Liputan6.com, Jakarta Atta Halilintar berkeinginan membangun pesantren untuk mencetak penghafal Alquran, dari uang hasil lelang headband atau bandana miliknya. Apalagi headband-nya itu laku terjual dengan harga Rp2,2 miliar oleh seorang pengusaha bernama Riza Paten.
Terkait hal itu, Gus Miftah angkat suara. Sebab membuat pesantren lalu mengurusnya tak semudah membalikkan telapak tangan.
Advertisement
Baca Juga
"Banyak orang yang bikin pesantren dan banyak pesantren yang gulung tikar," ujarnya dikutip dari kanal YouTube KH Infotainment dikutip Senin (31/1/2022).
Â
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bukan Karena Uang
Membangun pesantren bukan semata-mata memiliki uang berlebih. Namun butuh ketekunan dan istiqomah untuk mengurusnya agar menghasilkan pesantren yang berkualitas dan tidak berhenti di tengah jalan.
"Karena merasa punya uang, kemudian bikin pesantren sendiri. Sementara orang bikin pesantren kan tidak semata-mata uang. Jadi, tidak semua orang punya uang bisa bikin pesantren," ujarnya.
Advertisement
Cari Santri
Gus Miftah menyarankan, sebelum membangun sebuah pesanteran harus mencari santrinya terlebih dahulu. Begitulah yang ia lakukan saat membuat Pesantren Ora AJi di Sleman, Yogyakarta.
"Makanya, kalau dulu saya di pondok nyari santri dulu, baru bikin gedung daripada kita membuat gedung dulu baru mencari anak," ujarnya.
Partner yang Tepat
Memilih patner yang tepat juga menjadi faktor penentu menurut Gus Miftah. Apabila keliru, ia yakin pesantren tersebut tidak akan berjalan.
"Jangan salah pilih orang, kalau salah pilih nanti yang jadi korbannya itu santrinya," katanya.
Advertisement