Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatat kenaikan signifikan hingga penutupan perdagangan sesi pertama, Jumat (25/4/2025). Kenaikan saham UNVR terjadi usai merilis laporan keuangan kuartal I 2025.
Mengutip data RTI, harga saham UNVR ditutup melonjak 17,39% menjadi Rp 1.755 per saham hingga sesi pertama. Saham UNVR ditutup ke level tertinggi Rp 1.865 dan level terendah Rp 1.530 per saham. Total frekuensi perdagangan 36.210 kali dengan volume perdagangan 1.908.303 saham. Nilai transaksi Rp 330,8 miliar.
Penguatan harga saham UNVR juga terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik cukup signifikan. IHSG ditutup melambung 0,77% ke posisi 6.664.
Advertisement
Pada sesi pertama, 413 saham menguat sehingga angkat IHSG. 159 saham melemah dan 219 saham diam di tempat. Selama sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 6.683,36 dan level terendah 6.640,77.
Total frekuensi perdagangan 596.964 kali dengan volume perdagangan sebesar 10 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 5 triliun.
Adapun, harga saham UNVR naik usai merilis laporan keuangan I 2025. Unilever Indonesia mencatat penjualan Rp 9,46 triliun hingga kuartal I 2025. Penjualan susut 6,09% dari periode kuartal I 2024 sebesar Rp 10,07 triliun.
Penjualan yang merosot tersebut mendorong laba turun 14,58% menjadi Rp 1,23 triliun hingga kuartal I 2025. Pada periode sama tahun lalu, Perseroan membukukan laba Rp 1,44 triliun.
"Meskipun hasil kuartal pertama kami masih terkoreksi dibandingkan tahun sebelumnya, kami berhasil mencatatkan peningkatan kuartal ke kuartal (QoQ) dalam hal pertumbuhan dan profitabilitas," ujar Presiden Direktur Unilever Indonesia Tbk, Benjie Yap dalam konferensi pers kinerja Unilever Indonesia Kuartal I 2025, Kamis, 24 April 2025.
Kinerja Kuartal I 2025
Secara kuartalan, Benjie Yap mencatat penjualan domestik meningkat sebesar 21,6 persen dibanding kuartal IV 2024. Sedangkan laba bersih meningkat 244,7 persen dibandingkan kuartal IV 2024. Marjin laba sebelum pajak sebesar 16,8 persen, peningkatan 1.054 basis poin dibandingkan kuartal IV 2024.
"Kami telah membuat kemajuan dalam mengurangi stok pelanggan, menstabilkan harga pada kanal penjualan kami dan meningkatkan profitabilitas mitra distributor kami, serta memberikan tingkat layanan pelanggan yang lebih baik. Kemajuan ini memberikan fondasi yang kokoh untuk mendorong pertumbuhan di masa depan,” imbuh dia.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) penjualan perseroan pada kuartal I 2025 mengalami penurunan 6,10 persen dibandingkan penjualan pada kuartal I 2024 yang tercatat sebesar Rp 10,08 triliun.
Bersamaan dengan turunnya penjualan, perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan menjadi Rp 4,91 triliun pada kuartal I 2025 dari Rp 5,05 triliun yang dicatatkan pada kuartal I tahun lalu. Meski begitu, laba kotor perseroan tetap turun menjadi Rp 4,56 triliun pada kuartal I 2025 dibanding Rp 5,03 triliun pada kuartal I 2024.
Pada kuartal I 2025, perseroan membukukan beban pemasaran dan penjualan sebesar RP 2,18 triliun. Bersamaan dengan itu, beban umum dan administrasi tercatat sebesar Rp 758,92 miliar, dan beban lain-lain Rp 787 juta. Pada periode yang sama, perseroan membukukan penghasilan keuangan sebesar Rp 2,2 miliar dan biaya keuangan Rp 19,56 miliar.
Advertisement
Aset Unilever
Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba Rp 1,24 triliun pada kuartal I 2025. Raihan laba itu turun 14,59 persen dibandingkan laba yang diperoleh perseroan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,45 triliun. Sehingga laba per saham dasar susut menjadi Rp 32 dari sebelumnya Rp 38 per lembar.
Aset perseroan sampai dengan 31 Maret 2025 naik menjadi Rp 17,81 triliun dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 16,05 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 6,81 triliun dan aset tidak lancar Rp 11 triliun.
Liabilitas perseroan sampai dengan 31 Maret 2025 naik menjadi Rp 14,43 triliun dibanding posisi kahir 2024 yang tercatat sebesar RP 13,9 triliun. Sebesar Rp 12,34 triliun tercatat sebagai liabilitas jangka pendek. Sisanya sekitar Rp 2,09 triliun tercatat sebagai liabilitas jangka panjang.
Sementara ekuitas sampai dengan 31 Maret 2025 tercatat sebesar Rp 3,38 triliun. Angka ini naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu, di mana ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 2,15 triliun.
