Film Jendela Seribu Sungai Rilis Poster Resmi, Bercerita soal Keindahan Kota Banjarmasin

Film Jendela Seribu siap tayang pada tahun 2023.

oleh Aditia Saputra diperbarui 11 Des 2022, 12:59 WIB
Diterbitkan 11 Des 2022, 11:30 WIB
Salah satu adegan film Jendela Seribu Sungai (Dok Radepa Studio)
Salah satu adegan film Jendela Seribu Sungai (Dok Radepa Studio)

Liputan6.com, Jakarta  Rumah produksi Radepa Studio baru saja menyelesaikan pembuatan film Jendela Seribu Sungai (JSS). Teaser poster resminya pun sudah diperkenalkan pada Jumat (9/12/2022). Teaser poster dengan visual tiga anak dan satu perempuan dewasa menghadap sungai besar dengan cerahnya cahaya mentari merepresentasi rasa optimis Radepa Studio menyongsong tahun 2023 dengan film produksi teranyar mereka.

Dari teaser poster yang dirilis Radepa Studio, tergambarkan ikon-ikon menarik Banjarmasin. Sungai Martapura menjadi latar lokasi utamanya. Sungai Martapura berikut anak sungainya yang jumlahnya ratusan menjadi pemandangan khas Banjarmasin. Begitu banyaknya anak sungai Martapura yang bisa dilintasi, wajar kiranya kota Banjarmasin menyandang sebutan ‘Kota Seribu Sungai’. 

Di atas sungai, melintang jembatan Bromo Mantuil, jembatan unik dengan akses penyeberangan bak putaran roller-coaster. Jembatan ini menjadi ikon baru Kota Banjarmasin. Di sisi kanan atas poster, terdapat pohon Rambai yang merupakan habitat ideal bagi Bekantan. Buah Rambai juga menjadi makanan Bekantan. Semua visual yang hadir di teaser poster, menjadi bagian cerita yang hadir di film Jendela Seribu Sungai. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Lokasi Syuting

Poster Film Jendela Seribu Sungai
Poster Film Jendela Seribu Sungai

Kota Banjarmasin menyediakan begitu banyak lokasi syuting yang menarik. Termasuk juga  eksotisme tempat ritual di rumah adat Loksado, Hulu Sungai Selatan. Rimbunnya punggung bukit Meratus dan sungai-sungainya makin memperkaya visual film Jendela Seribu Sungai. 

"Kalau lagi bagus airnya, aliran sungai-sungai di Loksado ini berubah warna menjadi hijau toska. Sangat menawan buat visualisasi dalam film. Dan kebetulan, kami mendapatkan visual sungai warna hijau tosca itu," ujar Mathias Muchus yang juga bertindak sebagai Produser Kreatif film JSS, dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini. 

Menghadirkan visual Banjarmasin yang eksotik, menawan dan unik menjadi tantangan tersendiri bagi sutradara Jay Sukmo. Banyak sudut-sudut menarik dari kota ‘seribu sungai’. Rumah, sekolah, tempat bertualang tokoh-tokoh utama film digambarkan berada di area sungai Martapura. 

"Kami ingin menghadirkan otentisitas sungai dan atmosfernya sebagai nadi kota Banjarmasin seperti yang tergambarkan dalam novel Jendela Seribu Sungai. Ini salah satu tantangan produksi film JSS," tambah Jay Sukmo, sutradara film JSS.

 


Produksi Bersama

Jendela Seribu Sungai merupakan film produksi bersama Pemerintah Kota Banjarmasin dan Radepa Studio. Saat ini, Radepa Studio tengah menuntaskan proses pascaproduksi film. 

“Well begun is a half done. Ini masih separuh hasil. Kami masih harus tuntaskan proses pascaproduksi hingga film rilis,” ungkap Avesina Soebli, Produser JSS. 

Radepa – menurut Avesina -- secara simultan juga sudah mengajukan jadwal distribusi film Jendela Seribu Sungai ke pihak bioskop. Ada momentum menarik untuk merilis  film Jendela Seribu Sungai dan menghadirkan film keluarga dengan cerita yang kuat, menarik dan menghibur di 2023. 

So, sambil menantikan jadwal rilis film Jendela Seribu Sungai, nikmati dulu teaser poster filmnya!

 

 


Sinopsis

 

Film Jendela Seribu Sungai

MIMPI dan cita-cita anak selayaknya mengalir lepas seperti sungai. Seribu sungai tersatukan gelombang besar yang membawa mimpi-mimpi mewujud.

TIGA anak: BUNGA, ARIAN, KEJORA, disatukan tekad mereka dalam meraih cita-cita oleh Bu Guru SHEILA yang sangat memahami mimpi dan harapan mereka.

Sayang, keinginan  mereka tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Arian yang punya bapak seorang seniman kuriding, justru tidak ingin anaknya mewarisi keahliannya memainkan kuriding. KEJORA  sebaliknya, ingin melambungkan cita-citanya menjadi dokter, justru ditentang oleh bapaknya yang trauma dengan dokter Puskesmas yang dianggap telah membunuh istrinya saat melahirkan.

Begitu  pula BUNGA tak pernah sekalipun mengembangkan bakat tarinya di depan orangtuanya yang serba-kecukupan. Terdiagnosis sejak lahir sebagai penyandang cerebral-palsy membuat orangtua Bunga mematikan cita-cita Bunga sebagai penari.

Seribu sungai akan terus mengalirkan cita-cita dan harapan. Sungai pula yang akan menghidupan impian mereka. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya