Liputan6.com, Surabaya Angka kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Probolinggo meningkat. Pada 2018, terdapat 37 kasus DBD dengan satu pasien meninggal dunia. Pada tahun lalu, ada 215 kasus DBD dengan tiga pasien meninggal dunia.
“Angka kasus melonjak drastis dan fakta itu harus disikapi bersama dengan harapan bisa meningkatkan kembali kesadaran dan peran aktif masyarakat untuk mencegah dan berpartisipasi dalam pengendalian penyakit DBD,” ujar Paeni Efendi, Asisten Pemerintahan Setda Kota Probolinggo, saat membuka kegiatan sosialisasi di Kantor Wali Kota Probolinggo, seperti yang dikutip dari Antara, Senin (25/2/2020).
Ia bercerita, dulu DBD tumbuh subur di kawasan kumuh. Namun, saat ini nyamuk aedes aegypti bermigrasi ke kawasan perkotaan.
Advertisement
Baca Juga
Nyamuk menggigit tanpa pandang bulu. Tua, muda, pria, wanita, anak-anak atau dewasa yang tidak menjaga kebersihan lingkungan menjadi sasaran.
Paeni pun mengajak masyarakat menerapkan gaya hidup sehat ala Rasul yakni sehat hatinya (bersih), sehat pikirannya (mindset) dan sehat jiwanya (rapi, resik, rawat). Ia sudah menyiapkan berbagai upaya mulai dari penerbitan surat edaran wali kota tentang kewaspadaan dan upaya pengendalian DBD, hingga sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
Sosialisasi Peraturan Wali Kota Probolinggo tentang Pengendalian Penyakit DBD juga melibatkan juru pemantau jentik (jumantik), Tim Penggerak PKK Kelurahan/Kecamatan, Pokja I-III, LPM dan perwakilan tokoh masyarakat.
"Jumantik merupakan mitra puskesmas dalam mencegah dan menurunkan angka DBD dan kader itu juga bertugas untuk memantau kondisi lingkungan sekitar dari penyebaran penyakit melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)," ujarnya.
Ia berpesan kepada masyarakat di Probolinggo, apabila ada anggota keluarga atau masyarakat di lingkungan sekitar mengalami gejala DBD, maka langsung membawanya ke puskesmas terdekat agar dapat ditangani sejak dini dan tidak terlambat.