BEI Bidik 62 IPO di 2024, tapi Baru Terealisasi Segini

Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis minat perusahaan menggalang dana dari pasar modal lewat IPO masih ramai. Hingga paruh pertama tahun ini, Bursa mendapati 25 emiten baru yang tercatat lewat IPO, belum sampai separuh target IPO Bursa untuk 2024.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Jul 2024, 19:41 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2024, 19:41 WIB
Ilustrasi IPO (Initial Public offering). Foto: Freepik/graystudiopro1
Ilustrasi IPO (Initial Public offering). Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis minat perusahaan menggalang dana dari pasar modal lewat IPO masih ramai. Hingga paruh pertama tahun ini, Bursa mendapati 25 emiten baru yang tercatat lewat IPO, belum sampai separuh target IPO Bursa untuk 2024. Foto: Freepik/graystudiopro1

 

Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis minat perusahaan menggalang dana dari pasar modal lewat IPO masih ramai. Hingga paruh pertama tahun ini, Bursa mendapati 25 emiten baru yang tercatat lewat IPO, belum sampai separuh target IPO Bursa untuk 2024.

"Sampai dengan akhir semester pertama, telah terdapat 25 Perusahaan Tercatat dengan pencapaian fund raised sebesar Rp 4 triliun, dengan jumlah pipeline saat ini mencapai 24 perusahaan," ungkap Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Rabu (3/7/2024).

Dengan fundamental ekonomi yang relatif kondusif dan potensi pertumbuhan sektor-sektor tertentu, dinilai akan mendukung aktivitas IPO pada sisa tahun ini. Bursa sebelumnya menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui IPO pada 2024. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.

Sepanjang semester I 2024, mayoritas saham IPO mencatatkan penurunan harga. Menanggapi itu, Bursa mengaku mengamati perkembangan harga saham dari seluruh perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI, termasuk perusahaan yang baru melaksanakan IPO di tahun ini.

"Pergerakan harga saham di pasar modal dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi global, sentimen pasar, kinerja perusahaan, serta dinamika permintaan dan penawaran," kata Nyoman.

Proses IPO dilakukan dengan tidak hanya memperhatikan aspek formal, tetapi aspek substansi lain seperti kelangsungan usaha. Bursa senantiasa melakukan pengembangan pengaturan dengan menjaga relevansi terhadap kondisi terkini dalam dinamika pasar modal untuk meningkatkan kualitas Perusahaan Tercatat.

Selain itu, BEI telah melakukan publikasi atas kinerja perusahaan tercatat yang baru mencatatkan sahamnya dan diperbarui setiap 6 bulan di situs BEI. BEI juga telah menyediakan laman khusus untuk publikasi laporan riset ekuitas oleh penjamin emisi atas efek saham yang baru tercatat di BEI. Kedua publikasi tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan investor dalam mengambil keputusan untuk investasinya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bursa Incar IPO Perusahaan Mercusuar dengan Aset di Atas Rp 3 Triliun

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengincar sejumlah perusahaan skala besar dengan aset di atas Rp 3 triliun untuk melantai di Bursa lewat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Perusahaan-perusahaan tersebut dikelompokkan sebagai lighthouse company atau perusahaan mercusuar.

Sebelumnya, Bursa menargetkan pencatatan 3 perusahaan lighthouse pada 2024. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini sudah ada calon perusahaan tercatat dari  kategori tersebut yang berada di pipeline IPO Bursa. Sayangnya, Nyoman enggan membeberkan entitas perusahaan mercusuar yang bakal debut di Bursa itu.

"Berdasarkan update terkini dari proses penawaran umum perdana (IPO), saat ini BEI memiliki 1 calon perusahaan tercatat yang masuk kategori lighthouse di dalam pipeline yang berasal dari sektor recreational & sport facilities. Satu lighthouse company menyampaikan akan mengupdate dokumennya dari sektor real estate," beber Nyoman kepada wartawan, Rabu (3/7/2024).

BEI optimistis jumlah perusahaan tercatat yang masuk kategori lighthouse dapat bertumbuh seiring dengan meningkatnya minat perusahaan-perusahaan di berbagai sektor untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan. BEI senantiasa akan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mendorong pencatatan saham perusahaan-perusahaan yang potensial untuk berkembang di Pasar Modal Indonesia.

Sebelumnya, Nyoman menjelaskan perusahaan-perusahaan yang masuk kategori lighthouse, selain memiliki aset di atas Rp 3 triliun, yakni memiliki free float atau porsi saham yang dimiliki publik setidaknya 15 persen. Bursa sendiri terbuka untuk mengakomodir kebutuhan pencatatan saham perusahaan mercusuar.

"Perusahaan yang kita anggap lighthouse company, itu kita selalu targetkan. Pada prinsipnya, ke semua yang besar-besar (itu) kita approach. Pokoknya sepanjang tahun ini paling tidak yang kita kategorikan lighthouse itu bisa tercatat di antara (target) 200-250 pencatatan efek pada 2024," kata Nyoman.


35 Calon Emiten Antre di Pipeline IPO BEI hingga 21 Juni 2024

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Adapun hingga 21 Juni 2024, terdapat 25 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO itu sebesar Rp 3,95 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 35 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.

"Hingga saat ini, terdapat 35 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Minggu (23/6/2024).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 8 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 21 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 6 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 2 Perusahaan dari sektor basic materials

• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 11 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor energy

• 1 Perusahaan dari sektor financials

• 3 Perusahaan dari sektor healthcare

• 4 Perusahaan dari sektor industrials

• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 2 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 4 Perusahaan dari sektor technology

• 2 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

 

 


Pipeline Obligasi

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bersamaan dengan itu, Bursa mencatat 46 emisi dari 34 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline obligasi. Saat ini, telah diterbitkan 47 emisi dari 31 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 50,3 triliun.

Lebih lanjut, berikut klasifikasi sektor penerbitan obligasi:

• 3 Perusahaan dari sektor basic materials

• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 1 Perusahaan dari sektor energy

• 16 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 2 Perusahaan dari sektor industrials

• 6 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 1 Perusahaan dari sektor technology

• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya