Liputan6.com, Jakarta - Petani di Desa Brayublandong, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur tak bisa bercocok tanahm di sebuah area sawah di wilayah tersebut lantaran mengeluarkan sumber mata air asin. Padahal area tersebut jaraknya ratusan kilometer dari laut.
Petani pun tak bisa menanam karena tanah dan sumber mata air yang mengandung garam di area persawahan di Desa Brayublandong, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Ada 10 petak sawah yang mengeluarkan sumber mata air asin. Petak-petak sawah itu membentuk sebuah kubangan besar berisi air asin yang keluar dari dalam tanah. Sebagian air asin yang tak bisa mengalir, membentuk endapan lumpur. Sawah pun tak bisa digunakan petani untuk bercocok tanam. Tanaman padi, jagung maupun palawija, mati akibat tanah dan air yang mengandung garam.
Advertisement
Baca Juga
Munculnya sumber mata air asin ini sudah terjadi sejak lama meski jaraknya ratusan kilometer dari laut. Pemilik hanya membiarkan sawah-sawahnya karena tidak mau rugi dengan biaya tanam yang dikeluarkan.
Semula banyak petani yang memanfaatkan air asin tersebut untuk dijual sebagai obat krupuk puli. Namun, karena harganya tak sebanding dengan biaya proses pembuatan, akhirnya petani tak lagi memproduksi obat puli.
“Yang besar itu ada dua, terus sumber anak itu yang kecil kemungkinan ada delapan. Jadi ada 10 titik,” ujar Kepala Dusun Brayu, Edy Purwanto, seperti dikutip dari tayangan Fokus, ditulis Senin (13/1/2020).
Ia menambahkan, kalau area kecil masih bisa ditanami. Kalau besar 15 meter tidak bisa ditanam sama sekali.
Sebelumnya, area persawahan di Mojokerto yang mengeluarkan sumber mata air asin ini pernah dibor oleh Pertamina pada 1998, namun karena kandungan gas buminya sedikit, akhirnya Pertamina menghentikan pengeboran.