Hamish Daud Ingatkan Bahaya Perubahan Iklim Bagi Laut Indonesia

Hamish Daud menyoroti banyaknya sampah di laut Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2019, 10:30 WIB
Hamish Daud
Raisa unggah foto Hamish Daud dengan kemeja terbuka (Dok.Instagram/@raisa6690/https://www.instagram.com/p/B18DtqPHEKy/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta Si ganteng Hamish Daud salah satu yang sangat peduli terhadap lingkungan. Bintang film Rectoverso dan Trinity The Nekad Traveler ini mendirikan Yayasan Indonesia Ocean Pride yang berfokus menjaga kelestarian laut. 

Hamish Daud mengingatkan, untuk bersikap ramah lingkungan bisa dimulai dari hal-hal kecil. Misalnya, dengan mengurangi pemakaian sedotan plastik. Hamish Daud menyebut sedotan plastik biasanya dipakai dalam hitungan menit kemudian dibuang dan jadi sampah. Hamish Daud menyebut, dari sinilah masalah bermula.

"Kalau pakai sedotan plastik 30 detik, satu menit, atau oke mungkin 5 menit lalu dibuang. Sedotan plastik itu butuh waktu 150 tahun untuk diurai. Dan tidak akan hilang melainkan terpecah-pecah menjadi plastik beukuran mikro, dimakan ikan, lalu ikannya bisa jadi kita konsumsi,” beber Hamish Daud di Jakarta Selatan, Jumat (11/10/2019).

Plastik itu kembali menjadi bagian dari rantai makanan manusia. Potensinya ke depan, memicu lahirnya penyakit baru yang menyerang anak cucu kita. "Plastik didesain para teknisi buat bertahan lama,” sambung Hamish Daud.

Lantas bagaimana manusia menyikapi sampah plastik? “Jadi bukan plastik masalahnya, tapi bagaimana daur ulang dan menguranginya. Itu bergantung pada kita karena apa saja kini terbuat dari plastik," ujar Hamish Daud.

 

Sampah

Hamish Daud
Hamish Daud bersama anaknya (Instagram/hamishdw)

Lebih jauh Hamish Daud mengingatkan sampah plastik bukan satu-satunya masalah bagi laut Indonesia maupun negara lain. Dalam pandangan aktor kelahiran Australia, 8 Maret 1980 ini, Indonesia tampak belum siap untuk menerima fakta sekaligus merespons pemanasan global atau perubahan iklim. 

"Kita sepakat menandatangani Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi karbon dan lain-lain. Tapi orang lupa bahwa kondisi air laut kita saat ini lebih hangat karena efek perubahan iklim. Anda tahu, 80 tahun dari sekarang lautan akan menjadi 4 kali lebih hangat dari laut di era 1970-an,” ujar Hamish Daud.

Ia menyambung, “Artinya, cucu kita nanti akan berenang di air yang empat kali lebih hangat yang juga berarti, ekosistem laut telah rusak. Tidak akan ada lagi yang namanya terumbu karang. Ini karena peubahan iklim.”

(Wayan Diananto)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya