Apakah Ada Tuntunan Sholat Lailatul Qadar usai Tarawih dan Witir? Buya Yahya Menjawab

Terkait dengan malam kemuliaan, seorang jemaah Al Bahjah meminta penjelasan kepada KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya tentang sholat Lailatul Qadar. Apakah ada tuntunan dari Rasulullah SAW mengenai sholat Lailatul Qadar?

oleh Muhamad Husni Tamami Diperbarui 24 Mar 2025, 03:20 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2025, 03:20 WIB
Malam 25 Ramadan, Ribuan Jamaah Khusyuk Menjemput Lailatul Qadar di Masjid Istiqlal
Ribuan jemaah melaksanakan sholat tasbih selama ibadah malam atau qiyamul lail di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (16/4/2023) dini hari WIB. (merdeka.com/Nanda F. Ibrahim)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan, umat Islam dianjurkan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar.

Sebagaimana diketahui, dalam hadis Rasulullah SAW telah menerangkan bahwa Lailatul Qadar ada di antara malam-malam ganjil sepuluh terakhir Ramadhan

Waktu Lailatul Qadar memang dirahasiakan Allah. Salah satu hikmahnya agar umat Islam tidak hanya fokus pada satu malam untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar.

Terkait dengan malam kemuliaan, seorang jemaah Al Bahjah meminta penjelasan kepada KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya tentang sholat Lailatul Qadar. Apakah ada tuntunan dari Rasulullah SAW mengenai sholat Lailatul Qadar?

Buya Yahya menjawab pertanyaan tersebut dengan gamblang. Buya Yahya juga membagikan amalan yang dapat dilakukan untuk meraih Lailatul Qadar.

 

Promosi 1

Saksikan Video Pilihan Ini:

Penjelasan Buya Yahya tentang Sholat Lailatul Qadar

buya yahya 222
Buya Yahya (TikTok)... Selengkapnya

Buya Yahya menegaskan bahwa tidak ada sholat Lailatul Qadar. Yang ada adalah anjuran memperbanyak sholat agar mendapat Lailatul Qadar. 

“Tidak ada sholat Lailatul Qadar. Yang ada adalah perbanyak sholat di malam-malam Ramadhan agar Anda mendapat Lailatul Qadar,” jelas Buya Yahya seperti dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Ahad (23/3/2025).

“Cuma mungkin orang awam salah denger kiainya. ‘Ayok perbanyak sholat biar dapat Lailatul Qadar’. Kiai sholat Lailatul Qadar mungkin dipikir begitu,” Buya Yahya berhusnudzon. 

Adapun sholat-sholat yang hendaknya dilakukan untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dari yang paling utama adalah sholat Isya berjemaah dan sholat Subuh berjemaah. Kemudian disusul dengan sholat ba’diah Isya, sholat qobliyah Subuh, dan sholat Witir. Baru urutan berikutnya adalah sholat Tarawih.

“Sudah lakukan itu semuanya untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Tidak ada istilah sholat Lailatul Qadar, tapi sholatlah Anda untuk dapat Lailatul Qadar,” kata Buya Yahya menyimpulkan.

Penjelasan Ulama tentang Sholat Lailatul Qadar

Tanda-tanda Orang yang Telah Mendapat Rahmat Malam Lailatul Qadar
Inilah ciri-ciri orang yang telah memperoleh syafaat dari malam Lailatul Qadar.... Selengkapnya

Duduk perkara sholat Lailatul Qadar kerap menjadi bahan perdebatan di bulan Ramadhan, antara bid’ah atau sunnah. Berbagai argumentasi mengenai hukum melaksanakan sholat Lailatul Qadar pun bermunculan.

Ada yang mengatakan sholat Lailatul Qadar adalah bid’ah dan harus ditinggalkan, karena tidak ditemukan dalam hadis dan Rasulullah SAW pun tidak pernah melakukan sholat ini. Namun, sebagian lain berpendapat sholat ini sunnah dan sangat dianjurkan untuk dikerjakan.

Mengutip situs Keislaman NU, Syekh Ismail Haqqi bin Musthafa al-Khalwati dalam kitab Khazinatul Asrar menyebutkan tentang cara sholat Lailatul Qadar. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ صَلَّى فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ رَكْعَتَيْنِ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ مَرَّةً وَالْاِخْلَاصِ سَبْعَ مَرَّاتٍ فَاِذَا سَلَّمَ يَقُوْلُ أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ اِلَيْهِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً فَلاَ يَقُوْمُ مِنْ مَقَامِهِ حَتَّى يَغْفِرُ اللهُ لَهَ وَلِأَبَوَيْهِ وَيَبْعَثُ اللهُ تَعَالَى مَلاَئِكَةً اِلَى الْجِنَانِ يَغْرِسُوْنَ لَهُ الْأَشْجَارَ وَيَبْنُوْنَ الْقُصُوْرَ وَيَجْرُوْنَ الْأَنْهَارَ وَلَا يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا حَتَّى يَرَى ذَلِكَ كُلَّهُ

Artinya: “Dari Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhuma, dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa Rasulullah bersabda: Barang siapa melakukan sholat dua rakaat ketika Lailatul Qadar, dalam setiap rakaat membaca surat Al-Fatihah 1 kali, dan surat Al-Ikhlas 7 kali, setelah salam membaca istighfar 70 kali, maka ia tidak berdiri dari tempatnya sampai Allah mengampuni dosa-dosanya, dan dosa kedua orang tuanya. Allah subhanahu wata’ala akan mengutus malaikat untuk ke surga, menanam pohon untuknya dalam surga, membangunkan istana, dan mengalirkan sungai (dalam surga untuknya). Dan ia tidak akan mati sampai bisa melihat semua itu.” (Syekh Ismail Haqqi, Khazinatul Asrar Jalilatul Adzkar, h. 45).

Secara umum, hadits di atas sudah menyebutkan tata cara mengerjakan sholat sunnah ketika Lailatul Qadar. Hanya saja, tidak menyebutkan secara khusus niat sholat pada malam tersebut, antara niat sholat Lailatul Qadar dan niat sholat sunnah yang lain. Sehingga bisa diarahkan pada dua sholat sunnah, yaitu sunnah mutlak dan sunnah hajat. 

Dalam keterangan yang lain, Syekh Ismail Haqqi menjelaskan lebih khusus terkait cara niat sholat Lailatul Qadar. Beliau mengatakan:

 وكان عليه السلام اذا دخل العشر شد مئزره وأحيى ليله وأيقظ أهله. وكان الصالحون يصلون فى ليلة من العشر ركعتين بنية قيام ليلة القدر 

Artinya: “Ketika Rasulullah memasuki sepuluh hari (akhir dari bulan Ramadhan), beliau ikat erat sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya. Orang-orang saleh melakukan sholat dua rakaat pada malam tersebut, dengan niat menghidupkan Lailatul Qadar.” 

Syekh Ismail Haqqi melanjutkan dengan mengutip pendapat Imam Abul Laits dan mempertegas bahwa niat sholat pada malam tersebut adalah sholat Lailatul Qadar. 

قال الامام أبو الليث رحمه الله اقل صلاة ليلة القدر ركعتان واكثرها ألف ركعة واوسطها مائة ركعة واوسط القرآءة فى كل ركعة أن يقرأ بعد الفاتحة انا انزلناه مرة وقل هو الله احد ثلاث مرات ويسلم على كل ركعتين ويصلى على النبى عليه السلم بعد التسليم ويقوم حتى يتم ما اراد من مائة او اقل او اكثر 

Artinya: “Berkata Imam Abul Laits rahimahullah, paling sedikitnya jumlah Lailatul Qadar adalah 2 rakaat, paling banyaknya 1000 rakaat, dan yang sedang-sedang 100 rakaat. Paling ringannya bacaan setelah membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat, yaitu membaca surat Al-Qadr 1 kali, surat Al-Ikhlas 3 kali, dan melakukan salam setiap selesai dua rakaat. Membaca shalawat pada Nabi Muhammad setelah salam, kemudian berdiri sampai ia menyempurnakan rakaat yang dikehendaki; bisa seratus, atau lebih sedikit dan lebih banyak.” (Syekh Ismail Haqqi, Tafsir Ruhil Bayan, juz 10, h. 372)

Syekh Ismail Haqqi juga menegaskan dengan mengutip penjelasan dalam kitab al-Muhith, yaitu tidak dimakruhkan mengerjakan sholat sunnah Lailatul Qadar secara berjamaah. Beliau mengatakan: 

وفي المحيط لا يكره الاقتداء بالامام في النوافل مطلقاً نحو القدر والرغائب وليلة النصف من شعبان ونحو ذلك لأن ما رأه المؤمنون حسناً فهو عند الله حسن فلا تلتفت إلى قول من لا مذاق لهم من الطاعنين فإنهم بمنزلة العنين لا يعرفون ذوق المناجاة وحلاوة الطاعات وفضيلة الأوقات 

Artinya: “Dalam kitab al-Muhit, tidak dimakruhkan bermakmum pada imam dalam sholat sunnah mutlak. Seperti sholat sunnah Lailatul Qadar, raghaib, malam pertengahan dari bulan Sya’ban, dan sesamanya. Karena, apa yang dinilai baik oleh orang mukmin, maka di sisi Allah juga bernilai baik. Oleh sebab itu, jangan mengikuti pendapat orang-orang yang tidak memiliki sifat senang terhadap ibadah, karena mereka seperti orang impoten yang tidak mengetahui kenyamanan bermunajat kepada Allah swt, serta tidak bisa merasakan manisnya taat dan keutamaan waktu.” (Syekh Ismail Haqqi, Tafsir Ruhil Bayan, juz 10, h. 372).

Penjelasan Syekh Ismail yang terakhir perlu dibahas ulang. Pada penjelasan di atas, secara tersurat Syekh Ismail berpendapat bahwa sholat sunnah Lailatul Qadar kedudukannya sama dengan sholat raghaib, malam pertengahan dari bulan Sya’ban, dan sesamanya.

Penjelasan Ulama tentang Sholat Lailatul Qadar

Doa Pada Malam Lailatul Qadar
Ilustrasi masjid, Islami, muslim, doa. Credit: pexels.com/Lia... Selengkapnya

Sedangkan para fuqaha menganggap bahwa sholat tersebut merupakan amalan bid’ah yang harus ditinggalkan, dan hadits yang dijadikan pijakan merupakan hadits batil yang sama sekali tidak pernah disampaikan oleh Rasulullah. 

Seperti Syekh Zainuddin al-Malibari, secara tegas beliau mengatakan demikian. Dalam kitab Irsyadul Ibad dijelaskan:

 ومن البدع المذمومة التي يأثم فاعلها، ويجب على ولاة الأمر منع فاعلها صلاة الرغائب اثنتا عشرة ركعة بين العشاءين ليلة أول جمعة من رجب. وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة، وصلاة آخر جمعة رمضان سبع عشرة ركعة بنية قضاء الصلوات الخمس الذي لم يتيقنه، وصلاة يوم عاشوراء أربع ركعات أو أكثر. أما أحاديثها فموضوعة باطلة، ولا تغترّ بمن ذكرها. 

Artinya: “Termasuk perbuatan bid’ah tercela, dan pelakunya mendapatkan dosa, bahkan wajib bagi pemerintah untuk melarangnya, yaitu: sholat raghaib, yaitu sholat sunnah 2 rakaat antara waktu sholat isya’ dan maghrib pada malam Jumat pertama dari bulan Rajab, sholat malam 100 rakaat pada pertengahan bulan Sya’ban, sholat pada Jumat akhir bulan Ramadhan, dengan niat mengganti sholat 5 waktu yang pernah ditinggalkan, dan sholat 4 rakaat atau lebih banyak pada hari Asyura. Sedangkan hadits-hadits yang menjelaskan tentang sholat tersebut merupakan hadits palsu (maudu’), dan jangan tertipu pada orang-orang yang menganjurkannya.” (Syekh Zainuddin al-Malibari, Irsyadul Ibad ila Sabilir Rasyad, h. 68).  

Diganti jadi Sholat Sunnah Mutlak

Warga Dubai Sholat Tahajud di Malam Lailatul Qadar
Umat Muslim melaksanakan sholat Tahajud selama Malam Lailatul Qadar pada bulan suci Ramadhan di Masjid Naif di Dubai (5/5/2021). Malam Lailatul Qadar di mana Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad. (AFP/Karim Sahib)... Selengkapnya

Dalam kaidah fiqih dinyatakan, “pokok dalam setiap ibadah, jika tidak dianjurkan, maka ibadahnya tidak sah”. Dengan kaidah ini para fuqaha sepakat bahwa setiap ibadah yang landasan dalilnya tidak bisa dinyatakan valid maka ibadahnya tidak sah, dan haram hukumnya. 

Lantas bagaimana cara agar sholat Lailatul Qadar menjadi sah dan tidak haram?

Syekh Abdul Hamid al-Qudsi memberikan cara agar lebih berhati-hati dalam melakukan ibadah, sehingga tidak terjerumus pada ibadah yang batil. Dan cara ini tidak menghilangkan terhadap keutamaan sebagaimana sholat dengan menggunakan niat di atas. 

Dalam kitab Kanzun Najah was Surur dijelaskan,

 فمن أراد الصلاة في وقت من هذه الأوقات، فلينو النفل المطلق فرادى من غير عدد معين، وهو ما لا يتقيد بوقت ولا سبب ولا حصر له، وبالله التوفيق. 

Artinya: “Barang siapa yang hendak melakukan sholat pada waktu-waktu tersebut, maka hendaklah niat melakukan sholat sunnah mutlak secara sendiri (tidak berjamaah), tanpa ada ketentuan jumlah (rakaat) tertentu. Dengan kata lain, sholat sunnah mutlak tidak dibatasi dengan waktu, sebab, dan batasan rakaat sholat.” (Syekh Abdul Hamid al-Qudsi, Kanzun Najah was Surur, h. 90). 

Penjelasan tersebut menjadi jalan tengah demi menghindari pendapat para ulama fiqih yang mengatakan bahwa sholat-sholat sebagaimana yang telah disebutkan merupakan amaliah bid’ah madzmumah. Juga tidak menutup mata dan meninggalkan pendapat ulama yang menganjurkannya secara keseluruhan. Pendapat kedua ulama sama-sama diikuti tanpa mengesampingkan salah satu dari keduanya. (Sumber: Islam.nu.or.id)

Wallahu’alam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya