Liputan6.com, Jakarta - Pada hari Jumat (25/08/2023), konferensi pers dan juga screening Film Susuk: Kutukan Kecantikan digelar di Epicentrum XXI, Jakarta.
Film horor ini berceritakan tentang seorang wanita bernama Laras yang menggunakan susuk dan memiliki pekerjaan sebagai PSK. Ia mengalami kecelakaan dan membuatnya dihantui sakaratul maut. Pasalnya tubuhnya tetap hidup, namun badannya semakin membusuk seperti mayat karena susuk yang tertanam di dalam wajahnya.
Baca Juga
Acara tersebut dihadiri oleh Angga Dwimas Sasongko, Elang El Gibran, Ersya Aurelia, Ginanti Rona, Hana Malasan, Husein M. Atmodjo, Jourdy Pranata, Muhammad Khan, dan Ridla An-Noor.
Advertisement
Dalam momen ini, para pemain dan sang sineas menceritakan sejumlah cerita dan pengalaman selama pembuatan film tersebut berlangsung. Ragam kisah ini kemudian kami kemas dalam lima fakta unik berikut ini. Yuk kita simak!
1. Terornya dari Tubuh Manusia
Angga Dwimas Sasongko, selaku pendiri dan CEO dari rumah produksi Visinema Pictures mengatakan bahwa film Susuk: Kutukan Kecantikan merupakan film horor dengan konsep yang fresh.
"Film Susuk: Kutukan Kecantikan merupakan film horor dengan konsep yang fresh karena terornya datang dari tubuh manusia itu sendiri, tidak seperti film horor lain yang biasanya teror tersebut berasal dari suatu tempat," ujarnya. Ia juga berharap film ini dapat menjadi visualisasi film horor yang akan datang dari rumah produksinya.
Tidak hanya itu, Ginanti Rona selaku sutradara juga menambahkan bahwa dalam film ini mereka mencoba mencari angle lain dari pengguna susuk.
Advertisement
2. Para Pemain Pilihan Pertama
Ridla An-Noor sebagai seorang produser mengatakan bahwa film Susuk: Kutukan Kecantikan merupakan film horor pertamanya karena ia biasa terlibat dalam film drama. Oleh karena itu, sebagai produser ia merasa harus belajar lebih banyak lagi.
Apalagi film ini juga harus melibatkan action yang memberikan tantangan cukup berat bagi para pemain dengan persiapan kurang lebih selama tiga bulan, termasuk proses penulisan, latihan, dan lainnya.
"Pemilihan pemain dalam film ini ketika menulis cerita bersama dengan Monji, Novi, Gita, dan co-producer, kami sudah memilih pilihan pertama yang mana sekarang berkumpul dengan kita semua di sini sejak awal. Jadi alhamdulillah nya ketika kami membahas skenario dengan para pemain yang sekarang, tawarannya langsung diterima," ucapnya.
3. Syuting di Gunungkidul, Yogyakarta
Untuk melengkapi atmosfer horor, film Susuk: Kutukan Kecantikan juga mengambil lokasi syuting di Gunungkidul, Yogyakarta. Tentunya dengan pemilihan set lokasi yang menyeramkan, seperti hutan, kuburan, dan berbagai lokasi menyeramkan lainnya.
Jourdy Pranata dalam Press Conference (25/08/2023) mengatakan situasi dialami selama proses syuting terkait tempat yang digunakan untuk syuting.
Ia mengatakan, "Di film horor Susuk ini tuh emang lokasinya ternyata beneran horor, dan itu ngefek ke cara kita bermain. Karena di sekitar rumahnya Ayu, ternyata Elang baru kasih tahu kalau itu adalah lokasi yang sangat populer dengan banyak yang bunuh diri. Terus juga adegan kuburan di ending film itu beneran sakral buat tempat orang taruh pesugihan."
Advertisement
4. Riset Hana Malasan soal Dunia Malam
Demi dapat melakukan akting yang maksimal dan mendalami peran pertamanya dalam film horor, Hana Malasan melakukan riset ke beberapa lokasi. Termasuk agar ia merasa dekat dengan karakternya--Laras--yang berkaitan dengan dunia malam.
"Untuk memerankan Laras, aku mencoba riset dan datang ke lokalisasi, berbicara dengan pelakor, hal ini aku lakukan supaya aku bisa tahu dunia yang ada di sekitar mereka. Kemudian, tantangan juga bagaimana menjadi Laras yang mengalami transformasi menjadi sosok yang mengerikan," kata Hana.
Selain itu, ia juga sempat datang ke tempat orang melepas susuk, dan beberapa adegan yang ada dalam telah berdasarkan pada riset yang dilakukan sebelum syuting.
5. Jourdy Pranata Belajar Logat Melayu
Dalam film Susuk: Kutukan Kecantikan, Jourdy Pranata menantang dirinya sendiri dengan menggunakan logat baru sebagai Arman. Ia merasa karakter Arman sangat menarik untuk berbicara dengan logat tertentu yang sebelumnya telah didiskusikan perihal latar belakang Arman dan lain-lain.
"Itu sebenernya logat Sumatera. Karena aku ngambil yang dekat sama aku, lebih tepatnya Riau. Jadi aku memberanikan diri memakai logat itu yang dibimbing sama Mba Gita dan Mas Monji," tuturnya.
Advertisement