Indocement Tunggal Prakarsa Serap Buyback Rp 2,7 Triliun, Mau Perpanjang Lagi?

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melakukan buyback saham pada akhir 2021, dan dilanjutkan pada 2022. Dengan demikian nilai buyback saham Rp 2,7 triliun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 31 Mar 2023, 07:02 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2023, 07:02 WIB
Indocement Tunggal Prakarsa Telah Buyback Saham Rp 2,7 Triliun
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) telah melakukan buyback saham Rp 2,7 triliun. (Instagram @harmoni3roda)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) telah melakukan pembelian kembali saham atau buyback senilai Rp 2,7 triliun. Jumlah pembelian itu setara 6,8 persen dari total saham yang beredar.

"Waktu itu kami melihat bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk membeli kembali saham itu. Jadi, itu adalah sesuatu yang kami lakukan di akhir 2021 dan kemudian meneruskannya pada 2022 karena masih ada sekitar 1,2 triliun. Hingga total buyback sekitar seluruhnya 2,7 triliun,” terang Direktur Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, David Jonathan Clarke dalam konferensi pers usai paparan publik perseroan, ditulis Jumat (31/3/2023).

Perseroan menyiapkan dana sekitar Rp 3 triliun untuk melakukan pembelian kembali saham pada 2021. Mulanya, pembelian kembali atau buyback saham akan dilakukan secara bertahap untuk periode 3 bulan, terhitung sejak 6 Desember 2021 sampai dengan 4 Maret 2022.

Dalam kurun waktu tersebut, perseroan berhasil melakukan buyback senilai Rp 1,8 triliun. Lantaran masih memiliki sisa dana sekitar Rp 1,2 triliun, perseroan memutuskan untuk memperpanjang periode buyback hingga 6 Juni 2022.

Perseroan tercatat melakukan perpanjangan buyback hingga empat kali, dan berakhir pada 6 Desember 2022 dengan dana yang tersisa Rp sebesar 294,78 miliar. David menambahkan, perseroan belum memiliki rencana untuk melanjutkan aksi buyback pada tahun ini.

Pertimbangkan Stock Split

Mengenai aksi lainnya, David mengatakan perseroan tengah mempertimbangkan pemecahan nilai nominal saham atau stock split.

Namun seperti buyback, aksi tersebut belum akan dilakukan pada tahun ini. Adapun untuk tahun depan, perseroan masih akan mencermati situasi pasar yang terjadi. “Untuk pemecahan saham, sepertinya tidak akan terjadi tahun ini. Tapi saya pikir ini adalah sesuatu yang akan kita lihat dan berpotensi dilakukan di masa mendatang,” imbuh dia.

 

 

Indocement Tunggal Prakarsa Siapkan Belanja Modal Rp 1,2 Triliun pada 2023

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) siapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 1,2 triliun pada 2023.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Antonius Marcos mengatakan besaran itu tak banyak berubah dari yang dianggarkan pada tahun sebelumnya.

"Kami secara total untuk tahun 2023 mencadangkan capex kurang lebih hampir sama dengan tahun lalu, sekitar Rp 1,2 triliun,” ungkap Antonius dalam konferensi pers paparan publik PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kamis (30/3/2023).

Dia menyebutkan, sebagian besar belanja modal akan dialokasikan untuk instalasi infrastruktur dalam rangka meningkatkan kapasitas untuk menerima Refused derived fuel (RDF). Belanja modal yang dialokasikan untuk proyek ini mencapai Rp 65 miliar.

"Jadi kami membangun alternatif fuel storage,” imbuh dia.

Selain itu, perseroan berencana mengalokasikan sekitar Rp 40 miliar untuk menambah armada truk mixer untuk memperkuat bisnis beton. Di Nambo, perseroan siapkan fasilitas feeding RDF untuk melengkapi yang sudah ada di pabrik Citeureup. Belanja modal yang dialokasikan kurang lebih Rp 50 miliar.

"Di Samarinda kami cadangkan Rp 30 miliar untuk menambah silo-silo di sana. Kami juga akan tambah vessel dan pengadaan batching,” kata Antonius.

Ekspansi di Kalimantan ini sejalan dengan perkiraan perseroan untuk dapat mendongkrak volume penjualan di daerah tersebut mencapai 500 ribu ton. Pertumbuhan permintaan di Kalimantan sejalan dengan pembangunan di Ibu Kota Negara (IKN) atau IKN Nusantara yang saat ini sudah mulai ada pengerjaan.

 

Target Volume Penjualan

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menargetkan pertumbuhan volume penjualan hingga 4 persen pada 2023. Keyakinan itu merujuk pada pembangunan sejumlah proyek seperti infrastruktur dan properti yang mulai kembali menggeliat. Di sisi lain, keyakinan itu juga ditopang permintaan dari proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

"Kami proyeksikan 2–4 persen pertumbuhan (volume penjualannya). Ini proyeksi Indocement sendiri tahun ini dengan menimbang beberapa faktor. Kami juga mencanangkan tumbuh inline dengan , dalam arti sekitar 2–4 persen," TUTUR Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya dalam konferensi pers paparan publik perseroan, Kamis (30/3/2023).

Dari IKN sendiri, Christian memperkirakan permintaan akan mencapai 500 ribu ton hingga 1 juta ton. Untuk itu, perseroan sudah ancang-ancang untuk menyiapkan infrastruktur untuk menunjang produksi dan distribusi semen di daerah tersebut.

"Indocement mempersiapkan diri dengan membeli terminal semen di Samarinda, Kalimantan Timur. Dengan itu kami bisa supply semen lebih baik dari Maros dan Tarjun," imbuh Christian.

Selain itu, sentimen lain yang juga mempengaruhi pertimbangan target volume penjualan yakni adanya kenaikan suku bunga. Christian mengatakan, jika suku bunga khususnya deposito naik, orang-orang akan cenderung menaruh uang mereka di deposito, dan mengesampingkan investasi di properti. Sehingga permintaan semen juga akan terpengaruh.

"Kalau suku bunga tinggi, orang bukan investasi properti tapi dia masukin di deposito. Itu biasanya persaingan kami. Tapi saya lihat tahun ini cukup positif dari segi order book list. Jadi banyak proyek-proyek infrastruktur, apartemen, warehouse, dan property development yang mulai menggeliat. Ditambah IKN," imbuh Christian.

Adapun sepanjang tahun lalu, perseroan berhasil mencatat volume penjualan semen domestik sebesar 17.280 ribu ton. Raihan itu susut 1,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor tercatat sebesar 306 ribu ton, turun 23,8 persen dari tahun sebelumnya.

 

Kinerja Keuangan 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengumumkan hasil kinerja keuangan hingga akhir 2022. Emiten produsen semen Tiga Roda ini membukukan pendapatan neto Rp 16,32 triliun pada 2022, meningkat 10,49 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 14,77 triliun. 

Mengutip laporan keuangan Indocement Tunggal Prakarsa, Rabu (29/3/023), beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai Rp 11,18 triliun atau meningkat 15,97 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 9,64 triliun. 

Dengan demikian, laba kotor Indocement Tunggal Prakarsa naik 0,39 persen menjadi Rp 5,14 triliun pada 2022 dari Rp 5,12 triliun pada 2021. Perseroan juga mencatatkan peningkatan laba tahun berjalan 3,37 persen menjadi Rp 1,84 triliun pada 2022 dari tahun sebelumnya Rp 1,78 triliun. 

Hingga akhir 2022, Indocement Tunggal Prakarsa mengantongi laba bersih sebesar Rp 1,84 triliun. Laba perseroan naik 3,37 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,78 triliun.

Sementara itu, aset perseroan senilai Rp 25,70 triliun hingga akhir 2022 turun dari akhir tahun lalu sebesar Rp 26,13 triliun. Kemudian, liabilitas INTP Rp 6,13 triliun hingga akhir 2022 turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,51 triliun.

Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 19,56 triliun hingga akhir 2022 menurun dari akhir tahun lalu Rp 20,62 triliun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya