Aldiracita Sekuritas Prediksi Tiga Sektor Defensif

Sejumlah sektor saham dinilai masih menarik di tengah ancaman krisis. Apa sajakah itu?

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Okt 2022, 19:03 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2022, 19:03 WIB
IHSG Ditutup Menguat
Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Aldiracita Sekuritas Rudy Utomo melihat pertumbuhan jumlah investor di Indonesia masih bagus. Hal itu diharapkan bisa menjaga kestabilan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

"Tentunya dalam IHSG itu ada naik atau turun. Tapi setiap krisis maupun di setiap ada tantangan pasti ada satu peluang. Balik lagi kepada masing-masing dari baik manager investasi maupun dari para kelola keuangan ini untuk melihat satu peluang," kata Rudy kepada awak media, Selasa (4/10/2022).

Menurut ia, pada satu krisis ini terdapat satu peluang tergantung dari kreativitas, aktivitas dari manager investasi. 

"Meskipun secara global tertekan, ada peluang yang baik. Karena kalau kita melihat kondisi tadi dari jumlah emiten juga masih banyak, ketersedian DPK dari para nasabah investor juga masih lumayan,” kata dia.

Rudy mengatakan, sektor energi di Indonesia sangat diuntungkan dengan kegiatan geografis dan sumber daya alam yang ada.

"Saya rasa ini bisa menjadi peluang sebagai negara yang memiliki sumber energi yang banyak, berlimpah jadi sebuah peluang. Hal ini menjadi daya tarik yang menarik bagi investor Indonesia," kata Rudy.

Ia mengatakan, untuk saat ini pertumbuhan beberapa sektor properti masih baik, meskipun pasti akan mengalami sedikit penurunan. 

 

 

 

Sektor Perbankan

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Tapi ada beberapa emiten-emiten di sektor properti ini yang melihat suatu peluang. Peluang nya apa tadi? Misalnya yang mengalami pertumbuhan misalnya penjualan rumah yang skalanya menengah ke bawah. Ini bisa menjadi peluang buat mereka. Jadi kalau misalnya dulu beberapa properti jualnya high premium. Sekarang mungkin bisa melihat sektor-sektor yang kira-kira memiliki kapasitas untuk membeli,” kata dia.

Sementara itu, sektor perbankan menaikkan suku bunga karena untuk menjaga tingkat capital outflow.

"Kenapa sektor perbankan menaikan suku bunga? karena untuk menjaga tingkat capital outflow memang untuk kenaikkan suku bunga. Semua untuk diprakirakan sudah diprediksi,” kata dia.

Dia juga menambahkan, peringatan-peringatan seperti krisis yang sudah disebut pada tahun lalu menjadi pertanda untuk menyiapkan strategi investasi yang harus dilakukan.

"Contoh seperti bahasa krisis ini bahasanya sudah satu tahun yang lalu ya bahwa akan krisis, sehingga ini menjadi early morning buat kita semua untuk kita mereposisi dalam arti strategi-strategi maupun dalam jenis investment yang dilakukan oleh para fund management,” pungkasnya. 

 

Kinerja IHSG 26-30 September 2022

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak lesu pada 26-30 September 2022. Sentimen global seperti kekhawatiran resesi global menekan IHSG.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu ( 1/10/2022), IHSG melemah 1,92 persen ke posisi 7.040,79 dari pekan sebelumnya 7.178,58. Kapitalisasi pasar bursa merosot 1,98 persen menajdi Rp 9.238,08 triliun pada pekan ini. Kapitalisasi pasar terpangkas Rp 186,84 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 9.424,93 triliun.

Selain itu, rata-rata frekuensi harian susut 7,82 persen menjadi 1.238.025 transaksi dari 1.343.102 transaksi pada pekan lalu. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian melemah 1,55 persen menjadi Rp 13,91 triliun dari Rp 14,13 triliun pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian bursa melemah 17,03 persen menjadi 23,28 miliar saham dari 28,07 miliar saham pada pekan sebelumnya.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG bergerak pada fase bearish atau melemah yang didorong sentimen bursa global.

 

Selanjutnya

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada pekan ini, bursa saham global juga tertekan seiring ancaman resesi global hingga inflasi yang masih cukup tinggi. “Dan nada hawkish dari The Fed hingga akhir 2022,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu pekan ini.

Herditya prediksi, sentimen ancaman resesi global dan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) bernada hawkish hingga 2023 untuk menekan inflasi hingga target 2 persen akan bayangi IHSG hingga akhir tahun. Hingga akhir 2022, ia perkirakan, IHSG berada di posisi bearish atau turun 6.743 dan bullish atau menguat 7.480.

Untuk perdagangan Senin, 3 Oktober 2022, Herditya prediksi, IHSG berpeluang menguat dengan level support 6.926 dan resistance 7.073. Pada pekan depan ada rilis data inflasi yang bayangi IHSG.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya