Resensi Film Kereta: Manusia, Bilur-Bilur Penyesalan, dan Kata Maaf yang Tak Terucap

Kereta karya sineas Eddy Prasetya dengan bintang Aghniny Haque dan Bio One layak dijadikan film Lebaran. Ia bicara manusia, penyesalan dan kata maaf.

oleh Wayan Diananto diperbarui 12 Apr 2024, 11:27 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2024, 11:00 WIB
Film Kereta
Kereta karya sineas Eddy Prasetya dengan bintang Aghniny Haque dan Bio One layak dijadikan film Lebaran. Ia bicara manusia, penyesalan dan kata maaf. (Foto: Dok. Instagram @klikfilm)

Liputan6.com, Jakarta Selain Badarawuhi di Desa Penari dan Siksa Kubur, ada satu lagi film Indonesia yang layak tonton pada libur Lebaran 2024, yakni Kereta karya sineas Eddy Prasetya produksi KlikFilm Production.

Dibintangi Bio One dan Aghniny Haque, film ini membingkai perjalanan mudik Maudy (Aqhniny Haque), seminggu setelah ibunya, Asti (Sulistyo Kusumawati) meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Dalam perjalanan itu ia bertemu Hansi (Bio One), penulis yang tengah menulis surat untuk cinta pertamanya, Alya (Hasya Mahara). Isinya permintaan maaf atas kesalahan di masa SMA, kala nekat kabur ke Jakarta.

Kisah sederhana yang sebagian besar berisi percakapan Hansi dan Maudy di gerbong kelas ekonomi ini kian intens seiring laju kereta api. Berikut resensi film Kereta yang bisa ditonton di platform streaming KlikFilm.

 

Maudy, Hanski, dan Kereta

Bio One sebagai Hansi dalam film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)
Bio One sebagai Hansi dalam film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)

Dalam percakapan terungkap sejumlah pengakuan. Hansi menyesal karena menyalahkan Alya untuk sebuah masalah di masa lalu. Kini, Alya akan menikah dengan laki-laki lain.

Maudy merasa berjarak dengan ibunya. Ia merasa kehadirannya tak diinginkan Asti. Semua pilihan hidup Maudy dari jurusan kuliah hingga keputusan bekerja di mini-market selalu diungkit.

Asti merasa jurusan yang dipilih putrinya tak punya prospek cerah. Lama-lama Maudy mati rasa. Saat Asti meninggal akibat kecelakaan, ia ogah melayat untuk melihat ibunya kali terakhir.

Hingga suatu saat, polisi memberi tahu Maudy bahwa ibunya mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Ia terperenyak dan kini balik bertanya: Asti murni korban kecelakaan atau sengaja mengakhiri hidup?

 

Percakapan Intens

Aghniny Haque sebagai Maudy dalam film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)
Aghniny Haque sebagai Maudy dalam film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)

Kereta menampilkan percakapan intens untuk menggali penokohan, latar belakang, dan bagaimana dua karakter utama merespons kemelut hidup. Makin ke tengah film, makin tampak siapa mereka sebenarnya.

Aghniny Haque tampil konsisten. Sejak awal, menciptakan jarak terhadap satu-satunya orang tua yang dimikinya, yakni ibu. Jarak, perspektif, sikap atau pendiriannya perlahan bergeser seiring pertemuannya dengan Hansi.

 

Tidak Membosankan

Salah satu adegan film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)
Salah satu adegan film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)

Hansi sendiri digambarkan pemuda kikuk. Komunikasinya berantakan dan terkesan canggung. Agak aneh melihat pria macam ini punya profesi sebagai penulis.

Sekitar 50 persen film ini terjadi di dalam gerbong kereta api. Meski begitu, Kereta tak lantas terasa membosankan karena klu demi klu ditebar Eddy Prasetya lewat dialog.

Benang Merah 2 Tokoh Utama

Salah satu adegan film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)
Salah satu adegan film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)

Lewat dialog ini pula, penonton mengenal para tokoh dan menyaksikan bagaimana mereka “bertarung” di babak akhir. Kereta bicara tentang bagaimana manusia berproses menelan pil pahit.

Benang merah dua tokoh utamanya, bahkan dua tokoh pendukung lain adalah: menghadapi kenyataan yang tidak ideal. Mereka lantas melakukan penerimaan diri dengan cara yang dianggap pas.

 

Rentang Emosi Negatif

Salah satu adegan film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)
Salah satu adegan film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)

Kereta menyuguhkan performa Aghniny Haque yang dalam dengan rentang emosi yang dianggap publik negatif: Marah, kecewa, menyesal, dan “lambat” melakukan penerimaan diri.

Kata lambat kami beri tanda kutip karena pada dasarnya tak ada yang salah dengan proses lambat. Setiap orang berproses dengan cara dan kecepatan masing-masing. Tak bisa dipukul rata. Semua indah.

 

Maaf dan Orang Tua

Salah satu adegan film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)
Salah satu adegan film Kereta. (Foto: Dok. YouTube Falcon)

Usai menonton Kereta, perspektif kita pada kata maaf dan orang tua tak akan sama lagi. Setiap kebersamaan ada akhirnya. Setiap kesalahan menyimpan penyesalaannya masing-masing. Berdamai dengan diri sendiri sebelum berdamai dengan orang lain adalah kunci.

Dengan plot yang relatif lurus dan durasi ringkas, Kereta mengalir tanpa basa-basi. Topik maaf dan penyesalan pun terasa relevan hingga kini. Bagi yang suka plot-twist, Kereta akan memuaskan. Jika jeli pada situasi di dalam gerbong, Anda akan mulai curiga jangan-jangan...

 

 

Pemain: Aghniny Haque, Bio One, Hasya Mahara, Sulistyo Kusumawati

Produser: Agung Haryanto, Mala Shinta

Sutradara: Eddy Prasetya

Penulis: Panca Lotus, Han Ismail

Produksi: KlikFilm Production

Durasi: 69 menit

 

infografis perfilman indonesia
Jumlah produksi film Indonesia, berapa banyak? (Liputan6.com/Trie yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya