuan Bajo.

Presiden Direktur Perintis Triniti Properti, Ishak Chandra menuturkan, perseroan meluncurkan proyek baru yang dimulai dengan soft launch Seqouia Hill Sentul satu bulan yang lalu.

"Potensial pendapatan dari tiga proyek baru sebesar Rp 20 sampai 25 triliun,” kata Ishak dalam Exclusive Media Gathering bersama PT Perintis Triniti Properti Tbk, Selasa (27/9/2022).

Ishak juga menyebutkan, penjualan Perseroan sudah mencapai Rp 1,3 triliun-Rp 1,4 triliun dalam setahun terakhir. 

"Kita sudah jualan Rp 1,3-1,4 triliun dalam setahun terakhir. Kita bukukan beberapa miliar. Karena mengaplikasikan PSAK 72. Artinya, penjualan tidak bisa dibukukan sebelum adanya serah terima,” kata dia.

Ia mengatakan, terkait strategi yang dilakukan Perseroan. Salah satu strateginya adalah memfokuskan tiga sektor properti dalam tiga tahun mendatang, yakni transit oriented development (TOD) projects landed house dan logistic park. 

"Re-focus pada tiga sektor properti dalam tiga tahun mendatang yakni Transit Oriented Development (TOD) projects landed house dan logistic park, masuk ke growth area baru di luar Jabodetabek serta penambahan landbank dan proyek baru dengan sistem partnership dan collaboration dengan pemilik lahan akan menjadi fokus perseroan,” imbuhnya. 


Kinerja Semester I 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau Triniti Land mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Pada periode tersebut, PT Perintis Triniti Properti Tbk mencatatkan penjualan senilai Rp 689,53 juta. Raihan ini turun 62,49 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar. Rp 1,86 miliar.

Beban pokok penjualan dan beban langsung berhasil ditekan menjadi Rp 112,25 juta dari Rp 903,28 juta pada semester I 2021. Meski begitu, laba bruto tetap turun menjadi Rp 586,28 juta dari Rp 958,99 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Beban penjualan pada semester I 2022 tercatat sebesar Rp 14,67 miliar, membengkak dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 9.07 miliar.

Sementara beban umum dan administrasi sebesar Rp 25,55 miliar, juga naik signifikan dari Rp 16,28 miliar pada semester I 2021. Alhasil, perseroan mencatatkan rugi operasional senilai Rp 39,63 miliar, lebih dalam dibanding semester I 2021 di mana rugi operasional tercatat sebesar Rp 24,34 miliar.

Pada periode yang sama, perseroan mencatatkan penghasilan bunga Rp 946,85 juta, penghasilan lain-lain Rp 990,17 juta, beban keuangan Rp 5,08 miliar, bagian atas laba ventura bersama Rp 170,87 juta, dan bagian atas laba entitas asosiasi Rp 103,79 miliar.

 


Selanjutnya

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Dari rincian itu, setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 42,49 miliar. Naik lebih dari dua kali lipat atau 119,56 persen dari rugi tahun lalu sebesar Rp 19,35 miliar.

Sementara rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 29,36 miliar, juga naik lebih dari dua kali lipat atau 102,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu dengan rugi tercatat sebesar Rp 14,52 miliar.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 1,06 triliun, naik dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 1,87 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 1,15 triliun dan aset tidak lancar Rp 908,77 miliar.

Liabilitas sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 1,5 triliun, naik dibanding Desember 2021 sebesar Rp 1,2 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 1,25 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 240,23 miliar

Sementara ekuitas per Juni 2022 turun menjadi Rp 571,17 miliar dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 657,03 miliar.

 


Prapenjualan hingga Agustus 2022

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)

Sebelumnya, PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau disebut Triniti Land mencatatkan marketing revenue atau prapenjualan Rp 624,2 miliar hingga Agustus 2022.

Mengutip keterangan tertulis perseroan, ditulis Selasa (13/9/2022), pencapaian prapenjualan hingga Agustus 2022 sudah melampaui perolehan 2021 sebesar Rp 492,3 miliar. Prapenjualan Triniti Land tersebut naik 26 persen.

Prapenjualan ini sudah mencapai 69,3 persen dari target tahunan perseroan hingga akhir 2022 sebesar Rp 900 miliar. Bahkan perseroan prediksi hingga akhir tahun dapat mencatat prapenjualan hingga Rp 1,05 triliun. Prapenjualan itu naik 220 persen dibandingkan prapenjualan pada 2021.

Presiden Direktur & CEO Triniti Land (PT Perintis Triniti Properti Tbk), Ishak Chandra menuturkan, setelah 2.5 tahun tidak bisa membukukan pendapatan sama sekali, sehingga mengharapkan akhir tahun 2022 ini bisa membukukan pendapatan dan keuntungan karena proses serah terima Collins Boulevard sudah dimulai sejak September 2022.

“Kontribusi marketing revenue Perseroan terutama diperoleh dari proyek terbaru Perseroan yang berlokasi di Sentul, Sequoia Hills sebesar Rp 300,2 miliar. Kontribusi ini setara dengan 48 persen dari seluruh Marketing Revenue Perseroan hingga Agustus 2022,” kata dia.

Sementara itu Proyek Collins Boulevard memiliki kontribusi sebesar 24 persen bagi seluruh pendapatan Perseroan pada 2022.


Belum Bisa Dicatatkan karena PSAK 72

Ilustrasi laporan keuangan.
Ilustrasi laporan keuangan. (Photo by Serpstat from Pexels)

Meski mencatatkan prapenjualan yang sesuai target, pendapatan Perseroan belum bisa dibukukan sejak 2020 yang lalu karena implementasi PSAK 72. Pencatatan Penjualan baru dapat dilakukan setelah serah terima unit. Saat ini kebanyakan proyek Perseroan sedang dalam tahap pembangunan, sehingga Perseroan belum dapat mencatatnya sebagai pendapatan sejak 2020 hingga semester I 2022.

“Kerugian Perseroan sebesar Rp 29,36 miliar saat ini, bukan dikarenakan utang yang menumpuk terlebih karena Debt to Equity Ratio (DER) Perseroan masih memiliki kemampuan pembayaran yang cukup baik,” tutur dia.

Sementara itu, peningkatan liabilitas dikarenakan penjualan perseroan pada 2022 yang naik tinggi, sehingga uang muka pelanggan masuk ke dalam komponen utang lancar.

“Karena Perseroan belum dapat membukukan sebagai pendapatan, sehingga posisinya  masih di uang muka,” ujar dia.

Ishak menambahkan, Pendapatan Perseroan diprediksi sudah bisa dicatatkan mulai kuartal III-2022 karena sudah dimulainya serah terima unit Collins Boulevard secara bertahap yang dimulai pada Agustus 2022. Hal ini diprediksi akan membuat laporan keuangan Perseroan sepanjang 2022 mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba yang signifikan dikarenakan Perseroan sudah dapat mengakui penjualan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya