Liputan6.com, Jakarta Tanggal 16 Maret mendatang, Bid'ah Cinta, sebuah film religi terbaru garapan sutradara Nurman Hakim akan dirilis. Ini, adalah satu bagian dari film trilogi yang ia garap sebelumnya.
"Iya, ini bagian terakhir dari film trilogi saya. Dua lainnya itu 3 Doa 3 Cinta dan Khalifah," ujar Nurman saat bertandang ke kantor Liputan6.com, baru-baru ini.
Nurman Hakim menyebut bahwa film Bid'ah Cinta diilhami dari persoalan yang telah terjadi cukup lama di Tanah Air, yaitu mengenai intoleransi dalam beragama.
Advertisement
Baca Juga
 "Ini meresahkan. Sebenarnya perbedaan ini kan satu hal yang lumrah, yang bisa kita berdayakan dan kita persatukan, sehingga kita bisa hidup berdampingan dengan toleransi dan damai," ujarnya menambahkan.
Hanya saja, sejumlah pihak tampaknya berburuk sangka dengan film ini. Nurman menyebut ada yang menuduh bahwa filmnya ini adalah sebuah propaganda, ada juga yang beranggapan sineas film ini hendak mencari keuntungan di balik isu-isu sensitif di Pilkada DKI Jakarta yang tengah hangat-hangatnya.
Menanggapi hal ini, Nurman berharap bahwa publik tak langsung menyimpulkan hanya setelah menonton sebagian kecil dari film Bid'ah Cinta. Ia juga menolak bila disebut ingin ambil untung dari isu yang tengah ramai berlangsung.
"Kita bikin film ini jauh sebelum Pilkada DKI. Saya mulai nulis script sejak akhir 2015. Syutingnya Mei, selesai Juni," katanya menambahkan.
Terakhir, ia berharap bahwa filmnya ini dapat membawa kesejukan tersendiri. "Kalau kita punya pemahaman tertentu kita tak perlu mempersoalkan pemahaman orang lain...Kalau ada perbedaan ya sudah, yang penting kita bisa hidup damai, toleransi terjaga," ujarnya.
Bid'ah Cinta menceritakan Khalida (Ayushita), seorang gadis dari keluarga Islami. Ia memiliki hubungan spesial dengan Kamal (Dimas Aditya), yang dianggap oleh keluarga Khalida sebagai seorang ektremis.
Sebaliknya, keluarga Kamal menganggap Khalida dan orangtuanya tak menjalankan agama Islam sesuai syariat. Di tengah pertentangan ini muncul Hasan (Ibnu Jamil), yang dianggap keluarga Khalida sebagai lelaki yang lebih pantas untuk gadis ini karena dianggap 'sealiran'.