Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada Jumat, 6 Oktober 2023. Wall street melejit bahkan setelah rilis data pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan dan kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (7/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 288,01 poin atau 0,87 persen ke posisi 33.407,58. Indeks S&P 500 menguat 1,18 persen ke posisi 4.308,50. Indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen ke posisi 13.431,34.
Baca Juga
Ekonomi AS menambah 336.000 pekerjaan pada September, demikian disampaikan Departemen Tenaga Kerja. Ekonom yang disurvei Dow Jones prediksi ada 170.000 pekerjaan. Yang pasti, kenaikan upah kurang dari perkiraan bulan lalu.
Advertisement
Saham berbalik arah menjelang akhir pekan ini. Awal sesi perdagangan, wall street sempat anjlok karena laporan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan. Pada sesi terendahnya, indeks Dow Jones anjlok 272 poin. Indeks Dow Jones melambung lebih dari 400 poin. Indeks Nasdaq dan S&P 500 turun 0,9 persen pada titik terendahnya.
Pelaku pasar tidak mengetahui alasan pembalikan intraday tersebut. Sejumlah pihak menilai, upah yang lebih lemah dalam laporan tenaga kerja yang membuat investor kembali memikirkan aksi sebelumnya. Selain itu, imbal hasil obligasi yang melemah juga dinilai memberikan sumbangan terhadap tekanan wall street.
Bagian dari reli tersebut mungkin disebabkan oleh pasar yang telah menjadi sangat oversold atau jenuh jual dengan indeks S&P 500 turun lebih dari 8 persen dari level tertingginya pada awal tahun ini.
Imbal hasil obligasi awalnya melonjak setelah laporan itu. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mendekati level tertinggi dalam 16 tahun. Suku bunga acuan kemudian merosot dari level itu, tetapi naik sekitar 6 basis poin menjadi 4,78 persen.
Menanti Kabar Baik dari The Fed
“Kami melihat sedikit penurunan imbal hasil dibandingkan saat berada di kisaran 4,8 persen. (Dengan-red) mundur sedikit, saya pikir itu membantu pasar saham. Kami mengalami sedikit pelemahan di pasar dalam beberapa minggu terakhir, dan beberapa kondisi oversold,” ujar Chief Investment Officer Verdence Capital Advisors Megan Horneman.
“Kemungkinan ada cukup banyak kabar baik dari pertumbuhan upah dan tingkat pengangguran yang dapat menghalangi the Federal Reserve (the Fed) untuk kembali menaikkan suku bunga,” ujar Ekonom Moody’s Analytics, Dante DeAntonio.
Ia menambahkan, meski ada harapan pasar terhadap apa yang akan dilakukan FOMC telah sedikit bergeser setelah mencerna laporan pada Jumat pagi ini. “Masih ada ekspektasi kuat suku bunga akan tetap tidak berubah pada November,” ujar dia.
Di sisi lain, saham-saham teknologi memimpin kenaikan sektor saham di indeks S&P 500 jelang akhir. Saham Monolithic Power Systems, Adanced Micro Devices, dan Palo Alto Networks melompat lebih dari 4 persen.
Saham Ford naik 0,84 persen, GM bertambah 1,95 persen. Pergerakan saham ini terjadi setelah serikat pekerja United Auto Workers mengatakan, tidak aka nada lagi pemogokan pada pekan ini karena ada kemajuan dalam pembicaraan dengan produsen mobil.
Indeks S&P 500 naik 0,48 persen, dan mematahkan rekor melemah dalam empat minggu berturut-turut. Indeks Nasdaq naik 1,6 persen. Sedangkan indeks Dow Jones melemah 0,30 persen dalam sepekan.
Sebelumnya diberitakan, saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Kamis, 5 Oktober 2023. Koreksi wall street terjadi seiring investor yang menantikan data pekerjaan AS pada Jumat, 6 Oktober 2023.
Data pekerjaan AS itu yang dapat menentukan pergerakan suku bunga selanjutnya. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun tipis 9,98 poin atau 0,03 persen ke posisi 33.119,57. Indeks S&P 500 susut 0,13 persen ke posisi 4.258,19. Indeks Nasdaq melemah 0,12 persen ke posisi 13.219,83. Demikian dikutip dari CNBC, Jumat (6/10/2023).
Perusahaan-perusahaan kebutuhan pokok memimpin koreksi pada perdagangan Kamis pekan ini. Saham perusahaan minuman Molson Coors melemah 6,3 persen pada perdagangan Kamis, 6 Oktober 2023. Diikuti saham Mondelez International dan Clorox masing-masing turun lebih dari 5 persen.
Klaim pengangguran awal pekan ini mencapai 207.000 untuk pekan yang berakhir 30 September, naik hanya 2.000 dari angka pekan sebelumnya. Ekonom prediksi 210.000, menurut perkiraan konsensus Dow Jones.
Meski sedikit meningkat dalam klaim pengangguran, hal ini mengecewakan beberapa investor yang berharap data mingguan akan mulai menandakan kerusakan pasar tenaga kerja dan mengakhiri kenaikan suku bunga yang merugikan saham.
Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun awalnya menguat setelah laporan klaim pengangguran sedikit turun. Imbal hasil obligasi ditutup ke 4,714 persen.
"Kita berada di tengah-tengah transisi dari apa yang semua orang anggap sebagai lingkungan dengan tingkat bunga yang rendah, ke lingkungan dengan tingkat bunga lebih normal, periode penyesaian ini sulit,” ujar Chief Investment Officer, Horizon Investments Scott Ladner seperti dikutip dari CNBC.
Advertisement
Menanti Data Ekonomi AS
Ekonom yang disurvei oleh LSEG percaya nonfarm payrolls pada September akan meningkat 170.000. Namun, turun dari periode Agustus 2023 sebesar 187.000.
Investor meski tidak mengharapkan terjadi resesi, berharap ada pelemahan pasar tenaga kerja yang akan menyebabkan the Federal Reserve (the Fed) kembali memikirkan kenaikan suku bunga dan hentikan kenaikan suku bunga lagi dan hentikan kenaikan imbal hasil treasury ke level tertinggi dalam 16 tahun.
Ladner optimistis pasar tenaga kerja melemah seiring data klaim pengangguran dan pembayaran gaji swasta terbaru menjelang laporan pekerjaan September.
"Data pasar tenaga kerja secara keseluruhan menunjukkan keadaan menjadi lebih baik dalam hal jumlah pekerja yang semakin sedikit dan tidak terlalu panas, dan melakukannya dengan cara paling sehat yang pada dasarnya mengurangi perekrutan, tetapi tetap tidak terlalu banyak memecat,” ujar Ladner.
Saham mendapatkan sedikit dorongan pada Rabu pekan ini setelah data penggajian terbaru dari ADP memberi isyarat kepada investor kalau pasar tenaga kerja mulai melemah.