Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada awal pekan ini, Senin (11/9/2023). Hal ini di tengah data ekonomi utama dari negara-negara besar akan menjadi pusat perhatian.
Dikutip dari CNBC, pada Selasa, 12 September 2023, India akan merilis inflasi dan output industri pada Agustus 2023. Sementara itu, China akan mengumumkan output industri, penjualan ritel dan paling penting harga jual rumah pada Jumat, 15 September 2023.
Baca Juga
Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,45 persen, dan pimpin koreksi di Asia. Namun, bursa saham China bergerak di zona hijau. Indeks CSI 300 naik 0,1 persen.
Advertisement
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,2 persen, sedangkan indeks Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,29 persen. Indeks Topix menguat. Indeks Kospi Korea Selatan berada di atas garis mendatar. Indeks Kosdaq turun 0,12 persen.
Di Amerika Serikat (AS), wall street menguat, tetapi secara mingguan melemah. Hal ini seiring kekhawatiran bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mungkin akan menaikkan suku bunga melebihi dari yang diharapkan.
Indeks S&P 500 mendaki 0,14 persen pada perdagangan Jumat pekan lalu. Indeks Dow Jones bertambah 0,22 persen, dan indeks Nasdaq naik 0,09 persen.
BYD dan merek mobil China lainnya berbondong-bondong ikut pameran mobil Jerman pada pekan lalu untuk mengumumkan rencana pasar Eropa. Di antaranya, beberapa sudah menjualnya.
Ekspor mobil tetap menjadi titik terang dalam kemerosotan perdagangan China secara keseluruhan, menurut data Bea Cukai.
Penjualan luar negeri membantu meningkatkan laba beberapa sektor pada kuartal II, meski terjadi kemerosotan secara keseluruhan, demikian disampaikan analis UBS Securities China, Lei Meng.
Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 8 September 2023
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik melemah pada penutupan perdagangan saham Jumat, 8 September 2023. Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi usai Jepang rilis revisi produk domestik bruto (PDB).
Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 1,16 persen ke posisi 32.606,84. Indeks Topix merosot 1,02 persen ke posisi 2.359,02.
Jepang mencatat pertumbuhan ekonomi 4,8 persen pada kuartal II 2023. Pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 6 persen dan polling Reuters 5,5 persen.
Sementara itu,bursa saham Hong Kong batalkan eprdagangan usai peringatan badai. Di sisi lain, bursa saham China melemah. Indeks CSI 300 turun 0,49 persen ke posisi 3.739,99.
Di Australia, indeks ASX 200 turun 0,2 persen ke posisi 7.156,7. Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,02 persen ke posisi 2.547,68. Indeks Kosdaq naik 0,86 persen ke posisi 914,18.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 8 September 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat tipis pada perdagangan Jumat, 8 September 2023. Namun, selama sepekan, wall street melemah di tengah kekhawatiran baru kalau the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih dari perkiraan sebelumnya.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (9/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat tipis untuk menghentikan koreksi dalam tiga hari. Indeks S&P 500 ditutup ke posisi 4.457,49. Indeks Dow Jones naik 75,86 poin atau 0,02 persen ke posisi 34.576,59. Indeks Nasdaq bertambah 0,09 persen ke posisi 13.761,53.
Rata-rata tiga indeks acuan di wall street juga membatasi koreksi pekan ini. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 1,3 persen dan 1,9 persen. Indeks Dow Jones merosot 0,8 persen.
Di sisi lain, saham-saham energi naik pada Jumat pekan ini seiring kenaikan harga minyak. Sektor saham S&P 500 bertambah 1 persen dan membukukan kenaikan 1,4 persen selama sepekan. Saham Marathon Petroleum, Philips 66 naik 3 persen. Saham Valero Energy melonjak 4 persen.
Beberapa saham teknologi berjuang dalam beberapa sesi terakhir perdagngan. Setelah dua hari tertekan, saham Apple naik tipis 0,4 persen. Saham Microsoft dan Salesforce bertambah 1 persen. Sedangkan saham Nvidia dan Tesla turun lebih dari 1 persen.Saham Block merosot 5,3 persen seiring perusahaan pembayaran berulat dengan pemadaman sistem.
Selain itu, investor juga mendapakatkan serangkaian data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan pada awal pekan ini. Demikian disampaikan Senior Vice President and Portfolio Manager Sit Investment Associates.
"Jika Anda memikirkan perekonomian, ini adalah tangkapan ke-22 bagi investor. Jika tampaknya kita akan hindari hard landing, kita akan mendapat kabar baik mengenai perekonomian, dan akan ada kelegaan yang segera disusul dengan peningkatan harapan terhadap kenaikan suku bunga the Fed,” ujar dia.
Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed
Sementara itu, data ekonomi baru-baru ini termasuk klaim pengangguran awal yang lebih rendah dari perkiraan telah menghidupkan kembali ketakutan kenaokan suku bunga. Selain itu, ada kekhawatiran the Fed mungkin memiliki lebih banyak pekerjaan ke depan.
Pada Jumat, pelaku pasar prediksi lebih dari 4 dari 10 peluang kenaikan pada November setelah antisipasi the Fed akan tahan suku bunga pada September, menurut CME Group’s Fed WatchTool.
"Faktor-faktor ini bersama dengan tanda-tanda perusahaan-perusahaan berjalan baik meski suku bunga meningkat berkontribusi terhadap “tarik menarik” pasar saat ini,” ujar the Chief Investment Strategist BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma.
Ia menuturkan, saat ini pasar berada dalam fase aneh saat kabar baik dapat menjadi kabar buruk. “Tapi menurut saya hal itu tidak akan bertahan lama. Pelemahan belanja konsumen dapat membalikkan narasi itu, kami belum sampai di sana,” tutur dia.
Di sisi lain, investor mencermati laporan laba perusahaan terbaru. Saham e-Signature DocuSign turun 3,7 persen setelah perusahaan melampaui perkiraan tahun fiskal pada kuartal II dan membukukan panduan kuartal III yang baik. Saham RH anjlok 15,6 persen seiring panduan kuartal III yang lemah.
Advertisement