Liputan6.com, Jakarta - VP Network Operations PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), Agus Rohmat mengungkapkan upaya Smartfren dalam merambah pasar 5G di Indonesia. Saat ini, Smartfren jadi salah satu operator di Indonesia yang belum memiliki jaringan 5G.
“Kita sudah Uji Kelayakan Operasi (ULO) dan mendapat Surat Keterangan Layak Operasi (SKLO) kita pun dituntut komitmennya oleh pemerintah untuk penggelaran 5G. Itu sudah ada di bisnis plan kita tahun ini. Kita lagi matangkan skenarionya seperti apa,” kata Agus kepada wartawan di Yogyakarta, ditulis Jumat (10/3/2023).
Baca Juga
Agus menyebut untuk tahap-tahap awal 5G, Smartfren tidak akan memberikan layanannya pada pengguna, melainkan melihat dari kegunaan dan fokus kepada B2B.
Advertisement
"Tentu saja kita tidak akan serta merta lari ke konsumen karena ekosistemnya belum siap dan lebih ke B2B. Mungkin use case yang akan kita coba ke Sinarmas Group dulu karena ekosistem mereka banyak," jelas Agus.
Agus menambahkan, Smartfren bakal memberikan layanan 5G untuk sektor-sektor antara lain pendidikan, Rumah Sakit, pabrik, tambang, hingga kesehatan. Selain itu, Smartfren juga berencana menggunakan belanja modal tahun ini untuk mulai menjajaki 5G.
Smartfren juga bakal memprioritaskan daerah-daerah yang belum pernah tercover 5G untuk tahap awal jika sudah mulai merambah konsumen.
"Kalau kita mau 5G justru plan kita dari daerah yang benar-benar baru seperti daerah wisata yang belum ada coverage dari kita," pungkas Agus.
Smartfren Bakal Realisasikan 50 Persen Capex untuk Bangun BTS
Sebelumnya, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) berencana bakal menggunakan dana Capital Expenditure (Capex) atau belanja modal pada 2023 untuk sejumlah ekspansi bisnis pada 2023.
VP Network Operations Smartfren, Agus Rohmat mengungkapkan ekspansi bisnis tahun ini akan fokus pada penguatan jaringan dengan berinvestasi untuk penambahan BTS, Core Network hingga 5G.
“Salah satu penambahan jaringan itu kita anggarkan tentu saja ada beberapa untuk BTS, Core Network, dan 5G. Untuk penambahan BTS kita sudah ada angkanya, sekitar 50 persen dari Capex untuk BTS,” ujar Agus dalam konferensi pers di Yogyakarta, ditulis Jumat, (10/3/2023).
Agus menambahkan, tidak menargetkan berapa jumlah BTS pada 2023, tetapi perusahaan ingin memiliki investasi yang seimbang dalam penguatan jaringan yang dapat mendorong pertumbuhan untuk sektor-sektor potensial Smartfren.
“Kita tidak targetkan jumlah BTS karena seiring jumlah traffic jadi tidak harus sekian karena seiring meningkatnya traffic kalau market share tercapai, maka jumlah BTS juga tercapai yang pasti investasi akan jalan terus karena tanpa investasi kita enggakbisa grow up,” jelas Agus.
Sejak tahun lalu Smartfren dari sisi pertumbuhan kapasitas dan cover pengembangan jaringan secara nasional telah melakukan ekspansi sekitar 12 persen. Meskipun berencana menggunakan 50 persen dari Capex untuk BTS, Agus masih belum mengungkapkan target keseluruhan pembangunan BTS pada 2023.
Advertisement
Prioritas Daerah
Beberapa daerah yang diprioritaskan Smartfren dalam pembangunan BTS tahun ini yaitu Bengkulu, Kalimantan tengah, Palu, dan Kendari.
“Bengkulu itu kita akan masuk di Q3 atau Q4. Kemudian Kalteng, itu sekarang lagi proses analisis bisni, kalau secara analisis masuk, di Q3 dan Q4 akan masuk ke Kalteng. Di Palu itu Q4 kita akan masuk, tapi kalau Kendari masih agak lama,” tutur Agus.
Adapun perkiraan jumlah BTS yang dibutuhkan di masing-masing wilayah tersebut minimal 20 BTS, tetapi semakin potensial, ada kemungkinan untuk terus menambah jumlah BTS.
“Yang dibutuhkan harusnya di atas 20 BTS, minimal di atas 20. Tentu saja ke depannya kita akan mulai dari yang potensial. kalau growth-nya bagus, baru kita akan tambah terus,” pungkas Agus.
Belanja Modal 2023
Sebelumnya, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai USD 200 juta atau sekitar Rp 3,14 triliun (kurs Rp 15.718,75 per USD) pada 2023.
Sayangnya, Direktur Utama Smartfren Telecom, Merza Fachys tidak merinci lebih lanjut alokasi belanja modal itu. Namun secara garis besar, belanja modal akan digunakan untuk pengembangan jaringan.
"Capex 2023 kita jaga di sekitar USD 200 juta. Mudah-mudahan akan menjawab apa saja kebutuhan-kebutuhan di 2023 agar kita tetap berkebang dnegan apapun yang kita harus kembangkan di jaringan, Namun kita jaga semuanya tetap efisien,” kata Merza dalam paparan publik perseroan, Senin (28/11/2022).
Bersamaan dengan itu, perseroan berupaya memastikan pertumbuhan kinerja bisa terjaga pada tahun depan, meski banyak yang memperkirakan akan terjadi krisis. Untuk itu, perseroan mempersiapkan diri dengan melakukan efisiensi secara prudent dari sisi biaya operasional.
"Jadi kita sepakat cost kita di 2023 lebih efisien lagi, dengan harapan agar EBITDA level kita terjaga dan tetap tumbuh pada level yang kita inginkan. Mudah-mudahan 2023 yang banyak dibicarakan sebagai tahun krisis ini tidak terjadi di Smartfren,” imbuh Merza.
Sebagai gambaran, hingga kuartal III 2022 Smartfren berhasil mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 1,65 triliun. Berbalik dari rugi tahun berjalan pada September 2021 sebesar Rp 441,72 miliar. Raihan itu sejalan dengan pendapatan usaha perseroan yang tercatat sebesar Rp 8,29 triliun. Naik 8,44 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,64 triliun.
Advertisement