Meneropong Peluang Window Dressing pada Akhir 2022

Di Asia Pasifik, kinerja IHSG berada di posisi kedua setelah India pada 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Des 2022, 13:39 WIB
Diterbitkan 06 Des 2022, 13:39 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Peluang window dressing pada akhir 2022 masih terbuka tetapi tidak signifikan. Hal ini seiring kinerja IHSG dinilai cukup baik di tengah tantangan global saat pandemi COVID-19.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sudah naik 6,17 persen sepanjang 2022 ke posisi 6.987,33 pada penutupan perdagangan Senin, 5 Desember 2022. Di Asia Pasifik, kinerja IHSG berada di posisi kedua setelah India. Kinerja indeks saham acuan India Sensex naik 7,57 persen.

Kemudian IHSG tumbuh 6,17 persen, dan indeks acuan Singapura STI bertambah 4,7 persen. Sedangkan di kawasan ASEAN, kinerja IHSG berada di posisi pertama. Disusul Singapura, dan Thailand dengan indeks SETi.

“Potensi window dressing akhir tahun ada, tetapi potensi tidak signifikan terutama karena performa IHSG tahun ini sudah cukup bagus, terutama kalau berharap dari investor asing masuk, menurut kita kelihatannya tidak, potensi window dressing tidak signifikan,” ujar Head of Research, DBS Group Maynard Arif, saat Group Interview Menilik Kondisi Pasar dan Ekonomi Tahun 2023: Upaya Menghadapi Polycrisis, Selasa (6/12/2022).

Ia menuturkan, IHSG berpotensi ke 7.200 pada akhir 2022. “Itu kelihatannya best scenario. Optimistisnya 7.500, tapi balik ke 7.200,” ujar Maynard.

Maynard menuturkan, IHSG mampu bertahan dan positif di tengah bursa saham dunia yang rontok serta di tengah volatilitas tinggi. Hal ini didorong pada awal tahun ada perang Ukraina dan Rusia serta ketidakpastian kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

“IHSG resilien di tengah volatilitas tinggi. Beberapa waktu lalu ketika the Fed naikkan suku bunga acuan 75 basis poin, market bergejolak ada tekanan tapi selalu recover,” ujar dia.

 

 

Sentimen Positif dari Harga Komoditas

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Demikian juga saat rupiah melemah, Maynard melihat bursa saham kembali pulih. IHSG sempat kembali ke posisi 7.000. “Keseluruhan sampai saat ini market kita masih positif,” tutur Maynard.

Maynard menuturkan, IHSG yang bertahan dan catat kinerja positif didukung pandangan investor terhadap Indonesia seiring diuntungkan harga komoditas. Sepanjang 2022, sektor saham komoditas terutama saham batu bara, minyak dan gas serta logam catat kinerja positif.

Berdasarkan data BEI, sektor saham energi memimpin penguatan di antara sektor saham lainnya. Sektor saham energi melambung 89,80 persen hingga penutupan perdagangan Senin, 5 Desember 2022.

"Terlihat di sini sektor batu bara, dan energi serta berkaitan komoditas terbaik tahun ini,” ujar dia.

Namun, hal tersebut tidak berdampak terhadap sektor kelapa sawit.  “Sebenarnya kita berharap kelapa sawit, sebagus batu bara dan energi karena ada masalah di ekspor dan ada kebijakan pemerintah DMO harga sawit malah turun pada April,dampaknya tidak bagus seperti komoditas energi, minyak, gas dan metal,” kata dia.

Menanti Window Dressing pada 2022, Perhatikan Saham Ini

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, jelang akhir tahun, pasar modal biasanya akan memasuki musim window dressing. Secara garis besar, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor.

Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya. Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menyebutkan windows dressing pada 2022 diperkirakan jatuh pada pertengahan Desember. Lebih spesifik, dia menyebutkan window dressing kemungkinan terjadi setelah sentimen saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mereda.

"Masih berpotensi ada windows dressing, tapi diperkirakan mulai pertengahan Desember setelah sentimen GOTO mereda,” kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (2/12/2022).

Secara fundamental, Cheryl mencermati perekonomian Indonesia relatif kuat dan prospektif. Hal Itu tercermin dari investor asing yang konsisten melakukan akumulasi saham di pasar RI. Mengutip data RTI, sejak awal tahun asing telah melakukan pembelian senilai Rp 1.127,1 triliun atau 16,8 persen dari seluruh transaksi senilai Rp 3.354,4 triliun.

"Investor asing konsisten akumulasi beli terus. Sentimen pendukungnya karena data-data ekonomi yang baik seperti inflasi yang terus turun, daya beli dan konsumsi rumah tangga kuat serta kasus Covid yang terkendali,” imbuh dia.

 

Peluang Window Dressing

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, peluang window dressing masih 50:50 pada 2022 meski ada sinyal kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dalam kebijakan moneternya akan cenderung melambat.

"Namun, dari sisi lain masih merebaknya COVID-19 di Tiongkok menjadi katalis negatif di sisa tahun ini,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Secara teknikal, ia mengatakan pergerakan IHSG masih cenderung sideways dan konsolidasi. “(Ini-red) karena belum mampu break support 6.955 dan resistance di 7.128,” kata Herditya.

Adapun sektor yang dijagokan Cheryl sampai dengan akhir tahun yakni bahan baku, komoditas, bank, konsumen primer. Pilihan sahamnya antara lain TINS, MDKA, BBCA, BBRI, ICBP, UNVR

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya