Masuki Rezim Suku Bunga Rendah, Sektor Saham Ini Bisa Dicermati Investor

The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga bunga acuan menjadi 4,75-5 persen atau 50 basis poin (bps). Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 25 Sep 2024, 07:12 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2024, 07:12 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga bunga acuan menjadi 4,75-5 persen atau 50 basis poin (bps). Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen. 

Menanggapi hal ini, Senior Equity Analyst Sinarmas Sekuritas, Yosua Zisokhi menjelaskan salah satu sektor yang diuntungkan dari penurunan suku bunga adalah sektor Telekomunikasi (Telco). 

Yosua menuturkan, sektor Telco memiliki anggaran belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) yang cukup intensif, sehingga perlu banyak uang untuk memperluas layanan. 

“Dengan kecenderungan suku bunga rendah akan membuat cost of fund lebih rendah. Secara bottom line akan lebih bagus sehingga ekspansi akan jauh lebih mudah. Selain itu, Telco sektor cukup sehat kompetisinya,” kata Yosua dalam Webinar Institutional Research Sinarmas Sekuritas, dikutip Rabu (25/9/2024). 

Yosua menambahkan, cost of fund emiten Telco akan cenderung turun karena akan lebih mudah mendapatkan Capex tanpa harus mengorbankan laba. 

Secara jumlah subscribers, emiten Telco sepanjang semester satu 2024 cenderung alami peningkatan. Menurut Yosua kompetisi pada sektor Telco masih sehat dengan tidak ada perang harga dan tidak ada perebutan market share yang masif.

Memperluas Jaringan 5G

Adapun Yosue menyebut ke depan para operator akan lebih banyak memperluas jaringan 5G atau 5G Plus. Ekspansi ini akan dipimpin oleh Telkomsel karena jumlah subscriber lebih besar. 

“Namun Indosat setelah merger itu membuat mereka mempunyai ruang untuk bergerak mempunyai kapasitas memperlebar sayap, itu membuat mereka terbaik kedua secara coverage,” jelasnya. 

Tak hanya sektor Telco, perusahaan Toer juga positif karena para operator akan memperluas jaringan yang akan bergantung pada perusahaan tower. Ini akan mendorong permintaan penyewaan menara akan meningkat di tengah penurunan suku bunga.

“Laba perusahaan menara cenderung meningkat, karena cost of fund cenderung turun akibat penurunan suku bunga,” pungkasnya.  

Menanti Sinyal Window Dressing, Sentimen Ini Jadi Penentu

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, jelang akhir tahun, pasar modal biasanya akan memasuki musim window dressing. Secara garis besar, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor. Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina menuturkan, masih ada potensi window dressing. Namun, melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mencatatkan kenaikan cukup signifikan, kemungkinan window dressing tidak terlalu ramai.

"Kalau dari Mirae Asset target IHSG-nya 7.915, mungkin sudah dekat. Jadi kalau dalam dua bulan ini (laju IHSG) masih kencang, mungkin window dressing-nya enggak akan terlalu banyak, karena memang kenaikan (IHSG) juga sudah cukup besar," kata Martha kepada wartawan di Gedung Bursa, Selasa (24/9/2024).

Martha menambahkan, sentimen lain yang bisa dicermati adalah transisi pemerintah baru pada Oktober-November 2024. Bersamaan dengan itu, pasar juga bisa mencermati pemilu di Amerika Serikat (AS). Jika ada gejolak signifikan, potensi windows dressing besar. Sebaliknya, jika pasar relatif resilien, potensi windows dressingnya minim.

"Kalau memang market bergejolak, potensi window dressing-nya ada. Kalau lancar, atau ada guncangan tapi tidak terlalu lama, market itu konsisten dan IHSG konsisten di level yang tinggi, window dressing-nya mungkin tidak akan terlalu besar," jelas Martha.

Sebelumnya, Mirae Asset memiliki prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat naik hingga 7.915 dan sektor ritel akan menunjukkan kinerja positif pada kuartal IV 2024.

Prediksi itu dapat terealisasi ketika kebijakan pemangkasan suku bunga direalisasikan Bank Indonesia sebelum akhir tahun. Penurunan suku bunga tersebut diperkirakan akan memperkuat daya beli masyarakat serta mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga.

 

 

Apa Itu Window Dressing?

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jelang akhir tahun, terjadi sejumlah fenomena yang menarik. Misalnya, pusat perbelanjaan menawarkan diskon besar-besaran. Fenomena menarik rupanya juga terjadi di pasar modal yang disebut window dressing.

Melansir dari berbagai sumber, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor. Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya.

Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan investor agar melirik perusahaan sebagai tujuan investasi. Selain itu, mengutip laman most.co.id,Sabtu, (16/10/2021),  window dressing ini dapat diartikan sebagai kondisi pasar yang memungkinkan harga saham menjadi kuat pada bursa efek.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya window dressing ini andalah self fulfilling prophecy atau ekspektasi dan prediksi dari orang-orang. Selain emiten, pelaku window dressing lainnya yaitu manager investasi.

Manajer investasi melakukan praktik window dressing dengan memoles kinerja pengelolaan reksa dana. Dengan begitu, terlihat mencatatkan hasil positif. Sehingga membantu menjaga citra di depan para investor maupun pihak yang menggunakan jasanya. Window dressing yang paling signifikan umumnya terjadi pada akhir tahun.

Biasanya harga saham akan menguat sampai Januari tahun berikutnya, yang dikenal juga dengan sebutan January Effect.

 

Penggerak Utama IHSG

Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup di Zona Hijau
IHSG ditutup pada level 7.220,88. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kebanyakan saham-saham yang mengalami fenomena window dressing tergolong sebagai penggerak utama IHSG atau memiliki kapitalisasi besar.

Efek window dressing biasanya ditandai naiknya sejumlah saham dengan kenaikan diatas 5 - 10 persen hanya dalam satu hari perdagangan bursa.

Sebagai gambaran, sebelumnya Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai prospek indeks LQ45 serta saham-saham yang tercatat di dalamnya memiliki prospek bagus pada kuartal IV 2021. Hal itu salah satunya ditopang oleh fenomena window dressing.

“Prospek indeks LQ45 dan saham-sahamnya bagus di kuartal IV ini. Karena secara historical, mayoritas naik. Terutama di akhir tahun nanti karena ada aktivitas window dressing,” kata dia kepada Liputan6.com.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya