Pemkot Surabaya Bakal Buat Tempat Penyaringan Minyak di Lokasi Semburan Lumpur

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Eko Agus Supiyadi menuturkan, hasil dari semburan minyak bercampur air hingga saat ini masih ditampung dalam drum.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Okt 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2019, 16:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Petugas evakuasi drum yang berisi cairan lumpur dari semburan lumpur bercampur minyak dan gas di Perumahan Kutisari, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya menyatakan perlu ada pemisahan minyak dan air untuk mengantisipasi agar tidak terjadi polusi di kawasan perumahan Kutisari Surabaya.

Salah satunya dengan membuat tempat penyaringan minyak mentah di lokasi semburan lumpur bercampur minyak dan gas. Oleh karena itu, Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya akan membuat tempat penyaringan minyak mentah (crude oil) di lokasi semburan minyak bercampur air di salah satu pekarangan rumah warga di Kutisari Indah Utara, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Jawa Timur.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Eko Agus Supiyadi menuturkan, hasil dari semburan minyak bercampur air yang keluar sejak 23 September 2019 hingga saat ini masih ditampung dalam drum.

"Saya lupa berapa drum yang dihasilkan dari semburan minyak bercampur air itu. Tapi jumlahnya sudah ada lebih dari 30 drum. Saat ini masih ditampung, belum dijual. Kalau dijual siapa yang mau beli," ujar dia dilansir Antara, Selasa (8/10/2019).

Dia menuturkan, minyak mentah tersebut baru bisa dijual jika sudah melalui proses penyaringan. Meski demikian, lanjut dia, kandungannya minyaknya sedikit dari pada airnya sehingga kalau dijual tidak menghasilkan keuntungan.

"Dijual ke Pertamina juga tidak mau karena tidak ada benefitnya. Banyak airnya," kata dia.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu ada pemisahan air dan minyak untuk mengantisipasi agar tidak terjadi polusi di kawasan tersebut. Salah cara dengan membuat tempat penyaringan minyak mentah di lokasi semburan minyak.

"Jadi semacam septick tank nanti hasilnya keluar air dan minyak mentah," tutur dia.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya akan koordinasi dengan pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) terkait dengan rencana tersebut. Pada prinsipnya, kata dia, pihak pemprov sudah sepakat asalkan pemkot membuat surat pengajuan.

"Persoalan itu bisa ditangani sendiri. Nanti hasilnya diberikan ke Pertamina," ujarnya.

Tim Badan Gelologi Nasional dari Bandung sebelumnya melakukan survei permukaan tanah di area sumur minyak di Kutisari Indah Utara Surabaya pada Jumat, 6 Oktober 2019. Survei tersebut untuk mengetahui apakah masih ada kemungkinan semburan lumpur atau minyak lagi di kawasan itu.

"Dahulu pada zaman Belanda kan ada 35 titik sumur minyak di kawasan Kutisari. Tapi sebelah mana saja tidak tahu, makanya dicek lagi. Hasilnya survei masih sepekan lagi," kata Eko.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Badan Geologi Nasional Teliti Semburan Lumpur di Surabaya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Petugas evakuasi drum yang berisi cairan lumpur dari semburan lumpur bercampur minyak dan gas di Perumahan Kutisari, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, Tim Badan Geologi Nasional, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan apakah sumur minyak di Kutisari Surabaya itu peninggalan Belanda atau tidak.

Untuk itu, pihaknya dibantu dengan Dinas Lingkungan Hidup Surabaya melakukan survei permukaan tanah di area semburan sumur minyak di Kutisari Indah Utara Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat 4 Oktober 2019.

Kasi Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Ulfiani Ekasari mengatakan tim Badan Geologi akan mensurvei beberapa titik yakni di Gang II hingga Gang IV, dilansir dari Antara."Nanti akan dianalisa apakah sumur minyak itu merupakan peninggalan zaman Belanda atau tidak," kata Ulfi.

Tim Geologi berjumlah empat orang tersebut melakukan pemasangan alat pengukur dan alat georadar yang digunakan untuk menyisir sepanjang jalan kompleks Perumahan Kutisari Indah.

Kasubid Geofisika Dasar dan Terapan Bidang Geoscience Badan Geologi Nasional Kementerian ESDM, Lucki Junursyah mengatakan, alat yang digunakan tersebut untuk mendeteksi potensi sumur di sepanjang jalan di Kutisari Surabaya yang berdekatan dengan lokasi semburan.

"Alat ini menggunakan metode ground penetrasi radar dengan menggunakan ilmu fisika elektronik magnet sehingga dapat mendeteksi benda konduktif yang ada di dalam tanah," ujar dia.

Metode yang Digunakan

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Petugas evakuasi drum yang berisi cairan lumpur dari semburan lumpur bercampur minyak dan gas di Perumahan Kutisari, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Menurut dia, survei ini merupakan hari kedua yang dilakukan tim Badan Geologi. Saat melakukan survei penggunaan georadar kondisi jalan disterilkan. Kendaraan yang akan melintas diimbau untuk berhenti dulu agar saat pelaksanaan mendapatkan hasil data yang akurat.

"Kondisi jalan harus benar-benar steril untuk mendapatkan hasil data yang akurat," kata dia.

Diketahui keberadaan sumur minyak tersebut berawal dari adanya semburan lumpur yang keluar dari pekarangan rumah Liswati, warga Perumahan Kutisari Indah Utara III/19, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya, Jawa Timur, pada 23 September 2019.Namun, seiring waktu lumpur berganti air bercampur minyak mentah.

"Sudah cair banget yang keluar. Kalau kemarin-kemarin kan kental. Mayoritas air, tapi sepertinya masih ada kandungan minyak mentahnya," kata salah seorang warga setempat William Wirakusuma.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya