Saham SIDO Lesu Usai Umumkan Kinerja hingga Kuartal III, Bagaimana Prospeknya?

Saham PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) terpantau berada di zona merah pada hari ini, Jumat 15 Oktober 2024. Hingga penutupan sesi I, SIDO turun 1,60 persen ke posisi 615. Dalam sepekan, SIDO turun 8,21 persen namun masih naik 17,14 persen ytd.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 26 Okt 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2024, 06:00 WIB
Ciptakan Investor Pasar Modal Berkualitas Lewat Kompetisi Saham
Layar sekuritas menunjukkan data-data saat kompetisi Trading Challenge 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/12). Kompetisi Trading Challenge 2017 ini sebagai sarana untuk menciptakan investor pasar modal berkualitas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Saham PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) terpantau berada di zona merah pada hari ini, Jumat 15 Oktober 2024. Hingga penutupan sesi I, SIDO turun 1,60 persen ke posisi 615. Dalam sepekan, SIDO turun 8,21 persen namun masih naik 17,14 persen ytd.

Penurunan harga saham SIDO terjadi bersamaan dengan pengumuman pembagian dividen interim yang mengacu pada data keuangan perseroan per 30 Juni 2024. Merujuk keterbukaan informasi Bursa, SIDO berencana membagikan dividen interim senilai Rp 540 miliar atau Rp 18 per saham.

Beberapa hari sebelumnya, perseroan mengumumkan kinerja yang tumbuh positif untuk periode sembilan bulan tahun ini. Pada periode tersebut, penjualan tercatat sebesar Rp 2,63 triliun, naik 11,24 persen dibandingkan penjualan per September 2023 yang tercatat sebesar Rp 2,36 triliun.

Dari raihan itu, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 778,12 miliar pada September 2024. Laba itu naik 32,65 persen dibanding laba pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 586,57 miliar.

Selain dari sisi kinerja, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Ezaridho Ibnutama mencermati realisasi belanja modal (capital expenditure/capex) SIDO. ⁠Hingga September 2024, SIDO baru menyerap belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 35 miliar untuk menjaga dan meningkatkan aset lancar serta efisiensi. Adapun total capex yang dianggarkan untuk tahun ini sebesar Rp150-200 miliar.

"Karena kami mengamati belanja modal 2023 hanya mencapai Rp 50 miliar, kami melihat rendahnya pemanfaatan anggaran belanja modal ini menunjukkan posisi konservatif perusahaan untuk ekspansi alih-alih memilih untuk meningkatkan aset kerja yang ada selama lingkungan ekonomi makro yang tidak kondusif untuk belanja," kata Eza kepada Liputan6.com, Jumat (15/10/2024)

Daya Beli Konsumen

IHSG Dibuka di Dua Arah
Layar grafik pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk kuartal IV 2024, SIDO tidak akan terlibat dalam penurunan ASP untuk mengatasi daya beli konsumen yang lebih lemah di Jawa. Sebaliknya, perusahaan berencana untuk mendiversifikasi portofolio produknya lebih jauh. Saat ini, perusahaan memiliki lebih dari 300 SKU. Selain kontribusi besar Tolak Angin di Herbal dan Suplemen, produk herbal SIDO lainnya Tolak Linu berkontribusi 5% dan Esemag hanya 1%.

⁠SIDO mempertahankan pertumbuhan laba dan rugi di atas 10%. Selain memperkenalkan produk baru ke pasar ekspor, Perusahaan akan memasuki pasar Vietnam dan Kamboja pada kuartal IV 2024. ⁠SIDO masih mengantisipasi penerapan Pajak Gula pemerintah sebesar 2,5% pada Desember 2024.

Sebelumnya, NH Korindo Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi overweight pada saham SIDO dengan TP di 750. "Kami mempertahankan rekomendasi Overweight untuk SIDO dengan menaikkan target harga menjadi 750 per saham, yang menyiratkan P/E Forward Dinamis 3-Tahun rata-rata sebesar 20,9x dengan potensi kenaikan sebesar 11,1%," ulas Eza dalam risetnya September lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya