Tower Bersama Infrastructure Siapkan Capex Rp 4 Triliun di 2024, Buat Apa Saja?

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 4 triliun untuk 2024. Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Helmy Yusman Santoso mengatakan besaran belanja modal itu masih bisa berubah, tergantung pada pesanan operator.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Mei 2024, 18:06 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2024, 18:06 WIB
20161102-Menara Tower-Jakarta- Angga Yuniar
Menara jaringan telekomunikasi milik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Jakarta, Rabu (2/11). PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 4 triliun untuk 2024. Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Helmy Yusman Santoso mengatakan besaran belanja modal itu masih bisa berubah, tergantung pada pesanan operator.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 4 triliun untuk 2024. Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Helmy Yusman Santoso mengatakan besaran belanja modal itu masih bisa berubah, tergantung pada pesanan operator.

"Kita sudah siapkan dana Rp 4 triliun. Tapi untuk capex mungkin nanti akan tergantung dari pesanan operator. Baik untuk tower, fiber optic maupun untuk FTTH," jelas Helmy kepada wartawan, Kamis (30/5/2024).

Hingga kuartal I 2024, perseroan memiliki 41.810 penyewaan dan 22.955 sites telekomunikasi per 31 Maret 2024. Sites telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 22.838 menara telekomunikasi dan 117 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 41.693, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,83x.

"Untuk tahun ini ya kita lihat organik growth masih cukup baik. Baik tower maupun fiber optic maupun FTTH masih cukup baik," kata Helmy.

Pada periode tiga bulan pertama tahun ini, perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan organik dengan penambahan 837 penyewaan kotor yang terdiri dari 509 sites telekomunikasi dan 328 kolokasi.

Dari sisi kinerjanya, TBIG berhasil mencatat pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp 1,7 triliun dan Rp 1,47 triliun untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2024. Jika disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA Perseroan mencapai Rp 6,82 triliun dan Rp 5,86 triliun.

 

Menakar Dampak Merger Operator ke Kinerja Tower Bersama Infrastructure

Melihat Perawatan Tower Telekomunikasi di Kepulauan Seribu
Petugas PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) melakukan perawatan rutin tower di Kepulauan Seribu, Rabu, 18/9/2019). PT TBIG memiliki 26.713 penyewaan dan 15.344 site telekomunikasi tersebar di seluruh indonesia, ditargetkan akan menambah 3000 penyewaan di tahun 2019. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) membeberkan prospek bisnis tower seiring penggabungan usaha (merger) perusahaan operator. Baru-baru ini, PT XL Axiata Tbk (EXCL) berencana merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).

Presiden Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Herman Setya Budi menuturkan, penggabungan usaha perusahaan operator menjadi sentimen positif untuk jangka panjang. Memang, untuk jangka pendek akan terjadi konsolidasi tower.

"Merger ini akan membuat industri telekomunikasi menjadi lebih sehat. Sehingga kita melihat efeknya medium-long term itu akan sehat. Memang dalam jangka pendek akan ada konsolidasi infrastruktur yang berada di tempat yang sama," kata Herman dalam paparan publik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Kamis (30/5/2024).

Sebagai gambaran, Herman menyebut merger perusahaan operator sebelumnya yakni antara PT Indosat Tbk (ISAT) dengan PT Hutchison 3 Indonesia.

Sebelumnya, juga ada merger antara PT XL Axiata Tbk dan Axis Telekom Indonesia. Pada dua aksi tersebut, secar agaris besar dampaknya pada perseroan relatif sama. Di mana terjadi konsolidasi infrastruktur pada awal, tetapi andil mendongkrak pendapatan pada masa mendatang.

"Memang akan ada kekurangan infrastruktur, seperti tower dan sebagainya. Tapi melihat kepada efek (merger operator) yang telah terjadi di masa lalu, cukup signifikan mempengaruhi pertumbuhan. Jadi memang ada konsolidasi. Tapi di saat yang sama juga ada pertumbuhan karena operator jadi sehat, memiliki uang, memiliki kesempatan untuk tumbuh," jelas Herman.

Permintaan Infrastruktur Bakal Meningkat

Melihat Perawatan Tower Telekomunikasi di Kepulauan Seribu
Wisatawan melakukan telepon di dekat tower di Kepulauan Seribu, Rabu, 18/9/2019). PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) memiliki 26.713 penyewaan dan 15.344 site telekomunikasi tersebar di seluruh indonesia, ditargetkan akan menambah 3000 penyewaan di tahun 2019. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Seiring sehatnya kinerja perusahaan operator usai merger, Herman mengatakan permintaan untuk infrastruktur juga akan meningkat. Sehingga ini menjadi kondisi yang menguntungkan bagi perseroan sebagai penyedia tower.

PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan segera digabung atau merger. Induk pengendali XL Axiata, Axiata Group Bhd., bersama induk pengendali Smartfren Telecom, grup Sinar Mas, mengumumkan telah menandatangani nota kesepahaman tidak mengikat untuk menjajaki rencana merger EXCL dan FREN.

Nantinya, merger kedua emiten tersebut akan menghasilkan entitas perusahaan yang baru, MergeCo. Entitas baru itu disebut memiliki total nilai aset mencapai sebesar Rp 133 triliun dengan asumsi tidak ada penyesuaian penggabungan), terbesar kedua di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya