Risma Sebut Surabaya Kota Multikultural, Warganya Ramah

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) menuturkan, festival seni lintas budaya atau Surabaya Cross Culture Festival 2019 tidak hanya pertukaran budaya dan promosi wisata saja.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 26 Jul 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2019, 07:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) menuturkan, festival seni lintas budaya atau Surabaya Cross Culture Festival 2019 tidak hanya pertukaran budaya dan promosi wisata saja. Akan tetapi, kegiatan tersebut menumbuhkan persahabatan di antara negara-negara di dunia.

Risma menyampaikan hal tersebut saat penutupan perhelatan tahunan Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) 2019 di Taman Surya Balai Kota, Kamis malam 25 Juli 2019.

Risma menggapresiasi kepada para peserta yang turut berpartisipasi dalam SCCFIAF 2019. Selain itu, ia juga mengapresiasi kepada Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts (CIOFF) Indonesia yang terus mendukung festival lintas budaya yang digelar sejak 2015 itu.

"Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang paling utama kepada Bapak Said Rahmat dan CIOFF Indonesia yang terus mendukung Festival Seni Tradisional Internasional Lintas Budaya Surabaya sejak 2015," kata Risma, ditulis Jumat (26/7/2019). 

Ia menjelaskan, Surabaya adalah rumah bagi orang-orang dari berbagai etnis dan suku. Hampir semua suku di Indonesia ada di Surabaya. Hal ini karena Surabaya adalah kota pelabuhan tertua di Indonesia. "Orang-orang dari semua wilayah dan banyak negara datang untuk melakukan perdagangan dan banyak kegiatan lainnya di kota ini," ujarnya.

Risma menyebut, Surabaya adalah kota multikultural. Di Surabaya tidak hanya dapat ditemui orang-orang dari berbagai etnis Indonesia, tetapi juga dari negara lain, seperti Arab, Cina, Jepang, Korea, dan India. Bahkan ada beberapa sekolah India yang buka di Surabaya. "Multikulturalisme ini telah menjadikan warga negara kami orang yang toleran dan ramah," tuturnya.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga menyampaikan, bahwa Festival Lintas Budaya ini diselenggarakan tidak hanya untuk pertukaran budaya dan tujuan promosi pariwisata. Namun, yang paling penting adalah untuk menumbuhkan persahabatan di antara negara-negara dari seluruh dunia.

"Saya harap kunjungan Anda di Surabaya mengesankan dan Anda dapat membawa kesan positif tentang kota dan persahabatan yang lebih kuat dengan negara-negara peserta lainnya," pesannya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penutupan Acara

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Penutupan Surabaya Cross Culture 2019 di Surabaya, Jawa Timur pada 25 Juli 2019. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Rangkaian acara yang berlangsung selama lima hari, yakni 21 - 25 Juli 2019 itu ditutup dengan art performance dari masing-masing delegasi.Art performance diawali dengan penampilan tari 'Alazanaz & Jarabe' dari Mexico, selanjutnya Republik Ceko dengan tarian 'Walachian Swing Dance', ketiga adalah Uzbekistan dengan tari 'Fergana Dance Style', keempat penampilan dari Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah dengan tari 'Kayang-Kayang', kemudian kelima penampilan dari India dengan tari 'Mahisasura Mardini', dan selanjutnya tari 'Hisho' dari Jepang.

Penampilan selanjutnya diisi dengan pertunjukkan 'Tari 'Cendrawasih' asal Mengui (Bali), kedelapan adalah Italy dengan tarian 'Carnival Mask', selanjutnya dari Thailand dengan tarian 'Ram Sat Cha Tree' dan kesepuluh dari Polandia dengan tarian 'Rzeszow'. Kemudian diisi dengan penampilan dari delegasi Indonesia yakni ‘Tari Campak’ dari Pangkal Pinang, Bangka Belitung.

Selanjutnya adalah Bulgaria dengan tarian 'Severniashka Pristanusha', kemudian penampilan diisi penampilan dari Kota Bandung dengan tarian 'Anggana Laras' dan Rusia dengan 'Tarian Kozac Farewell' dan kemudian ditutup dengan tari 'Dahur Tali-Bole & Tebedai Dance' dari Timor Leste.

Para undangan dan warga Surabaya dibuat bersemangat selama pertunjukan berlangsung, salah satunya adalah penampilan delegasi dari Jepang yang menampilkan tarian Hisho. Dengan perpaduan kostum ala ksatria samurai beserta pedang katana, mereka menari dengan iringan musik luar biasa serta gerakan yang energik.

 

Dijamu Makan Rawon

Dalam acara closing ceremony itu, sebelumnya para peserta juga dijamu makanan dan minuman oleh Pemkot Surabaya. Berbagai menu makanan pun telah tersedia, diantaranya nasi kuning, soto ayam, bakso, pangsit mie, rawon, batagor, siomay dan sate kelapa. Sedangkan minuman yang disediakan seperti es manado, es teler, es cream, es cao serta minuman produk UMKM Kota Surabaya.

Terlihat para delegasi dan tamu undangan sangat menikmati makanan dan minuman yang disajikan Pemkot Surabaya. Seperti yang disampaikan salah satu delegasi asal Republik Ceko, Václav Pokorný. Ia mengaku senang dengan penyambutan serta berbagai jenis sajian kuliner yang disediakan Pemkot Surabaya.

"Makanan di sini sangat enak. Aku sangat menyukainya. Begitu banyak jenis kuliner di sini, maka dari itu aku ingin kembali lagi ke Surabaya, mungkin tahun depan," pungkasnya.

Di akhir acara, perwakilan dari masing-masing delegasi diberikan cinderamata oleh Wali Kota Risma sebagai bentuk apresiasi Pemkot Surabaya kepada mereka yang telah ikut berpartisipasi dalam ajang SCCIFAF 2019. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya