Influencer Nadya Putri Salsabila Bahas Digitalisasi Budaya, Ajak Publik Tak Sebar Hoaks dan Ujaran Kebencian

Influencer Nadya Putri Salsabila mengajak masyarakat Indonesia tak menyebar hoaks, ujaran kebencian, dan tidak menyinggung orang lain dalam bermedsos.

oleh Wayan Diananto diperbarui 23 Sep 2022, 21:24 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2022, 21:20 WIB
Influencer Nadya Putri Salsabila. (Foto: Dok. Instagram @naadyaps)
Influencer Nadya Putri Salsabila. (Foto: Dok. Instagram @naadyaps)

Liputan6.com, Jakarta Dikenal sebagai content creator dan key opinion leader, Nadya Putri Salsabila belakangan mendukung program literasi digital nasional sektor pendidikan Sumatra untuk siswa dan guru di Medan.

Program yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi ini menggelar webinar, Rabu (21/9/2022), dengan peserta mencapai 7.456 orang.

Influencer dengan 200 ribuan pengikut di Instagram ini menjadi pembicara terakhir yang membahas Budaya Digital. Nadya Putri Salsabila menilai era digital berdampak pada semua aspek kehidupan termasuk budaya.

“Digitalisasi budaya memungkinkan untuk mendokumentasikan kekayaan budaya, yang dapat dijadikan peluang mewujudkan kreativitas sebagai hak berekspresi,” kata Nadya Putri Salsabila.

 

Hak dan Kewajiban

Influencer Nadya Putri Salsabila. (Foto: Dok. Instagram @naadyaps)
Influencer Nadya Putri Salsabila. (Foto: Dok. Instagram @naadyaps)

Meski begitu, Nadya Putri Salsabila mengingatkan bahwa hak berekspresi tak bisa bebas 100 persen. Ada norma, aturan, dan hak-hak orang lain yang mesti dihormati meski berada di jagat maya.

“Harus pula ada kewajiban dalam menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, di antaranya dengan tak menyebarkan informasi hoaks, ujaran kebencian, dan tidak menyinggung orang lain,” imbuhnya.

Indeks Literasi Digital Masyarakat

Influencer Nadya Putri Salsabila. (Foto: Dok. Instagram @naadyaps)
Influencer Nadya Putri Salsabila. (Foto: Dok. Instagram @naadyaps)

Menguatkan ulasan Nadya Putri Salsabila, Dirjen Aptika Kominfo RI, Semuel Abrijani Pengerapan, mengingatkan masifnya penggunaan internet di Indonesia juga mengundang risiko seperti penipuan daring, hoaks, perundungan siber, dan beragam konten negatif lain.

Karenanya peningkatan penggunaan teknologi perlu diimbangi kapasitas literasi digital yang mumpuni. “Saat ini indeks literasi digital masyarakat Indonesia 3,49 dari skala 5. Belum mencapai kategori baik. Tugas kita, membekali publik dengan kemampuan literasi digital memadai,” urainya.

 

4 Pilar

Nadya Putri Salsabila menjadi narasumber program literasi digital nasional sektor pendidikan Sumatra untuk siswa dan guru di Medan. (Foto: Dok. Kementerian Kominfo RI)
Nadya Putri Salsabila menjadi narasumber program literasi digital nasional sektor pendidikan Sumatra untuk siswa dan guru di Medan. (Foto: Dok. Kementerian Kominfo RI)

Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Jhonny G. Plate menambahkan, program lieterasi digital yang diselenggarakan sejak 2017 telah menjangkau lebih dari 12,6 juta masyarakat. Tahun ini, akan diberikan pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta masyarakat.

“Kementerian Kominfo Republik Indonesia juga fokus memberikan literasi digital kepada kelompok pendidikan. Peserta akan diberi pelatihan literasi berdasar pada empat pilar utama yakni kecakapan, etika, budaya, dan keamanan digital,” pungkas Jhonny.

Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos
Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya