Harga Saham BYAN Makin Perkasa Usai Stock Split, Cek Rekomendasinya

Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) melonjak usai stock split. Bagaimana rekomendasi dan prospek saham BYAN ke depan?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Des 2022, 06:42 WIB
Diterbitkan 30 Des 2022, 06:42 WIB
Pertambangan  PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg
Pertambangan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) terpantau jatuh bangun pada perdagangan Kamis 29 Desember 2022. Namun, saham BYAN parkir di zona merah pada penutupan perdagangan.

Mengutip data RTI, pada perdagangan sesi I, BYAN sempat anjlok pada posisi 20.275. Saham BYAN kembali bangkit. Namun, saham BYAN melemah 4,82 persen ke posisi Rp 20.725 per saham.

Saham BYAN dibuka stagnan Rp 21.775 per saham. Saham BYAN berada di level tertinggi Rp 22.775 dan terendah Rp 20.275 per saham. Total frekuensi perdagangan 10.791 kali dengan volume perdagangan 46.042 saham. Nilai transaksi Rp 98,5 miliar.

Meski begitu, dalam sepekan saham BYAN telah naik 15,14 persen. Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono mencermati, harga saham BYAN melejit usai gelar stock split dengan rasio 1:10. Ia menilai saham BYAN masih berpotensi menguat, meski dibayangi ketidakpastian ekonomi global.

"Potensial di kisaran 10.000-30.000. Kecenderungan bullish berlanjut. Walaupun hati-hati ada ancaman koreksi di atas 20.000 jangka pendek ini,” kata Wahyu kepada Liputan6.com, Kamis, 29 Desember 2022.

Pada 2023, Wahyu menyebutkan sentimen yang perlu diwaspadai untuk Bayan Resources adalah resesi dan inflasi. Ia menilai, resesi global  biasanya akan direspons The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS dengan pelonggaran moneter via cut rate plus stimulus moneter quantitative easing (QE).

Namun, menurut dia, kebijakan The Fed bukan faktor utama yang menjadi penggerak sektor batu bara.

"Fed bukan faktor utama pada coal. Tapi  China sebagai major factor. Lalu isu geopolitik, cuaca, pandemi. Isu ‘anak tiri’, tradisional energi antara energi kotor atau bersih. Barat benci tapi rindu,namun karena murah justru jadi diburu tahun tahun belakangan ini,” kata dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Potensi Dividen

Pertambangan  PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg
Pertambangan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Hamal Nafi menambahkan, selain ASP batu bara yang tinggi sebesar USD 125,2 per MT pada kuartal III 2022, BYAN memiliki marjin EBITDA tertinggi dengan 66,2 persen disusul ADRO dengan 66 persen, ITMG 50,1 persen, PTBA 45,6 persen, INDY Kideco 40,8 persen, dan BUMI 25,4 persen.

Setelah ADRO (3,6x), BYAN memiliki produksi batu bara paling hemat biaya kedua di antara produsen energi batubara yang diperdagangkan secara publik dengan strip ratio (4,0x).

“Dengan potensi lonjakan laba bersih tahun depan di seluruh sektor batu bara, BYAN juga berpotensi untuk tebar dividen yang lebih besar,” kata Hamal kepada Liputan6.com.

 


Harga Saham BYAN Terjangkau Usai Stock Split

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Di sisi lain, Presiden Rusia, Vladimir Putin baru-baru ini melarang ekspor minyak dan gas ke negara-negara UE dan G7 yang mematuhi kebijakan kapitalisasi pasar, negara-negara Eropa masih akan mengandalkan Indonesia untuk energi mereka. Sebagian besar negara Eropa telah menandatangani kontrak operasional yang berkepanjangan atau dinyalakan kembali untuk pembangkit listrik tenaga batu bara.

“BYAN telah melakukan deleveraging perusahaan dari utang yang berlebihan. Pada kuartal III 2022, BYAN telah mencapai rasio -0,4x Hutang Bersih/EBITDA dan 192,8x EBITDA/Beban Bunga. Ini setelah BYAN membayar penuh obligasi yang beredar di kuartal IV 2021.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengamini adanya kenaikan signifikan pada saham BYAN usai aksi stock split. Harga sebelum stock split sempat menyentuh 94.000 dan membuat investor kurang meminati.

“Setelah stock split harga jauh lebih terjangkau, ditopang dengan masih terjadinya uptrend harga coal. Menurut saya stock split ini menarik untuk investor karena saham yang awalnya kelihatan terlalu mahal untuk dibeli sekarang lebih terjangkau. Selain itu kenaikan harga saham tersebut juga didukung oleh aksi korporasi yakni pemiliknya, Low Tuck Kwong, borong saham BYAN lagi,” jelas Arjun.


Fundamental Masih Kuat

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Data terakhir, Low Tuck Kwong membeli 387.900 lembar saham BYAN dengan harga Rp 16.983,76 per saham pada 19–23 Desember 2022 senilai Rp 6,6 miliar. Usai transaksi, Low Tuck Kwong kini genggam 20.312.775.370 lembar saham perseroan atau setara 60,94 persen, dari sebelumnya 20.312.387.470 lembar atau 60,94 persen.

Namun tak berselang lama, Low Tuck Kwong jual 80.000 saham BYAN dengan harga Rp 13.000 per saham. Dengan demikian, total nilai penjualan saham BYAN Rp 1,04 miliar. Setelah penjualan saham BYAN, Low Tuck Kwong menggenggam 20.312.695.370 saham BYAN atau setara 60,94 persen. Sebelumnya ia memiliki 20.312.775.370 saham BYAN atau setara 60,94 persen.

Menurut saya momentumnya masih kuat untuk emiten ini dan kalau lihat dari sisi fundamentalnya masih kuat. Apa lagi dibandingkan sama rata-rata industri PER ternyata BYAN masih undervalued walaupun sudah naik secara kencang.

“Bagi investor baru yang mau masuk masih direkomendasikan untuk buy karena jika dilihat secara teknikal jika masih dalam grafik strong uptrend. Untuk yang sudah memegang sahamnya bisa hold,” tutur Arjun.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya