Sineas Wanita Indonesia Bicara soal Seksualitas di Tokyo

Empat sineas Indonesia yang hadir adalah adalah Nia Dinata, Kamila Andini, Mouly Surya, dan Meiske Taurisia.

oleh Ratnaning Asih diperbarui 29 Okt 2016, 01:00 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2016, 01:00 WIB
Sineas Indonesia dalam Tokyo International Film Festival
Empat sineas Indonesia yang hadir adalah adalah Nia Dinata, Kamila Andini, Mouly Surya, dan Meiske Taurisia.

Liputan6.com, Jakarta Tokyo International Film Festival 2016 yang saat ini tengah berlangsung, menjadi perhelatan istimewa bagi sejumlah sineas Indonesia. Bukan hanya karena 12 film Tanah Air diputar di festival tersebut, namun juga karena mereka diundang untuk berbicara soal kondisi perfilman di Indonesia dari perspektif perempuan.

Dalam simposium bertajuk "Women Filmmakers: Visions for the Future of Indonesian Cinema" yang berlangsung pada Rabu (26/10/2016) ini, hadir empat sineas wanita. Mereka adalah Nia Dinata, Kamila Andini, Mouly Surya, dan Meiske Taurisia.

Nia Dinata (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dilansir dari keterangan tertulis yang dimuat dalam situs festival ini, keempatnya berbicara soal seksualitas di Indonesia. Termasuk soal tabu yang menyelimuti topik ini.

"Aku biasanya bicara soal seksualitas, satu hal yang pasti sering terjadi di Indonesia karena ada 250 juta orang di sana. Mereka pasti melakukan seks. Kita hanya tak membicarakannya," ujar Mouly Surya, sutradara What They Don’t Talk about When They Talk about Love yang dibintangi oleh Ayushita dan Nicholas Saputra.

Pernyataan ini, diamini oleh Nia Dianata. Sutradara Ini Kisah Tiga Dara, film yang juga diputar di festival ini, menambahkan bahwa di sinilah film kemudian mengambil peran penting. "Fungsi sinema, adalah untuk membicarakan hal-hal yang tak dibicarakan di kehidupan nyata," ujarnya.

Mereka juga membicarakan masalah patriarki, dan kecenderungan perempuan Indonesia yang menurut mereka semakin konservatif.

"Kami mengakui adanya kekuatan untuk membuat perempuan Indonesia lebih konservatif. Tapi kurasa film juga merupakan kekuatan yang membuat masyarakat lebih jujur dan beragam," kata Nia Dinata.

Poster Ini Kisah Tiga Dara

Ada pun soal kondisi perfilman Indonesia, mereka menyebut bahwa perfilman Indonesia banyak digerakkan oleh perempuan. Termasuk saat kebangkitan perfilman Indonesia.

"Sekarang, posisi untuk sineas perempuan lebih pada aspek manajerial, seperti produser. Kami punya director of photography perempuan, tapi jumlahnya kurang dari lima," kata Meiske Taurisia, produser film Sendiri Diana Sendiri.

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya