Bursa Saham Global Merosot Usai The Fed Pangkas Suku Bunga, Ada Apa?

Langkah the Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) yang sudah diprediksi pasar dalam kisaran target 4,25 persen-4,5 persen pada Desember 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Des 2024, 17:08 WIB
Diterbitkan 19 Des 2024, 17:08 WIB
Bursa Saham Global Merosot Usai The Fed Pangkas Suku Bunga, Ada Apa?
Bursa saham global melemah setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan untuk ketiga kali berturut-turut(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham global melemah setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan untuk ketiga kali berturut-turut. Namun, the Fed isyaratkan pemangkasan suku bunga lebih lambat pada 2025.

Mengutip BBC, Kamis (19/12/2024), langkah the Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) yang sudah diprediksi pasar dalam kisaran target 4,25 persen-4,5 persen. Suku bunga turun 1 persen sejak September, saat bank mulai menurunkan biaya pinjaman dengan alasan kemajuan dalam menstabilkan harga dan keinginan untuk mencegah ekonomi merosot.

Laporan sejak saat itu menunjukkan jumlah lapangan kerja yang diciptakan lebih tangguh dari yang diharapkan, sementara kenaikan harga terus melambung.

Wall street turun tajam seiring ketua The Fed Jerome Powell memperingatkan situasi tersebut akan akibatkan lebih sedikit pemangkasan suku bunga dari yang diharapkan pada 2025.

"Kita berada dalam fase baru dari proses ini,” ujar dia.

"Sejak saat ini, sudah tepat untuk bergerak hati-hati dan mencari kemajuan dalam inflasi,” ia menambahkan.

Pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, indeks Dow Jones ditutup melemah 2,58 persen, dan alami penurunan dalam 10 sesi berturut-turut. Indeks Dow Jones alami penurunan harian terpanjang sejak 1974. Indeks S&P 500 susut hampir 3 persen dan indeks Nasdaq tergelincir 3,6 persen.

Demikian juga bursa saham dan mata uang di Asia Pasifik jatuh pada perdagangan Kamis, 19 Desember 2024 di tengah aksi jual pasar. Hal ini setelah the Fed memangkas suku bunga dan isyaratkan lebih sedikit pemangkasan suku bunga ke depan.

Bursa Saham Asia Melemah

Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)

Selain itu, investor menilai keputusan Bank of Japan untuk mempertahankan suku bunga 0,25 persen.

Yen Jepang merosot 0,74 persen menjadi 155,94 terhadap dolar AS, mencapai level terendah dalam satu bulan. Hal ini seiring Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengatakan, bank sentral akan terus menaikkan suku bunga jika ekonomi bergerak sesuai dengan prediksi.

Menanggapi langkah bank sentral itu, indeks Nikkei 225 merosot 0,69 persen ke posisi 38.813,58. Indeks Topix terpangkas 0,22 persen menjadi 2.713,83.

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 1,95 persen ke posisi 2.435,93. Indeks Kosdaq anjlok 1,89 persen ke posisi 684,36. Won Korea Selatan mendekati level terlemah sejak Maret 2009 dan terakhir diperdagangkan pada 1.452,33 terhadap dolar AS.

Indeks Hang Seng di Hong Kong merosot 0,36 persen pada jam terakhir perdagangan. Sedangkan indeks CSI 300 di China naik tipis hingga ditutup ke posisi 3.945,46.

Selain itu, otoritas moneter Hong Kong pada Kamis, 19 Desember 2024 juga mengumumkan pemangkasan suku bunga 25 basis poin sejalan dengan the Fed.

Di sisi lain, ekonomi Selandia Baru alami resesi turun 1 persen hingga September dari kuartal sebelumnya, menurut badan statistic Stats NZ.

Bursa Saham Eropa Tertekan

Ilustrasi Bursa Efek London (Dok: Photo by David Vincent on Unsplash)
Ilustrasi Bursa Efek London (Dok: Photo by David Vincent on Unsplash)

Demikian juga bursa saham Eropa anjlok pada Kamis, 19 Desember 2024 setelah the Fed beri sinyal mengenai pemangkasan suku bunga ke depan.

Indeks Stoxx 600 pan-Eropa turun 1,16 persen pada pukul 09.36 pagi waktu London. Semua sektor saham tertekan. Bursa regional utama juga melemah. Indeks DAX Jerman, CAC 40 di Prancis dan FTSE 100 Inggris kompak merosot.Demikian mengutip CNBC.

Adapun inflasi yang ukur laju kenaikan harga telah terbukti sulit diatasi dalam beberapa bulan terakhir, naik hingga 2,7 persen di Amerika Serikat (AS) pada November 2024.

Analis juga telah memperingatkan kalau kebijakan yang didukung oleh presiden terpilih AS Donald Trump termasuk rencana pemotongan pajak dan tarif impor yang meluas dapat memberikan tekanan ke atas pada harga.

Analis mengatakan, penurunan biaya pinjaman berisiko menambah tekanan itu dengan mempermudah peminjaman dan mendorong bisnis serta rumah tangga untuk ambil kredit untuk berbelanja.

Jika permintaan meningkat, harga lebih tinggi biasanya akan menyusul. Ketua the Fed Jerome Powell memnuturkan, pemangkasan suku bunga dilakukan seiring pasar kerja “dingin” selama dua tahun terakhir. Namun, ia mengakui langkah itu merupakan keputusan lebih sulit pada kesempatan ini dan mengakui ada beberapa ketidakpastian saat pemerintah AS ganti presiden.

 

 

Kata Ekonom

Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)
Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)

Ekonom Fitch Ratings Olu Sonola menuturkan, the Fed mengisyaratkan jeda untuk pemangkasan karena pertanyaan tentang kebijakan gedung putih membuatnya semakin tidak yakin mengenai jalan ke depan.

“Pertumbuhan masih bagus, pasar tenaga kerja masih sehat, tetapi bada inflasi sedang bersiap,” kata dia.

Sementara itu, Ekonom Brean Capital, John Ryding menilai akan lebih bijaksana the Fed untuk menunda pemangkasan suku bunga pada pertemuan ini, meski ada kemungkinan hal itu akan ganggu pasar.

“Telah terjadi kemajuan besar dari puncak inflasi ke posisi AS saat ini dan ada risiko menyerah pada kemajuan itu, bahkan mungkin kemajuan itu sebagian terbalik. Perekonomian tampak kuat, apa terburu-buru?,” kata dia.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya