Liputan6.com, Jakarta Lebaran atau Idul Fitri adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Jepang. Meskipun jumlah umat Muslim di Jepang tergolong minoritas, tradisi Lebaran di sini tetap dijalani dengan penuh semangat. Namun, perayaan ini tentu berbeda jauh dari yang kita lihat di Indonesia. Di Jepang, Lebaran tidak dijadikan hari libur nasional, sehingga perayaannya cenderung lebih sederhana.
Di Jepang, sholat Idul Fitri dilaksanakan di masjid-masjid yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Meskipun jumlah masjid hanya sekitar 80, umat Muslim tetap berkumpul untuk melaksanakan sholat bersama. Setelah sholat, mereka melakukan silaturahmi dengan keluarga dan kerabat, saling bermaaf-maafan, meskipun waktu berkumpul tidak lama karena harus kembali beraktivitas seperti biasa.
Makanan khas Lebaran di Jepang juga menarik untuk dibahas. Meski Jepang terkenal dengan sushi dan udon, menu Lebaran di sini dipengaruhi oleh masakan Timur Tengah.
Advertisement
Hidangan seperti biryani dan barfi sering disajikan, dan beberapa keluarga bahkan menyajikan makanan khas Lebaran Indonesia, seperti rendang, opor ayam, dan ketupat yang dimasak menggunakan rice cooker. Ini menunjukkan betapa beragamnya pengaruh budaya dalam perayaan Lebaran di Jepang.
Silaturahmi dan Dekorasi Sederhana
Setelah sholat Idul Fitri, silaturahmi menjadi bagian penting dari perayaan. Umat Muslim di Jepang saling berkunjung satu sama lain, meskipun waktu yang tersedia sangat terbatas. Mereka saling mengucapkan selamat dan bermaaf-maafan, mempererat tali persaudaraan meskipun dalam suasana yang lebih tenang dibandingkan di Indonesia.
Berbicara soal dekorasi, Lebaran di Jepang tidak semeriah di Indonesia. Di sini, dekorasi lebih sederhana, seringkali hanya menggunakan kaligrafi dan lampu-lampu untuk menghiasi rumah. Meskipun begitu, pernak-pernik Lebaran dapat ditemukan di toko-toko souvenir tertentu, terutama di Distrik Asakusa yang terkenal.
Beberapa keluarga Muslim di Jepang juga mengadakan open house, di mana mereka menyambut tamu dengan hidangan Lebaran. Ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk berbagi kebahagiaan meskipun dalam lingkup yang lebih kecil. Keunikan lain dari perayaan Lebaran di Jepang adalah seringnya bertepatan dengan musim semi, saat bunga sakura bermekaran.
Suasana ini menciptakan keindahan tersendiri, meskipun bagi sebagian warga negara Indonesia yang merayakan Lebaran di Jepang, suasana tersebut terasa berbeda karena tidak adanya tradisi sungkem dan kumpul keluarga besar seperti di tanah air.
Advertisement
Perbandingan dengan Tradisi Lebaran di Indonesia
Jika kita bandingkan dengan tradisi Lebaran di Indonesia, jelas ada banyak perbedaan yang mencolok. Di Indonesia, Lebaran adalah hari kemenangan yang dirayakan dengan meriah. Tradisi mudik menjadi salah satu yang paling ikonik, di mana jutaan orang pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga. Selain itu, sholat Idul Fitri di masjid atau lapangan terbuka menjadi kewajiban dan inti perayaan bagi umat Muslim di tanah air.
Tradisi halal bi halal juga sangat penting di Indonesia, di mana orang saling memaafkan dan mempererat silaturahmi. Makanan khas seperti ketupat, rendang, dan berbagai hidangan lainnya menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan. Selain itu, memberi THR (Tunjangan Hari Raya) dan mengenakan baju baru juga menjadi tradisi yang menambah semarak suasana Lebaran.
Mencerminkan Budaya dan Nilai-Nilai yang Berbeda
Secara keseluruhan, tradisi Lebaran di Jepang dan Indonesia mencerminkan budaya dan nilai-nilai yang berbeda. Meskipun umat Muslim di Jepang merayakan dengan lebih sederhana, semangat kebersamaan dan saling menghormati tetap terjaga. Di sisi lain, Indonesia yang kaya akan tradisi merayakan Lebaran dengan berbagai kegiatan yang lebih meriah dan beragam.
Kesimpulan, meskipun Lebaran di Jepang tidak semeriah di Indonesia, perayaan ini tetap memiliki makna yang dalam bagi umat Muslim di sana. Tradisi yang unik dan suasana yang berbeda menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka yang merayakannya.
Advertisement
