Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah saham bank besar mencatatkan level all time high (ATH) pada perdagangan, Jumat 12 Januari 2024. Salah satu yang saham yang mencapai puncak adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
Mengakhiri pekan ini, saham BBRI ditutup naik 1,74 persen ke level tertinggi sepanjang sejarah, yakni pada posisi 5.850. Saham BBRI dibuka pada posisi 5.800 dan bergerak pada rentang 5.775-5.850. Melansir data RTI, frekuensi perdagangan saham BBRI tercatat sebanyak 11.115 kali. Volume saham yang ditransaksikan mencapai 109,72 juta senilai Rp 639,48 miliar. Dalam sepekan, harga saham BBRI naik 1,74 persen.
Baca Juga
Sedangkan dalam satu tahun terakhir, saham BBRi naik 17,47 persen. Capaian ini melanjutkan capaian positif dan kinerja BRI sejak tahun lalu.
Advertisement
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa keberhasilan yang dicapai BRI mencerminkan kemampuan perseroan dalam merespons berbagai tantangan. Sunarso juga mengatakan bahwa BRI memiliki optimisme yang besar untuk mengarungi iklim bisnis pada 2024, karena BRI memiliki fundamental yang kuat.
Hal tersebut juga ditopang oleh stimulus fiskal yang diharapkan mampu meningkatkan purchasing power masyarakat, faktor pemilihan umum, serta manajemen risiko perbankan yang semakin baik karena telah berkali-kali menghadapi krisis.
"Di sisi lain BRI juga telah memiliki sumber pertumbuhan baru yakni holding ultra mikro,” kata Sunarso dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (13/1/2024).
Di tengah sentimen penurunan suku bunga The Fed dan pemilu di dalam negeri, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo jagokan sektor finance. Pandangan itu merujuk pada pertumbuhan pembiayaan yang masih tinggi. Untuk sektor ini, Azis jagokan saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Rekomendasi Saham
"Sektor finance masih menarik untuk dicermati mengingat pertumbuhan loan growth masih cukup tinggi. Kami merekomendasikan BUY untuk BBRI, BMRI, BBNI dengan potensi upside 15 persen," kata dia dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menuturkan, sentimen positif untuk sektor ini utamanya merujuk pada perkiraan Bank Indonesia (BI) tidak akan menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut karena dinilai sudah mencapai puncaknya.
"Selain itu, valuasi emiten perbankan besar yang masih menarik. Pertumbuhan kredit menjelang akhir tahun cukup tinggi dan kondusif. Bersamaan dengan itu, saham bank digital yang sudah mulai rebound dan mempunyai momentum yang kuat," ujar Arjun.
Untuk sektor ini, Arjun jagokan saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Bank central Asia Tbk (BBCA), Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Tebar Dividen Interim
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) akan membagikan dividen tunai interim senilai Rp 12,65 triliun atau Rp 84 per saham. Pembagian dividen ini sesuai dengan keputusan Direksi yang telah disetujui Dewan Komisaris pada 15 Desember 2023.
Pembagian dividen BRI merujuk pada data keuangan perseroan per 30 September 2023. Pada periode tersebut, BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 44,21 triliun hingga September 2023. Angka tersebut meningkat 12,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 39,31 triliun.
Raihan laba hingga September 2023 ditopang oleh pendapatan bunga (interest income) sebesar Rp 131,89 triliun per kuartal III 2023 atau naik 14,4 persen dari kuartal III 2022 sebesar Rp 115,252 triliun.
Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilikentitas induk per 30 September 2023 tercatat senilai Rp 43,99 triliun. Saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar RP 207,25 triliun dnegan ekuitas Rp 311,53 triliun.
Melansir leterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (19/12/2023), berikut jadwal pembagian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk:
Tanggal cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 29 Desember 2023Tanggal ex dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 2 Januari 2024Tanggal cum dividen di pasar tunai: 3 Januari 2024Tanggal ex dividen di pasar tunai: 4 Januari 2024Tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 3 Januari 2024 pukul 16.15 WIBTanggal pembayaran dividen: 18 Januari 2024
Bos BRI Bicara KUR Rp 100 Juta Tanpa Agunan
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan saat ini tidak semua UMKM di dalam negeri memiliki aset agunan (jaminan). Oleh karena itu, Jokowi meminta perbankan melihat prospek UMKM agar bisa mendapatkan kredit.
"Tidak semua UMKM kita memiliki aset agunan memiliki collateral (jaminan), sehingga prospek itu juga harus dilihat jangan hanya melihat agunan nya mana, dilihat juga dong prospeknya, nggak punya agunan tapi prospeknya bagus mestinya juga bisa diberikan kredit," kata Jokowi saat ditemui di JCC, Kamis, (7/12/2023).
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso menilai penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa agunan bisa didorong melalui peningkatan kredit dengan plafon Rp 100 juta. Hal itulah yang saat ini diterapkan BRI.
"Diperbanyak saja KUR di bawah Rp 100 juta, supaya semuanya tanpa jaminan. Karena kebijakannya sudah ada, KUR sampai Rp 100 juta tanpa jaminan," kata Sunarso.
Bahkan, jika masih ada bank yang tidak menerapkan kebijakan tanpa jaminan untuk KUR Rp 100 juta, maka bank tersebut bisa kena pinalti dari regulator.
"Sebenarnya sekarang, kebijakan untuk KUR Rp100 juta itu tanpa jaminan, kok masih bisa dimintain jaminan? Itu bukan KUR, kalau KUR sampai Rp100 juta ada jaminan, itu bank akan kena pinalti," ujar Sunarso.
Alhasil dengan kebijakan tersebut diharapkan bisa mendorong peningkatan penyaluran kredit kepada UMKM. Lantaran saat ini, secara ke seluruhan, penyaluran KUR UMKM di Indonesia masih sedikit yakni 21 persen, jika dibandingkan dengan negara lain seperti China sebesar 65 persen, di Jepang juga 65 persen, dan India mencapai 50 persen.
Advertisement