The Old Guard: Charlize Theron yang Perkasa tapi Diam-Diam Merana

Liputan6.com, Jakarta Dengan perawakan yang tinggi dan terbilang tegap, Charlize Theron memang cocok memerankan karakter wanita jagoan. Banyak sudah peran wanita perkasa yang ia bintangi di film, mulai dari Mad Max: Fury Road, Atomic Blonde, Aeon Flux, sampai yang terakhir, The Old Guard.

Bahkan di The Old Guard, film yang mulai ditayangkan Netflix sejak 10 Juli lalu, Charlize Theron tak sekadar memerankan karakter jagoan, tapi juga superhero.

Dalam The Old Guard, aktris 44 tahun ini memerankan Andy, seorang pemimpin kelompok beranggotakan tiga orang lain, yang menyelesaikan misi berbahaya di berbagai belahan dunia. Meski cuma berempat, kuartet ini tak terkalahkan.

Rahasianya satu, mereka punya kekuatan misterius: keabadian. Atau lebih tepatnya, nyaris keabadian.

Andy dkk memiliki umur panjang dan awet muda. Tak hanya itu, mereka juga selalu pulih dengan cepat meski tubuh menderita luka dan cedera mematikan. Namun, ada satu hal yang menghantui mereka. Kekuatan ini tiba-tiba bisa hilang, dan nyawa mereka melayang begitu saja.

Kawanan ini menjalankan misinya dengan senyap, menyepi dari dunia karena tak mau rahasia hidup mereka terbongkar. Tapi yang mereka takutkan ini justru terjadi. Dibantu mantan agen Copley (Chiwetel Ejiofor), ilmuwan bernama Merrick (Harry Melling) terobsesi dengan kekuatan Andy dkk dan berusaha mengejar mereka.

Situasi makin pelik ketika seorang wanita muda, Nile (Kiki Layne) mendadak memiliki kekuatan seperti Andy dkk.

The Old Guard memang mengisahkan tentang sosok-sosok berkekuatan super. Tapi justru aksi mereka menjadi sebagian kecil saja dari daya tarik The Old Guard. Keunikan film garapan Gina Prince-Bythewood justru adalah muatan emosinya.

Sepanjang film, wajah-wajah para superhero ini kerap terlihat pilu. Para jagoan yang tak pernah memilih untuk mendapatkan kekuatan ini, hanya bisa merindukan dan meratapi masa lalu dengan pilu.

Kawanan ini, membuat keabadian yang selama ini dikejar manusia, menjadi sebuah perjalanan yang kelewat panjang dan tak dihehendaki.

Dengan muatan seperti ini, The Old Guard sebenarnya bisa jatuh menjadi film yang menye-menye. Untungnya, sutradara Gina Prince-Bythewood cukup berhasil menyelamatkan filmnya agar tak jatuh dalam jebakan ini.

Begitu pula dengan para pemainnya. Charlize Theron, meski kerap muncul dengan tatapan kesepian, tetap tangguh saat tiba waktunya beraksi. Dengan karakter Andy, Charlize memperkokoh kedudukannya sebagai salah satu aktris mumpuni di genre aksi: piawai melakoni adegan laga sekaligus menghadirkan emosi secara subtil.

Karakter lain dalam kawanan, seperti Booker (Matthias Schoenaerts), serta pasangan sesama jenis Joe (Marwan Kenzari) dan Nicky (Luca Marinelli)—meski perannya sedikit tertutup oleh perjalanan Andy dan Nile—masih tetap memberikan kontribusi tersendiri dalam film. Terutama karena karakter mereka, berikut masa lalunya, membuat penonton berempati.

Sementara di jajaran karakter antagonis, berdiri dua tokoh yang meski berada di sisi yang sama, tapi karakternya jauh berbeda. Karakter Copley yang dimainkan aktor nomine Oscar Chiwetel Ejiofor, berdiri di wilayah abu-abu. Di satu sisi ia terlihat memegang teguh nuraninya, di sisi lain ia enteng saja menjalankan aksinya.

Di sisi lain, Merrick adalah karakter klise tentang ilmuwan gila yang menghalalkan segala cara demi ambisinya. Ini, jenis karakter yang sudah sering ditemui dalam sinema.

Satu catatan, bobot drama dalam film ini terbilang mengorbankan porsi adegan laga di dalamnya. Aksi dar-der-dor dan bak-bik-buk memang tetap ada, pengambilannya pun terbilang apik sehingga penonton bisa mengikuti koreografi pertarungan.

Hanya saja, bila dibandingkan dengan kedalaman emosi yang ditampilkan sepanjang film, porsi aksinya terasa gersang. Terutama bagi penggemar film laga yang ingin aderenalinnya digenjot.

The Old Guard memang tidak menceritakan dari mana kekuatan misterius ini berasal. Andy dkk hanya dihadapkan dalam satu situasi, dan dipaksa untuk bereaksi atas keadaan tersebut. Pertanyaan soal asal muasal kekuatan ini sempat dipertanyakan karakternya, tapi hingga ujung film tak juga ditemukan alasannya.

Jangan salah, hal ini tidak mengganggu narasi cerita, justru bisa menjadi pondasi untuk sekuel The Old Guard. Apalagi di pengujung film, sudah terlihat pertanda bahwa ada kelanjutan dari film ini. Nasib Andy dkk pun diset dengan menggelitik rasa keingintahuan penonton.

Pertanyaannya, apakah rasa penasaran penonton ini akan dibalas Netflix dengan sekuel The Old Guard? Kita nantikan saja.