Liputan6.com, Jakarta Fenomena drakor dan K-Pop rupanya berdampak besar pada tren kecantikan negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia sekaligus menggeser dominasi Hollywood di tahun-tahun sebelumnya.
Namun, Korea Selatan bukan satu-satunya kiblat kecantikan masyarakat Asia. Selain drakor dan K-Pop, rupanya selebritas atau artis Thailand juga jadi kiblat kecantikan Asia dan sekitarnya.
Ini disampaikan beauty enthusiast sekaligus Founder klinik Esthera, dr. Laurent L. Supit, SpBP ketika mengulas tren kecantikan 2023 bersama Showbiz Liputan6.com di Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Advertisement
Baca Juga
Sinopsis Oh My Ghost dan Legend of the Blue Sea Tayang Sore Ini, Drakor Romantis dengan Tema Arwah Penasaran hingga Putri Duyung
Bintang Drakor The Glory Jung Sung Il Nangis Kenang Masa Kecil, Saking Susahnya Sampai Minum Genangan Air di Jalan
Song Duk Ho Mundur Mendadak dari Proyek Drakor Gara-Gara Skandal Wamil, Studio Dragon Buru-Buru Cari Pengganti
“Lucunya, tren kecantikan kita di Indonesia, hampir enggak pernah menciptakan sendiri, pasti kita ada klibatnya. Kiblatnya dua, kalau enggak Korea Selatan, ya Thailand. Kalau orang lebih suka gaya yang Asia oriental, kiblatnya ke Korea Selatan,” katanya.
Thailand Sebagai Kiblat Kecantikan
“Kalau yang kiblatnya Asia belasteran, ke Thailand karena mancungnya tuh beda. Belok dan lipatan matanya beda. Dagu juga beda. Saya tidak bisa prediksi, karena pasien datang sudah punya motivasi: Saya maunya kayak si ini. Kami mengikuti maunya,” Laurent mengulas.
Pergeseran tren dari Hollywood ke Korea Selatan dan Thailand turut mengubah kebutuhan masyarakat Indonesia soal perawatan kecantikan. Dagu panjang atau lancip belakangan makin digemari. Selain itu, pasien kebanyakan pengin kulit menjadi lebih putih atau cerah.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
80 Persen Perempuan
“Biasanya pasien datang kayak: Saya pengin hidung kayak begini. Dia tidak ingin jadi orang lain tapi kayaknya sudah menganalisis: kalau dilihat bentuk rahang aku enggak jauh beda sama artis A, berarti masih pantas kalau hidungnya dibikin begini,” ia menyambung.
Masih menurut Laurent, 80 persen pasien yang datang ke kliniknya wanita. Sisanya pria. Perawatan wajah mendominasi hingga 90 persen. Yang ini pun dapat dipahami mengingat harga perawatan wajah makin kompetitif alias tak terasa mahal bahkan bagi yang bergaji UMR sekalipun.
“Dengan gaji UMR Jakarta misalnya, untuk makan, ngekos, dan trasnportasi pasti. Perawatan mulai masuk jadi kebutuhan keempat. Orang mengalokasikan, kami memfasilitasi. Misalnya, bujet sebulan 550 ribu berarti bisa pealing dan satu jenis laser,” ungkap Laurent.
Kiblat ke Sesama Asia
Setelahnya ia menggarisbawahi bahwa, ledakan drakor, K-pop, dan ekspansi serial, film serta musisi Thailand mengubah tren yang sebelumnya terkesan serba-Hollywood. “Tren telah bergeser. Orang Asia lebih senang kiblatnya ke sesama Asia. Sudah bergeser memang,” urainya.
Laurent lalu mengabarkan, Esthera Clinic yang dirintis bersama dr Stefani Tannur MM, MARS, membuka cabang baru di kawasan Dharmawangsa, tepatnya di bilangan Prapanca Raya, Jakarta. Ini lebih luas jika dibandingkan dengan dua klinik sebelumnya, di Pakubuwono Jakarta dan Gading Serpong.
Dengan ruang tunggu nyaman, area parkir lebih lapang, dan tentu dokter berpengalaman, cabang Dharmawangsa diharapkan bisa melayani lebih banyak pasien. Selain menawarkan treatment dari facial, laser, filler, botox, cabang ini dibekali alat lebih advance plus tindakan bedah plastik.
“Berdiri sejak 2020 dengan cabang pertama di Pakubuwono Jakarta, Esthera adalah klinik estetika yang mengutamakan treatment results bagi pasien, dan bukan menekankan penjualan,” Laurent mengakhiri.
Advertisement