Kontroversi AI pada Film The Brutalist, Brady Corbet Jelaskan Penggunaannya

Sutradara film The Brutalist, Brady Corbet tetap patut diberikan pujian atas karyanya ini.

oleh Tim Showbiz diperbarui 22 Jan 2025, 11:30 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2025, 11:30 WIB
Poster film The Brutalist. (Foto: Dok. Brookstreet Pictures, Kaplan Morrison, A24)
Poster film The Brutalist. (Foto: Dok. Brookstreet Pictures, Kaplan Morrison, A24)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta The Brutalist menjadi pemenang Best Motion Picture - Drama Picture Golden Globe Awards. Film yang belum lama rilis pada 20 Desember 2024 berhasil mengalahkan A Complete Unknown, Conclave Dune: Part Two, Nickel Boys, dan September 5.

Film ini menceritakan kisah seorang arsitek dan istrinya yang melarikan diri dari Eropa pasca perang 1947 untuk membangun kembali warisan mereka dan menyaksikan kelahiran Amerika Serikat modern. Film yang berdurasi 3 jam 35 menit, yang disertai jeda menjadi salah satu film yang menantang dan ambisius tentang sejarah abad ke-20.

Dilansir dari People, The Brutalist telah menerima banyak ulasan yang luar biasa sejak ditayangkan perdana di Festival Film Venesia pada bulan September, karena penampilan Adrien Brody tampil luar biasa sebagai seorang arsitek Hungaria yang brilian yang berjuang untuk memberikan kesan tersendiri pada lanskap Amerika setelah Perang Dunia II.

Film ini juga menyuguhkan komedi persahabatan yang mengungkapkan dirinya (Brody) tentang warisan Holocaust Amerika-Yahudi — tema yang juga merupakan bagian integral dari Brutalist.

Sutradara film The Brutalist, Brady Corbet juga patut diberikan pujian, karena mampu menampilkan kastil yang megah. Menyeberangi parit dan memasuki ruangan-ruangannya yang luas, dibayangi oleh keseriusan tujuan, berarti mengalami semacam kekaguman bagi siapa pun yang membangun dan memiliki benteng ini.

 

 

Sinopsis Film The Brutalist

Poster film The Brutalist (A24/ Universal Pictures/ Focus Features via IMDb)
Poster film The Brutalist (A24/ Universal Pictures/ Focus Features via IMDb)... Selengkapnya

Film ini mengisahkan László Tóth (Adrien Brody), seorang arsitek Yahudi kelahiran Hungaria yang selamat dari Holocaust dan bermigrasi ke Amerika Serikat, di mana ia berjuang mencapai American Dream hingga seorang klien kaya mengubah hidupnya.

Arsitek Yahudi-Hungaria dan penyintas Holocaust László Tóth, secara paksa dipisahkan dari istrinya, Erzsébet, dan keponakannya, Zsófia, bermigrasi ke Amerika.

Tóth melakukan perjalanan ke Philadelphia untuk menemui sepupunya Athila dan istrinya yang berkebangsaan Amerika, Audrey yang mengizinkannya untuk tinggal bersama mereka sementara ia mencari pekerjaan.

Sepupunya Athila adalah seorang pembuat furnitur yang mempunyai toko di Philadelphia, László sering kali membantu Athila untuk membuat furnitur. Pada tahun 1947 ia dan Athila ditugaskan untuk merenovasi ruang belajar dan perpustakaan industrialis kaya Harrison Lee Van Buren oleh putranya, Harry, sebagai kejutan bagi ayahnya saat pergi untuk urusan bisnis.

Harrison tiba di rumah dan langsung marah setelah melihat hasil renovasi, dan memerintahkan László dan Attila untuk pergi tanpa membayar upah untuk tenaga kerja dan material.

Beberapa saat kemudian, Attila dengan menyesal meminta László untuk meninggalkan rumahnya setelah Audrey menuduhnya mendekatinya.

Kisah pun lanjut pada 1950 saat László tinggal di perumahan amal di dalam gereja. Ia berteman dengan Gordon, seorang pria Afrika-Amerika miskin yang berjuang untuk membesarkan putranya yang masih kecil.

Gordon menemukan László diam-diam mengonsumsi heroin sebelum melakukan pekerjaan berbahaya bersama di galangan kapal.

Suatu hari, Harrison menemukan László, dan mengatakan kepadanya bahwa ruang belajar modernnya telah dipuji komunitas arsitektur. Ia akhirnya membayar László dari renovasi perpustakaan tersebut.

Tak hanya itu, László juga diundang ke sebuah pesta oleh Harrison dan diperlakukan sebagai tamu kehormatan.

Dengan terungkapnya masa lalu László di Eropa sebagai seorang arsitek ulung, dan keinginan untuk membangun serta meninggalkan warisan yang monumental, Harrison menugaskannya untuk membangun sebuah pusat komunitas untuk menghormati mendiang ibunya yang dilengkapi dengan perpustakaan, teater, gimnasium, dan kapel.

László mulai tinggal dan bekerja di lokasi tersebut serta Gordon sebagai rekan kerjanya. Berkat jasa László, pengacara Harrison dapat mempercepat imigrasi Erzsébet dan Zsófia ke Amerika.

 

 

Film The Brutalist menggunakan AI

Film pemenang Golden Globe ini dikatakan menggunakan AI. Sutradara The Brutalist, Brady Corbet menyangkal hal tersebut, penggunaan AI hanya digunakan untuk menghaluskan aksen Hungaria dari bintangnya Adrien Brody dan Felicity Jones serta para pemainnya.

“Judy Becker dan timnya tidak menggunakan AI untuk membuat atau merender bangunan mana pun. Semua gambar digambar dengan tangan oleh para seniman. Untuk memperjelas, dalam video peringatan yang ditampilkan di latar belakang sebuah pengambilan gambar, tim editorial kami membuat gambar yang sengaja dirancang agar tampak seperti rendering digital yang buruk sekitar tahun 1980.” ujar Corbet menjelaskan.

Corbet juga menambahkan, The Brutalist adalah film tentang kompleksitas manusia, dan setiap aspek penciptaannya didukung oleh usaha, kreativitas, dan kolaborasi manusia kami.

“Penampilan Adrien dan Felicity sepenuhnya milik mereka sendiri,” kata Brady Corbet mempertegas dan membantah anggapan bahwa teknologi digunakan untuk meningkatkan atau mengubah penampilan para aktor.

 

 

David Jancsó Ikut Memberikan Tanggapan

Dilansir dari The Hollywood Reporter, dalam wawancara dengan publikasi teknologi video Red Shark News, editor Dávid Jancsó mengatakan para pembuat film menggunakan perangkat AI dari spesialis Ukraina Respeecher untuk mengubah dialog Brody dan Jones dalam bahasa Hungaria dalam film tersebut agar terdengar lebih autentik.

Bahwa AI digunakan dalam film tersebut dalam bentuk apa pun telah memicu kemarahan daring, dengan banyak yang menyarankan agar AI tersebut didiskualifikasi dari pertimbangan penghargaan.

Sebagian besar dialog dalam film ini berbahasa Hungaria. Jancsó memuji penampilan Brody dan Jones, mengatakan bahwa diperlukan sedikit perubahan untuk menyempurnakan suara vokal Hungaria tertentu agar lebih akurat bagi penutur asli.

“Saya penutur asli bahasa Hungaria dan saya tahu bahwa bahasa ini adalah salah satu bahasa yang paling sulit untuk dipelajari pengucapannya,” kata Jancsó.

Jancsó menambahkan, jika kalian berasal dari dunia Anglo-Saxon, bunyi-bunyi tertentu akan sangat sulit untuk dipahami.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya