Liputan6.com, Jakarta  Baru-baru ini, kehebohan muncul di linimasa Tanah Air terkait band Sukatani yang mendadak mengucap permintaan maaf di akun medsos mereka. Duo yang selama ini tampil dengan penutup wajah ini, membuka identitasnya, sambil mengungkap bahwa mereka menarik peredaran lagu mereka yang bertajuk "Bayar Bayar Bayar."
“Pada hari ini, Kamis tanggal 20 Februari 2025, perkenalkan saya, Muhammad Syifa Al Lutfi dengan nama panggung Alectroguy selaku gitaris dan vokalis, dan saya Novi Citra Indriyati dengan nama panggung Twister Angel selaku vokalis dari grup band Sukatani, memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul lagu Bayar Bayar Bayar yang liriknya bayar polisi, yang telah kami nyanyikan sehingga viral di beberapa platform media sosial, dan yang pernah saya upload ke platform Spotify," kata keduanya dalam unggahan pada 20 Februari 2025 lalu.Â
Advertisement
Banyak warganet yang langsung membentuk barisan, dan menyuarakan bahwa mereka mendukung band ini lewat tagar "Kami Bersama Sukatani." Tak sedikit pula yang membahas tentang The Streisand Effect.Â
Advertisement
"Sukatani di headline koran-koran minggu. Streisand Effect at its full glory," tulis @wisnu_prase*** di platform X atau Twitter yang viral dan disukai oleh lebih dari 15 ribu orang.Â
Â
Apa Itu The Streisand Effect?
Dilansir dari lama Encyclopædia Britannica The Streisand Effect adalah kondisi yang menggambarkan fenomena saat satu pihak berupaya menyensor, membatas, atau menyembunyikan suatu informasi atau fakta. Namun pada akhirnya hal ini berujung senjata makan tuan, karena membuat makin banyak orang tertarik untuk mengetahuinya.Â
Dalam kasus Sukatani, misalnya, sebelum kejadian ini tak banyak yang mengetahui mengenai duo ini--maupun lagu "Bayar Bayar Bayar." Setelah video permintaan maaf mereka mencuat, publik mencoba mencari tahu sendiri lagu yang dipermasalahkan ini. Hasilnya, lagu ini malah ramai digunakan sebagai bentuk protes--baik di unggahan media sosial maupun demonstrasi secara langsung.
Advertisement
Berawal dari Barbra Streisand
Tak salah bila Anda langsung teringat dengan aktris dan penyanyi Barbra Streisand saat mendengar istilah ini. Karena memang dari dia lah istilah ini berasal.Â
Dilansir dari People dan BBC, pada 2003 Streisand menggugat fotografer Kenneth Adelman dan Pictopia.com karena melanggar privasinya. Ia mempermasalahkan foto aerial rumahnya di Malibu yang dipublikasikan secara online, sebagai bagian dari proyek sang fotografer mendokumentasikan erosi pantai.
Fotonya tak diketahui banyak orang sampai Barbra Streisand menggugat. Ujung-ujungnya foto itu kemudian meledak di publik. Sebelum gugatan, BBC mencatat fotonya hanya diunduh enam kali, tapi setelah proses hukum berlangsung tercatat ada kunjungan 420 ribu per bulan.Â
Pada akhirnya, Barbra Streisand kalah dalam kasus ini dan harus membayar biaya pengacara Adelman senilaoi 177 ribu dolar AS.Â
Kelahiran Istilah The Streissand Effect
Dua tahun kemudian, penulis Mike Masnick menyebut kejadian ini sebagai The Streisand Effect.Â
"Sampai kapan sampai para pengacara sadar bahwa tindakan mencoba menekan sesuatu yang tidak mereka sukai secara onlin--yang kemungkinan besar sebenarnya tidak akan pernah mereka lihat (seperti foto urinoir di beberapa resor pantai mana pun)--berakhir dengan dilihat oleh lebih banyak orang? Sebut saja ini The Streisand Effect," tulisnya dalam Techdirt.
Advertisement
