Wall Street Anjlok, Indeks Nasdaq Tergelincir 1 Persen Jelang Pengumuman Inflasi AS

Wall street lesu pada penutupan perdagangan saham Rabu, 9 Agustus 2023 waktu setempat. Indeks Nasdaq pimpin koreksi dengan turun lebih 1 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Agu 2023, 06:37 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2023, 06:37 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Rabu, 9 Agustus 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Rabu, 9 Agustus 2023. Pelaku pasar menanti data inflasi yang akan rilis akhir pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Kamis (10/8/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 191,13 poin atau 0,54 persen menjadi 35.123,56. Indeks S&P 500 susut 0,7 persen menjadi 4.467,71. Indeks Nasdaq tergelincir 1,17 persen menjadi 13.722,02.

Sementara itu, saham Penn Entertainment naik 9,1 persen setelah perseroan mengatakan akan meluncurkan sportsbook online dengan ESPN yang disebut ESPN Bet pada musim gugur ini. Selain itu, saham Roblox anjlok hampir 22 persen setelah kinerja keuangan kuartal meleset dari harapan wall street.

Pergerakan wall street juga mengantisipasi laporan inflasi AS. Indeks harga konsumen pada Juli akan dilaporkan pada Kamis pekan ini. Investor telah mengawasi indeks dalam beberapa bulan terakhir untuk mendapatkan petunjuk bagaimana the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga ke depan. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi pengukur inflasi naik 3,3 persen pada Juli 2023.

“Pasar fokus pada apakah inflasi turun cukup cepat atau tidak untuk memungkinkan the Fed menghentikan kenaikan suku bunga. Sudah melambat, tapi masih terlalu tinggi. The Fed berada di persimpangan jalan,” ujar dia.

Selain itu, pergerakan pasar melanjutkan koreksi setelah Moody’s menurunkan peringkat beberapa bank regional sehingga kurangi sentimen investor.

Beberapa pelaku pasar khawatir, sinyal tersebut dapat menyebabkan lebih banyak masalah bagi pasar di masa depan. Akan tetapi, sisi lain koreksi wall street yang terjadi setelah reli luar biasa dalam saham pada 2023.

Indeks Nasdaq susut 4,4 persen sejak awal Agustus, sementara indeks S&P 500 dan Dow Jones masing-masing turun 2,6 persen dan 1,2 persen.

 

Indeks Nasdaq Betah di Zona Merah

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Dengan wall street yang alami koreksi pada Rabu pekan ini, indeks Nasdaq masih betah di zona negatif pada kuartal ini. Namun, tiga indeks saham acuan itu lebih tinggi dari pada awal 2023.

“Pasar telah mengalami banyak peningkatan,” ujar Managing Partner MRB Partners, Philip Colmar.

Saham Disney dan operator kasino Wynn Resorts akan merilis hasil kinerja keuangan setelah penutupan perdagangan. Lebih dari 90 persen saham S&P 500 telah melaporkan laba hingga Rabu pekan ini.

Analis JPMorgan Steven Alexopoulos menuturkan, laporan Moody’s tentang bank regional pada Senin malam telah menciptakan peluang beli saham bank tersebut.

“Dalam pandangan kami, alasan yang mendasari tindakan pemeringkatan (serta perubahan pandangan) sudah dipahami dengan baik oleh pasar,” ujar dia.

 

Penutupan Wall Street pada 8 Agustus 2023

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Selasa, 8 Agustus 2023. Koreksi wall street dipicu aksi jual saham pada Agustus 2023 seiring penurunan peringkat sektor perbankan oleh lembaga pemeringkat Moody’s.

Dikutip dari CNBC, Rabu (9/8/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 158,64 poin atau 0,45 persen ke posisi 35.314,49. Indeks Dow Jones sempat anjlok 465 poin.

Sementara itu, indeks S&P 500 tergelincir 0,42 persen ke posisi 4.499,38 sehingga membawa tekanan terhadap indeks tersebut hampir dua persen. Indeks Nasdaq susut 0,79 persen menjadi 13.884,32. Tekanan terhadap indeks acuan itu mendorong indeks Nasdaq melemah menjadi 3,2 persen pada Agustus 2023. Indeks S&P 500 dan Nasdaq alami koreksi selama lima hari dalam enam sesi perdagangan.

Di sisi lain, saham perbankan loyo setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit beberapa bank regional termasuk M&T Bank dan Pinnacle Financial. Lembaga pemeringkat itu mengutip penurunan peringkat dengan pertimbangan risiko simpanan, potensi resesi dan kesulitan portofolio real estate komersial.

Lembaga pemeringkat juga menempatkan Bank of N.Y. Mellon dan State Street untuk ditinjau untuk penurunan peringkat.

Saham Goldman Sachs dan JPMorgan Chase masing-masing merosot 2,1 persen dan 0,6 persen. Sedangkan the SPDR S&P Bank ETF (KBE) terperosok 1,3 persen.

SPDR S&P Regional Banking ETF (KRE) susut 1,3 persen. ETF bank regional tergelincir 28 persen pada Maret di tengah kegagalan Silicon Valley Bank. Sedangkan, saham M&T Bank terpangkas 1,5 persen.

“Memiliki peringkat kredit yang baik bukanlah pilihan karena mereka membutuhkan keyakinan,” ujar CEO Infrastructure Capital Advisors, Jay Hartfield seperti dikutip dari CNBC.

Ia mengatakan, segala bentuk pengurangan kepercayaan pada sistem perbankan regional menjadi sentimen buruk di pasar.

 

Pelaku Pasar Cermati Laporan Keuangan

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Selain itu, pelaku pasar juga mengurai rilis laporan laba Perusahaan. Saham UPS tergelincir 0,9 persen setelah raksasa pengiriman itu melaporkan pendapatan lebih lemah dari perkiraan kuartal II. Perusahaan juga menurunkan prospek pendapatan setahun penuh.

Musim laba Perusahaan sejauh ini lebih baik dari yang diantisipasi. Dengan 89 persen saham S&P 500 telah selesai melaporkan hasil kuartalan.

BMO Capital Management’s Chief Investment Officer Yung-Yu Ma menuturkan, investor bertanya-tanya berapa banyak dampak dari langkah pengetatan ekonomi sebelumnya dari bank sentral AS atau the Federal Reserve yang belum dirasakan.

“Untuk sementara, ada kepercayaan banyak dampak pengetatan the Fed dan pengetatan bank sentral secara global telah terjadi,” tutur dia.

Ia menambahkan, ada sedikit lebih banyak kesadaran dampak dari suku bunga yang lebih tinggi itu masih memiliki waktu untuk menembus AS dan ekonomi global.

Ma mengaitkan koreksi wall street pada Selasa sebagai momen penilaian karena investor mempertimbangkan kekuatan reli pasar pada 2023 dan apa yang ada di depan ekonomi setelah kenaikan suku bunga the Fed.

“Dan sekarang mungkin bukan waktunya untuk menjadi agresif maksimal di pasar saham mengingat ketidakpastian,” ujar dia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya