Liputan6.com, Jakarta The Conjuring 3 akhirnya tiba di Indonesia. Pasangan Ed dan Lorraine Warren menyapa pencinta film Tanah Air mulai Rabu (2/6/2021) di bioskop. Yang dihadapi dua cenayang tersebut kali ini tak main-main.
Wait, sebelum mengulas The Conjuring 3 alias The Conjuring: The Devil Made Me Do It, ada baiknya kita kenalan dulu dengan para pemain dan kru. James Wan, sutradara The Conjuring dan The Conjuring 2 tak lagi jadi sutradara.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Resensi Film A Quiet Place Part 2: Kekuatan Editing dan Tata Suara, Tegang Hingga Babak Pamungkas
Resensi Film Those Who Wish Me Dead: Alihkan Isu dengan Bakar Hutan, Dua Pembunuh Incar Bocah Laki-laki
Resensi Film Spiral: Melacak Dalang Pembunuhan Berseri Pembantai Aparat, Tegang Hingga Menit Akhir
Sebagai ganti, Michael Chaves yang dulu kita kenal lewat The Curse of La Llorona. Vera Farmiga dan Patrick Wilson tetap berada di garis depan. Inilah resensi film The Conjuring: The Devil Made Me Do It.
Terbunuhnya Bruno Sauls
Karier Ed (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga) mencapai puncak pada 1981 kala menangangi kasus pembunuhan Bruno Sauls (Ronnie Gene Vlevins) dengan tersangka, Arne Johnson (Ruairi O’Connor). Arne adalah pacar Debbie Glatzel (Sarah Catherine).
Cerita bermula ketika keluarga Debbie pindah ke rumah baru. Adiknya, David (Julian Hilliard) masuk ke kamar dan bermain kasur air. Siapa sangka, tangan hitam mencengkeram tubuh David bersama air yang menyembur dari kasur.
Sejak itu, kelakuan David aneh. Ayah dan ibu Debbie memanggil cenayang Warren. Eksorsis dimulai. Apes, setan ini amat kuat. Ed kena serangan jantung di tengah ritual sementara tubuh Lorraine lunglai. Arne yang memegangi David meminta iblis di dalam bocah itu pindah ke badannya.
Advertisement
Baca Ayat Mazmur 24
Kelakuan Arne lantas menjadi aneh. Arne yang jadi tersangka ditahan aparat. Di ruang tahanan, Arne dikunjungi Ed dan Lorraine. Anehnya, Arne yang kemasukan setan dengan fasih melantun ayat-ayat Tuhan di Mazmur 24 ayat 3 dan 4.
“Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan dan yang tidak bersumpah palsu,” ucap Arne.
Jujur, adegan ini bagi kami adalah tanda bahaya. Biasanya setan takut atau terbakar saat ayat-ayat Allah dilantun. Namun, saat setan dengan fasih membaca ayat suci, maka kita tahu kelas makhluk laknat ini enggak kaleng-kaleng.
Penglihatan Sang Cenayang
Wajar pula jika fase ini disebut ujian terberat dalam karier Ed-Lorraine. Dibuka dengan adegan eksorsis yang bombastis, kengerian dibangun lewat tata kamera yang dinamis plus riasan di wajah si bocah yang kemasukan setan. Seperti beruntusan dan meleleh.
Tubuhnya lantas kayang di atas meja. Plus, tata artistik berupa rumah dengan banyak ruangan dan perabot bernuansa retro menambah nuansa seram dalam film. Michael Chaves punya selera tersendiri dalam menuturkan kisah Ed-Lorraine kali ini.
Sejak awal, ia memberi klu berupa penglihatan yang didapat sang cenayang putri. Klu berupa kilasan adegan muncul di menit awal. Sayang, ia tak memberi dampak dan akhirnya dijelaskan sendiri oleh tokoh utama. Barulah penonton memperoleh titik terang.
Advertisement
Horor dan Investigasi Hukum
Mestinya, klu ini disimpan saja hingga pertengahan agar suasana honor dan investigasi hukum membuat audiens terus menerka. Kelemahan ini ditambah fakta bahwa tidak ada adegan jump-scare yang ikonis, yang selama ini menjadi ciri khas The Conjuring.
Kata ikonis patut digarisbawahi karena itulah yang akan jadi cendera mata bagi penonton. Masih ingat adegan tepuk tangan setan di tangga menuju rubanah kediaman Carolyn Perron (Lily Taylor)? Atau sosok Crooked Man dengan lagunya yang mengerikan di The Conjuring 2?
Hal yang sama tak kita dapat di jilid The Devil Made Me Do It. Michael hanya memberi kita oleh-oleh kisah sempalan yang berpotensi menjadi film sendiri yakni dua sahabat Katie (Andrea Andrade) dan Jessica (Ingrid Bisu).
Tiga Poros Cerita
Michael sedikit keteteran dalam menggerakkan tiga poros cerita yakni keluarga Glatzel, Danvers, dan babak akhir. Ketegangan kurang terasa menanjak, babak akhir tak setegang dua jilid sebelumnya.
Kunci untuk menikmati film ini yakni fokus pada chemistry Patrick Wilson dan Vera Farmiga. Sejak awal keduanya muncul, melihat pelipis Patrick yang mulai dihiasi kerutan saja kita seolah diingatkan betapa sepasang cenayang kesayangan ini telah melewati banyak hal.
Kisah yang disajikan dalam film ini, menguatkan rasa takut kehilangan di antara keduanya. Cara lain menikmati film ini, coba ingat ujaran klasik yang menyebut manusia bisa lebih seram daripada setan itu sendiri. Jika Anda meyakini ujaran ini, jelas Anda bisa menikmati menu utamanya.
Advertisement
Modal Utama Film Ini
Modal utama film ini bukan penampakan layaknya horor tulen umumnya, melainkan seni mengurai simpul rumit kasus pembunuhan berlatar kekuatan tak kasat mata. Proses eksorsis, investigasi, persidangan, hingga upaya baca pertanda membuat kita deg-degan.
Kredit juga patut diberikan kepada Ruairi O’Connor. Ekspresi ganjilnya, cara berjalan, dan tatapan matanya benar-benar bikin risi. Belum lagi saat kita membaca catatan kaki di akhir film soal sosok nyata Arne Johnson. Wuih, ngeri-ngeri sedap.
Bagi kami, jilid ini tak sebagus The Conjuring 1 dan 2, namun tetap menegangkan serta layak tonton di bioskop. Jangan lupa, patuhi protokol kesehatan selama di lingkungfan bioskop ya.
Main Tebak-tebakan yuk!
Sudah lama ya kita enggak main tebak-tebakan. Sebutkan penyanyi legendaris Hollywood yang arwahnya sempat dijumpai Lorainne Warren:
A. Frank Sinatra
B. Marilyn Monroe
C. Judy Garland
D. Elvis Presley
E. Jim Morisson
Pemain: Vera Farmiga, Patrick Wilson, Ruairi O’Connor, Sarah Catherine Hook, Julian Hilliard, Keith Arthur Bolden, Inggrid Bisu, Andrea Andrade
Produser: James Wan, Peter Safran
Sutradara: Muchael Chaves
Penulis: David Leslie Johnson-McGoldrick
Produksi: New Line Cinema, Warner Bros.
Durasi: 1 jam, 52 menit
Advertisement