Langkah OJK Jaga Volatilitas Pasar, Short Selling Masih Dilarang

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, dalam memitigasi kondisi pasar yang berfluktuasi, OJK menempuh sejumlah langkah.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 03 Nov 2022, 18:27 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2022, 18:27 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers, Rabu (20/7/2022).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers, Rabu (20/7/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan, tekanan terhadap pasar keuangan global juga sudah mulai berdampak pada pasar saham domestik.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, dalam  memitigasi kondisi pasar yang berfluktuasi, OJK menempuh sejumlah langkah. Salah satunya, mempertahankan beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan untuk menjaga volatilitas pasar.

"Mempertahankan beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan untuk menjaga volatilitas pasar, di antaranya pelarangan transaksi short selling dan pelaksanaan trading halt untuk penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 5 persen,” kata Mahendra dalam Konferensi Pers: Hasil Rapat Berkala KSSK IV Tahun 2022, Kamis (3/11/2022).

Dalam memitigasi kondisi tersebut, OJK juga melakukan pemantauan berkelanjutan terhadap kinerja industri reksa dana. 

"Melakukan pemantauan berkelanjutan terhadap kinerja industri reksa dana untuk memastikan mekanisme redemption di industri reksa dana dapat tetap berjalan teratur di tengah gejolak suku bunga pasar dan meningkatnya risiko likuiditas di pasar keuangan,” kata dia. 

Selain itu, OJK mengevaluasi eksposur valuta asing termasuk pinjaman komersial luar negeri di Lembaga Jasa Keuangan (LJK) di tengah tren penguatan dolar AS atau USD.

Hal itu dilakukan upaya mendorong LJK untuk melakukan langkah-langkah yang dapat memitigasi risiko nilai tukar yang diperkirakan masih meningkat.

"Mengevaluasi eksposur valuta asing termasuk pinjaman komersial luar negeri di LJK di tengah tren penguatan dolar AS dan mendorong LJK untuk melakukan langkah-langkah yang dapat memitigasi risiko nilai tukar yang diperkirakan masih akan meningkat,” pungkasnya. 

Survei Terbaru OJK: Literasi Keuangan 49,68 Persen dan Inklusi Keuangan 85,10 Persen

FOTO: Literasi dan Inklusi Keuangan untuk Murid SD
Seorang wanita menyampaikan penjelasan mengenai menabung sejak dini kepada murid kelas III saat pembagian Tabungan Simpanan Pelajar (Simpel) di SDN Pondok Labu 07, Jakarta, Kamis (10/3/2022). Pembagian tabungan untuk mendukung program OJK terkait One Student One Account. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyelesaikan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022. Hasil dari survei ini menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia di angka 49,68 persen, sedangkan inklusi keuangan sebesar 85,10 persen.

Angka ini meningkat besar jika dibandingkan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dijalankan pada 2019. Pada 3 tahun lalu, indeks literasi keuangan 38,03 persen dan inklusi keuangan 76,19 persen.

Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi menjelaskan, SNLIK bertujuan untuk memetakan indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia termasuk literasi keuangan digital.

"Proses pengambilan data SNLIK 2022 dilaksanakan mulai Juli hingga September 2022 di 34 provinsi yang mencakup 76 kota dan kabupaten dengan responden sejumlah 14.634 orang berusia antara 15 sampai dengan 79 tahun," jelas dia dalam keterangan tertulis, Minggu (30/10/2022).

Survei ini dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka dan dibantu dengan sistem Computer-Assisted Personal Interviewing (CAPI).

Hasil SNLIK diharapkan dapat menjadi dasar bagi OJK dan seluruh stakeholders dalam membuat kebijakan, menyusun strategi, dan merancang produk/layanan keuangan yang sesuai kebutuhan konsumen serta bisa meningkatkan perlindungan masyarakat.

 

Upaya OJK Tingkatkan Inklusi Keuangan

20151104-OJK
Tulisan OJK terpampang di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan itu, Friderica juga menjelaskan upaya OJK untuk semakin meningkatkan inklusi keuangan di masyarakat antara lain melalui Bulan Inklusi Keuangan (BIK) yang digelar pada Oktober 2022.

Kegiatan BIK 2022 dengan tema “Inklusi Keuangan Meningkat, Perekonomian Semakin Kuat” menggelar beberapa aktivitas seperti pemberian kredit atau pembiayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil melalui kegiatan business matching, penjualan produk dan layanan jasa keuangan berinsentif, kegiatan pameran jasa keuangan, pembukaan rekening, polis, efek dan lainnya.

BIK memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan masyarakat terhadap produk dan layanan jasa keuangan sehingga dapat mendorong pencapaian target inklusi keuangan sebesar 90 persen pada 2024.

Sebagai rangkaian kegiatan BIK, diselenggarakan kegiatan pameran jasa keuangan atau Financial Expo (FinExpo) 2022 dengan tema “Go Inklusif, Go Produktif”.

Kegiatan yang merupakan kolaborasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) serta Lembaga Jasa Keuangan diselenggarakan di Central Park Mall, Jakarta, selama lima hari mulai 26 hingga 30 Oktober 2022.

Meningkatkan Pemahaman

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sering dan berulang kali menyebutkan ekonomi dunia akan gelap di 2023. Tidak ada yang memprediksi apa yang akan terjadi tahun depan.

Ketua Dewan Komisoner OJK Mahendra Siregar didampingi Kepala Eksekutif Pengawas IKNB Ogi Prastomiyono, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi, Direktur Eksekutif LPS Rudi Rahman serta Pimpinan LJK hadir pada Acara puncak FinExpo 2022 yang dilangsungkan pada tanggal 29 Oktober 2022.

Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pemahaman terkait produk dan atau layanan jasa keuangan melalui berbagai program literasi dan inklusi keuangan.

FinExpo 2022 diikuti oleh 134 booth pameran yang terdiri dari berbagai industri jasa keuangan seperti perbankan, asuransi, pasar modal, pembiayaan, dana pensiun, pergadaian, fintech, dan e-commerce, hingga para pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).

Dalam pameran tersebut tersedia berbagai akses keuangan yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pelaku UMKM. Melalui kegiatan ini, masyarakat bisa mendapatkan berbagai promo produk berinsentif seperti bonus, cashback, reward dan lainnya serta berbagai penawaran lain terkait produk dan/atau layanan jasa keuangan.

Selain itu, dilakukan peluncuran Peluncuran Modul Keangan Syariah pada Learning Management System (LMS) Edukasi Keuangan OJK, penyampaian hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022, peluncuran Digitalisasi Tabungan Anak (DTA) dan pengumuman pemenang Kompetisi Inklusi Keuangan (KOINKU).

2.538 Kegiatan

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam peluncuran Mobil SiMolek di Karanganyar, Minggu (23/10/2022).
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam peluncuran Mobil SiMolek di Karanganyar, Minggu (23/10/2022).

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam kesempatan yang sama mengharapkan BIK dapat memperkuat kepercayaan konsumen terhadap produk dan layanan jasa keuangan, serta membuka akses keuangan untuk sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Lembaga Pembiayaan, Pergadaian, Dana Pensiun, Fintech, serta E-commerce.

Ia menjelaskan bahwa literasi dan inklusi keuangan memiliki peranan penting dan strategis sehingga diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.

Selama periode pelaksnaaan BIK tahun 2022, tercatat telah diselenggarakan sebanyak 2.538 kegiatan dengan total peserta sebanyak 1.599.860. Hingga saat ini capaian BIK tahun 2022 adalah sebesar:

• Industri Perbankan: pembukaan rekening baru sebanyak 2.037.105 rekening;

• Industri Pasar Modal sebanyak 64.228 rekening efek baru;

• Industri Perasuransian adalah sebanyak 69.091 polis;

• Industri Pembiayaan adalah sebanyak 451.638 debitur;

• Industri Pergadaian adalah sebanyak 2.878.570 rekening;

• Industri fintech adalah sebanyak 1.501.709 akun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya